Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) salah satu komoditas perkebunan penghasil minyak asiri patchouli oil yang bernilai ekonomis tinggi. Nilam memiliki prospek pasar yang luas baik di dalam maupun di luar negeri. Indonesia merupakan negara produsen utama minyak nilam dunia yang menguasai sekitar 95% pasar dunia. Sekitar 85% ekspor minyak atsiri Indonesia didominasi oleh minyak nilam dengan volume produksi 1.200-1.500 ton/tahun. Produk ini diekspor ke beberapa negara diantaranya Singapura, Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, Switzerland, dan Inggris. Sebagai komoditas ekspor, minyak nilam mempunyai prospek yang baik, karena permintaan yang terus menerus sebagai bahan baku industri (misalnya parfum, farmasi, kosmetik, sabun dan lain-lain), serta minyak ini belum dapat dibuat secara sintetis.
Nilam dapat dikembangkan sebagai tanaman sela maupun monokultur. Kendala dalam agribisnis nilam antara lain budi daya yang belum sempurna, bahan tanaman yang kurang sesuai, panen, penanganan bahan dan penyulingan yang kurang baik mengakibatkan produktivitasnya rendah. Faktor lain adalah kekeringan (iklim) dan fluktuasi harga. Di samping itu, serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) nilam perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan penurunan hasil produksi yang cukup signifikan. Penyakit yang menginfeksi tanaman nilam cenderung menyebabkan keparahan penyakit yang lebih besar dibandingkan dengan hama. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai OPT terutama penyakit pada nilam serta cara pengendaliannya, sangat penting diketahui oleh masyarakat perkebunan, agar kehilangan hasil dapat dihindari. Beberapa penyakit yang ditemukan menginfeksi nilam diantaranya layu bakteri dan penyakit budok/buduk.
Penyakit layu bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum E.F. Smith. yang dulu dikenal dengan nama Pseudomonas solanacearum. Gejala serangan berupa layu yang terjadi pada tanaman muda dan tua (dari cabang ke cabang secara tidak teratur). Tanaman akan mengalami kelayuan dalam waktu 2–5 hari setelah terinfeksi. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan eradikasi, memutus siklus hidup penyebab penyakit, melakukan pergiliran tanaman, dan memperbaiki saluran air. Eradikasi yaitu memusnahkan sumber penyakit dengan mencabut tanaman sakit lalu dibakar atau disuling. Memutus siklus hidup penyebab penyakit dilakukan dengan tidak menanam nilam selama 2-3 tahun di kebun yang sudah pernah terserang. Melakukan pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman bukan inang, seperti jagung. Terakhir memperbaiki saluran air pada saat curah hujan tinggi agar tidak terjadi genangan air yang dapat meningkatkan kelembapan tanah dan mempercepat penyebaran penyakit.
Penyakit Budok/Bengkak
Penyakit budok disebabkan oleh jamur Synchytrium pogostemonis f.sp. patchouli,
Jamur ini termasuk jamur tular tanah. Jamur Synchytrium bersifat parasit obligat, yaitu hanya dapat tumbuh dan berkembang di jaringan tanaman yang masih hidup. Cara yang paling mudah untuk mendeteksi adanya serangan sejak awal adalah mengamati ada atau tidaknya gejala pemendekan tunas (roset) kerdil maupun adanya kutil pada daun dari tunas-tunas nilam dekat permukaan tanah.
Pencegahan penyakit budok pada lahan bukan bekas serangan penyakit dilakukan dengan menggunakan benih sehat dan bubur bordeaux. Menggunakan benih sehat/tidak terserang penyakit budok yaitu bahan tanaman diambil dari kebun yang sehat, dalam satu kebun tidak ditemukan gejala penyakit. Untuk menghindari nematoda dan kemungkinan adanya sumber penyakit budok, dapat menggunakan karbofuran atau bubur bordeaux (bordou), dengan konsentrasi 1% bubur bordou (100 gr terusi + 100 g kapur pada 10 l air), PCNB (penta chloronitrobenzene), dan benomil (fungsida sistemik).
Pada lahan bekas serangan penyakit budok, pengendalian penyakit ini dilakukan dengan menggunakan benih bebas penyakit, pembuatan drainase, melakukan sanitasi, menggunakan bubur bordou, menyiram dengan fungisida. Pembuatan drainase untuk mencegah genangan air di sekitar kebun, yang dapat mempercepat penyebaran penyakit. Melakukan sanitasi yaitu membersihkan sisa-sisa tanaman nilam sebelum tanam. Menggunakan bubur bordou atau fungisida (karbofuran 5g/lubang tanaman) yang diaplikasikan bersamaan dengan pemberian pupuk kandang. Penyemprotan dengan fungisida dilakukan seminggu setelah tanam, kemudian dilakukan monitoring keberadaan penyakit. Apabila ditemukan gejala penyakit pada pertanaman, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar, tanah bekas tanaman disiram dengan fungisida.(HS2023).
Sumber:
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. Harumnya Nilam Primadona Dunia.
https://ditjenbun.pertanian.go.id/harumnya-nilam-primadona-dunia/
Eva Lizarmi, Akhmad Faisal Malik, Aidha Utami, Farriza Diyasti. 2022. Buku Saku OPT Penting Tanaman Nilam. Jakarta: Direktorat Perlindungan Perkebunan.
Wahyono. 2010. Pengelolaan Perbenihan Nilam Untuk Mencegah Penyebaran Penyakit Budok (Synchytrium pogostemonis). Perspektif Vol. 9 No. 1/Juni 2010