Jagung (Zea Mays) merupakan tanaman unggulan penting selain padi dan kedelai. Permintaan jagung cukup tinggi karena mempunyai fungsi multiguna baik untuk pangan maupun pakan. Pengembangan jagung sangat diprioritaskan dan keberadaannya sangat membantu dalam mempertahankan ketahanan pangan nasional. Namun dengan adanya gejolak cuaca ekstrim yang timbul akibat pemanasan global, terjadi banjir dan tanah longsor mengakibatkan banyaknya hama serta penyakit yang menyerang tanaman. Kerugian ekomonis yang ditimbulkan akibat serangan hama dan penyakit tidaklah sedikit, kerusakan tanaman dan kehilangan hasil produksi akan berimbas pada gagal panen. Oleh karenanya pengedalian hama dan penyakit secara terpadu perlu dilakukan.
Hama penting tanaman jagung
Penggerek Batang
Penggerek batang jagung merupakan hama utama pada tanaman jagung. Hama ini menyerang pada seluruh fase pertumbuhan sehigga bisa menyebabkan kehilangan hasil hingga 80%. Hama penggerek batang jagung merupakan serangga jenis Sesamia inferens W. Serangga ini meletakkan telurnya pada daun. Setelah menetas, larvanya akan memakan batang jagung.
Gejala serangan hama ini adalah munculnya lubang pada batang. Selain itu, penggerek batang juga menyerang rambut dan pucuk tongkol buah. Jika dibiarkan, hama ini bisa menurunkan produksi atau bahkan akan menyebabkan gagal panen.
Pengendalian :
Pengendalian hama penggerek batang bisa dikendalikan dengan kultur teknis, pengendalian hayati dan kimiawi.
- Pengendalian kultur teknis dan mekanis, bisa dilakukan dengan cara menentukan waktu tanam yang tepat, melakukan tumpang sari dengan tanaman lain, rotasi tanaman dan memusnahkan tanaman yang terserang
- Pengendalian hayati, dilakukan dengan cara memanfaatkan MA (musuh alami) yang ada disekitar lokasi tanaman jagung atau bisa dengan membuat sendiri.
- Pengendalian kimiawi dengan cara menggunakan insektisida yang efektif.
Ulat grayak
Hama ini merusak tanaman berkisar antara 5 – 50%. Dua spesies ulat grayak yang sering ditemukan di pertanaman jagung adalah Spodoptera litura dan Spodoptera frugiperda.. Umumnya, hama ini menyerang tanaman jagung pada malam hari dan bersembunyi di bawah tanaman, mulsa ataupun dalam tanah pada siang hari. Ulat grayak dapat menyerang batang, daun, hingga tongkol jagung.
Gejala ditunjukkan dengan daun yang terserang terlihat berlubang, titik tumbuh terpotong dan terdapat kotoran seperti serbuk gergaji. Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Umumnya serangan terjadi pada musim kemarau.
Pengendalian
- Pengendalian kultur teknis dengan cara membakar sisa-sisa tanaman pada lahan.
- Pengendalian fisik mekanis dengan cara mengumpulkan larva atau pupa dan bagian yang terserang dimusnahkan.
- Pengendalian hayati dengan menggunakan musuh alami
- Pengendalian kimiawi dengan cara menggunakan insektisida yang efektif.
Lalat bibit
Lalat bibit atau yang memiliki nama latin Atherigona exigua merupakan salah satu hama penting dan merugikan di pertanaman jagung. Lalat bibit menyerang tanaman yang masih muda atau yang baru muncul di permukaan. Serangan hama dimulai ketika telur diletakkan oleh imago pada permukaan bawah daun atau batang yang dekat dengan permukaan tanah, selanjutnya telur akan menetas menjadi larva. Selanjutnya larva akan melubangi bagian batang jagung dan membuat terowongan hingga ke dasar batang atau titik tumbuh tanaman. Hama ini dapat merusak tanaman sampai 80% bahkan bisa sampai gagal panen.
Gejala serangan : batang berlobang (berbentuk terowongan ) sampai ke pangkal batang membusuk hingga daun menjadi kuning (klorosis), pertumbuhan kerdil dan akhirnya mati
Pengendalian
- Kultur teknis dan pola tanam: Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya 1 – 2 bulan pada musim hujan maka serangan bisa dihindari dengan mengubah waktu tanam dan bergiliran tanaman.
- Penggunaan varietas resisten
- Pengendalian hayati dengan parasitoid yang parasit telor yaitu Trichogramma spp dan parasit larva adalah Sp
- Pengendalian kimiawi dengan insektisida dapat dilakukan melalui perlakukan benih yaitu Thiodikrab dosis 7,5 – 15 gr / kg benih atau karbaturan dengan dosis 6 gr b.a/kg benih. Kemudian setelah tanaman berumur 5-7 hari tanaman disemprot dengan karbofuran dengan dosis 0,2 kg. b.a/ ha atau thiodkrab 0,75 b.a/ha.
Ulat Tongkol
Ulat tongkol/penggerek tongkol jagung memiliki nama latin Helicoverpa armigera, menyerang tanaman pada fase generatif (45-56 HST). Selain menyerang tongkol, serangga ini juga menyerang pucuk dan malai. Imago meletakkan telur secara tunggal pada permukaan daun dan rambut tongkol.
Gejala serangan berupa rambut tongkol terpotong dan pada ujung tongkol terdapat bekas gerekan dan sering ditemukan larva. Larva masuk ke dalam tongkol muda dan memakan biji-biji jagung, sehingga terdapat terowongan bekas gerekan pada tongkol serta bekas gigitan pada biji jagung.
Pengendalian:
- Kultur teknik dapat dilakukan dengan pengolahan tanah dan pergiliran tanaman.
- Pengendalian fisik mekanis dengan mengambil dan memusnahkan larva satu per satu.
- Secara hayati, dapat menggunakan musuh alami Trichogrammaspp, cendawan Metarhizium anisopliae, dan predator Staphylinidae.
- Secara kimia, dengan penyemprotan insektisida yang dilakukan setelah terbentuk rambut jagung. Penyemprotan dapat dengan Furadan 3G atau dengan membuat lubang dekat tanaman, diberi insektisida dan ditutup lagi. Dosis yang digunakan 10 gram tiap meter persegi.\
Ulat Tanah
Hama ulat tanah pada tanaman jagung memiliki nama latin Agrotis ipsilon. Hama ini sangat aktif di malam hari dan biasanya bersembunyi di tanah pada siang hari. Serangan hama dengan cara memotong batang tanaman muda berumur 1-3 minggu, sehingga tanaman patah dan mati.
Cara pengendaliannya
- Kultur teknis dapat dilakukan dengan pengolahan tanah, penggunaan mulsa plastik, dan mengumpulkan hama untuk dibasmi.
- Mekanis dengan memusnahkan larva di saat senja hari.
- Pengendalian hayati dengan Bacilius thuringiensisatau Beauvaria bassiana.
- Secara kimia, dapat menggunakan insektisida secara efektif antara lain Khlorpirifos (Dursban 20 EC) dan Karbofuran (Furadan 3G).
Sumber:
- http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/10hama.pdf
- http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/81434/Pengendalian-Hama-dan-Penyakit-pada-Tanaman-Jagung
- https://digitani.ipb.ac.id/kenali-5-hama-penting-ini-pada-tanaman-jagung-serta-cara-pengendaliannya/