NPP : 3271034C1019314
Cabai merupakan salah satu komoditas utama tanaman hortikultura yang sudah sangat dikenal masyarakat. Harga cabai cukup sering berubah-ubah bergantung pada pasokan dan kebutuhan masyarakat. Pada hari besar tertentu harga cabai melonjak naik. Namun, ketika panen raya harganya turun drastis sehingga petani menjual dengan harga pasar yang tentunya dapat merugikan petani.
Rasa pedas dari cabai disebabkan oleh kandungan capsaisin yang ada di dalamnya. Kandungan ini dipercaya dapat mengendalikan penyakit kanker. Selain capsaisin, cabai juga mengandung vitamin C yang tentunya sangat bermanfaat bagi tubuh.
Makanan masyarakat Indonesia umumnya tidak dapat lepas dari pedasnya cabai. Bahkan, sekarang bermacam-macam masakan sengaja dibuat dengan berbagai tingkat kepedasan, seperti nasi goreng pedas, ceker pedas, dan mi pedas (mi ramen).
Untuk mengantisipasi kerugian petani pada saat panen raya karena harganya anjlok dan tingginya harga cabai ketika pasokan berkurang, perlu dilakukan upaya tertentu. Salah satu upayanya adalah mengawetkan dan mengolah cabai menjadi produk yang tahan lama. Produk tersebut dapat berupa cabai kering, bubuk, pasta, atau olahan lain.
Untuk informasi lebih lanjut silakan akses Repository Publikasi Kementerian Pertanian pada tautan:: http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/9782
Gunung Raja dan Bati-bati adalah daerah sentra pertanaman jagung di Kabupaten Tanah Laut, Propinsi Kalimantan Selatan. Lahan dengan kondisi tanah masam menjadi polemik tersendiri bagi petani jagung di sana. Namun, jagung-jagung terbaik malah dihasilkan dari daerah tersebut. Mengapa demikian? Mari kita ulas satu persatu. Jagung, merupakan salah satu komoditi unggulan yang harus selalu ada. Tingginya permintaan jagung inilah yang membuat Kementerian Pertanian terus menggenjot masyarakat agar berupaya menanam komoditas unggulan tersebut, dengan harapan Indonesia bisa swasembada pangan dalam waktu dekat serta impor jagung ditiadakan
Untuk informasi lebih lanjut silakan akses Repository Publikasi Kementerian Pertanian pada tautan:: http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/11335
Usahatani padi-ikan merupakan salah satu bentuk diversifikasi usahatani yang diyakini dapat mengurangi risiko usahatani dan memberikan tambahan penghasilan. Usahatani padi-ikan bisa dilakukan bila didukung oleh lingkungan usahatani, ketersediaan air, dan jaminan pasar. Penelitian usahatani padi-ikan sebagai tambahan pendapatan dan diversifikasi pangan dilakukan di Kabupaten Subang pada MH 2017/2018 dan MK 2018 dengan tujuan untuk mengetahui pendapatan, kelayakan dan alasan petani melakukan usahatani padi-ikan. Metode survey dengan wawancara langsung ke responden digunakan untuk pengumpulan data. Analisis usahatani dan kelayakan digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan Usahatani padi-ikan lebih efisien dalam penggunaan benih padi, pupuk, dan biaya pestisida dibandingkan monokultur padi namun tidak demikian dalam penggunaan tenagakerja. Usahatani padi-ikan memberikan tambahan hasil gabah setara ikan antara 1.394-1.539 kg/ha dan meningkatkan hasil total setara gabah antara 23,72-25,76% dibandingkan monokultur padi. Selain itu pendapatan usahatani padi-ikan juga lebih tinggi 25,20-30,14% dan lebih layak bila dibandingkan dengan monokultur padi. Alasan lebih menguntungkan dan mengikuti kelompok menjadi landasan petani untuk mengusahakan usahatani padi-ikan.
Untuk informasi lebih lanjut silakan akses Repository Publikasi Kementerian Pertanian pada tautan:: http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/12015
Pusat Perpustakaan dan Literasi Pertanian
Jl. Ir. H. Juanda No. 20 Bogor 16122
dummy+62-251-8321746
dummy [email protected]
We have 1089 guests and no members online