Saat ini perpustakaan dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman, utamanya di era revolusi industri 4.0. Untuk menghadapi tantangan tersebut, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) Kementerian Pertanian menggelar Seminar Nasional bertajuk Tata Kelola Perpustakaan di Era Industri 4.0 pada 17 September 2019 di Gedung PUSTAKA Jalan Ir. H. Juanda 20, Bogor.
Seminar tersebut dibuka resmi oleh kepala pusat, Retno Sri Hartati Mulyandari yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa wahana seminar nasional ini diharapkan bisa menjadi sarana bertukar informasi dan pengetahuan terkait tata kelola perpustakaan, sekaligus sebagai wahana silaturahim para pustakawan lintas lembaga untuk saling menyemangati dalam menjembatani pengguna informasi dengan sumber informasi. Menurutnya Pustakawan tidak hanya berdiam diri melainkan secara aktif jemput bola untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna. Selanjutnya menginformasikan berbagai inovasi kepada para stakeholder dan masyarakat. Tentunya dengan semangat mempercepat penciptaan dan transformasi invensi menuju inovasi, atau BRIDGING INVENSI MENUJU INOVASI.
Lebih lanjut Retno mengungkapkan bahwa saat ini perpustakaan tidak bisa lagi dikelola secara konvensional. Perpustakaan harus bertransformasi mengikuti perkembangan teknologi agar dapat menjawab kebutuhan masyarakat. “Perpustakaan ke depannya tidak hanya menjadi tempat berkumpul untuk membaca buku ataupun mencari informasi saja, namun juga menjadi working space tempat munculnya ide-ide untuk ciptakan inovasi baru maupun lakukan kegiatan riil peningkatan kapasitas maupun untuk memanfaatkan informasi dalam kegiatan ekonomi produktif. Perpustakaan juga dapat membangun suatu virtual working space yang menghubungkan antar beragam stakeholders terkait percepatan invensi menuju inovasi.” ungkap Retno.
“Perpustakaan harus berani mengubah mindset yang awalnya hanya sekedar sebagai pusat informasi tetapi harus sebagai pusat aktivitas: from text to context. Sehingga akhirnya menjadi perpustakaan yang berbasis pada inklusi sosial. Oleh karena itu, perpustakaan harus segera bertransformasi”. Tambah Retno. “Pustakawan dituntut untuk menyusun program perpustakaan yang inovatif dalam rangka meningkatkan citra UK/UPT. Tidak jarang pustakawan juga bekerja sebagai one person library atau pustakawan multitasking dalam mengelola perpustakaan” ungkapnya.
Seminar nasional ini menghadirkan keynote speaker dari Pusat Dokumentasi Ilmiah LIPI, Dr. Hendro Subagyo. Dalam paparannya ia mengingatkan untuk bisa survive di era 4.0 ini, para information experts paling tidak harus memiliki more connection, more collaboration, and more convergence. Oleh karenanya kesiapan teknologi, SDM, dan ekosistem juga menjadi hal penting yang harus disiapkan.
Hal ini tentunya senada dengan harapan Retno Mulyandari agar perpustakaan tidak saja menjadi pusat informasi dan edukasi, namun juga dapat menjadi ruh yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Sementara Kepala Bidang Perpustakaan, Riko Bintari Pertamasari selaku Ketua Panitia Semnas mengungkapkan bahwa peserta seminar adalah pustakawan, akademisi, dan praktisi perpustakaan yang berasal dari seluruh Indonesia.