Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting, selain itu kedelai juga sebagai bahan industri olahan. Salah satu kendala dan sebagai faktor pembatas budidaya kedelai di Indonesia adalah adanya organisme pengganggu tanaman (OPT). Terdapat 50 jenis OPT tergolong hama perusak daun kedelai, salah satunya ulat jengkal.
Ulat jengkal pada tanaman kedelai termasuk hama utama. Ulat jengkal berwarna hijau dan memakan daun dari pinggir. Serangan berat mengakibatkan hanya tulang daun yang tersisa. Keadaan ini biasanya terjadi pada fase pengisian polong. Ulat jengkal menyerang kedelai sepanjang masa vegetatif sampai generatif. Fase larva merupakan fase yang paling berbahaya.
Serangan larva atau Infestasi dapat dicegah dengan pembenihan dan rotasi tanaman secara bersamaan dengan tanaman bukan inang. Infestasi ringan dapat dikendalikan dengan pemantauan rutin dan penyiangan. Pengendalian jentik yang saat ini juga banyak dilakukan adalah insektisida. Namun penggunaan insektisida yang berlebihan juga menimbulkan dampak yang tidak diinginkan antara lain: hama berkembang menjadi resisten terhadap insektisida, organisme bukan sasaran termasuk predator dan parasitoid juga ikut mati, menimbulkan ledakan hama sekunder, residu insektisida mencemari tanaman, tanah, air dan udara serta menimbulkan fenomena resurjensi yaitu jumlah populasi keturunan hama itu menjadi lebih banyak bila tidak diperlakukan dengan insektisida.
Untuk mengendalikan hama ulat jengkal digunakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Langkah-langkah tindakan PHT yaitu :
- Pengaturan Pola Tanam, dilakukan 3 cara yaitu: A. Pergiliran tanaman untuk memutus rantai pakan hama; B. Pengaturan waktu tanam untuk menghindarkan masa krisis tanaman dari serangan hama; C. Penanaman serentak agar tidak terjadi tumpang tindih generasi hama
- Pemanfaatan Musuh Alami: A. Parasitoid yaitu musuh alami akan memanfaatkan serangga hama sebagai inang kemudian memakannya. B. Predator atau pemangsa serangga hama dan C. Pathogen yaitu serangga yang menyebabkan serangga hama terserang penyakit lalu mati.
- Pengendalian Fisik dan Mekanik, dengan cara memungut dan memusnahkannya.
- Penggunaan Varietas Tahan, Kedelai PI 417061 (Kosa Mame) hasil introduksi dari Jepang tahan terhadap ulat jengkal jenis Pseudoplusia chalcites. Kedelai kurstaki transgenik yang disisipi gen cry1Ac dari Bacillus thuringiensis (Jack-Bt) juga dilaporkan tahan terhadap ulat jengkal kedelai dan juga tahan terhadap hama dari famili Lepidoptera.
Pengendalian hama kedelai secara alami dengan prinsip PHT ini tidak sulit untuk diterapkan. Sayangi lingkungan dan kesehatan kita dengan mengurangi penggunaan insektisida. Sepanjang masih bisa digunakan metode PHT, tidak perlu menggunakan pestisida. (Eni K/Dhira)
Sumber : Inayati dan Marwoto (Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi). Buletin Palawija No.22 : 63-70 (2011)
http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/images/isi_monografi/M-62%20Seri%20Pestisida%20untuk%20Kubis%20dan%20Kentang.pdf