Kopi adalah tanaman hasil pertanian yang diolah menjadi minuman. Olahan ini berasal dari hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk. Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara termasuk Indonesia. Namun produksi kopi Indonesia terus mengalami penurunan. Salah satu penyebab utama turunnya produktivitas dan kualitas kopi di Indonesia, bahkan di seluruh negara penghasil kopi adalah hama penggerek buah kopi. Hama ini dalam bahasa ilmiahnya disebut Hypothenemus hampei (Ferr.). Jenis hama ini termasuk bangsa kumbang (Coleoptera) berwarna hitam coklat atau hitam mengkilap, yang berasal dari Afrika.
Serangan hama ini menyebabkan lubang pada bagian ostiole dan serbuk sisa makanan dapat terlihat disana. Bagian yang diserang buah yang sudah hijau, matang, dan kering. Hama Hypothenemus hampei berkembang dengan metamorfosa sempurna dengan tahapan telur, larva, pupa dan imago atau serangga dewasa. Masa perkembangan sari telur sampai dewasa 25-35 hari, panjang yang betina sekitar 2 mm dan yang jantan 1,3 mm.
Gejala Serangan
Umumnya Hypothenemus hampei menyerang buah dengan endosperma yang telah mengeras. Buah kopi yang bijinya masih lunak hanya digerek untuk mendapatkan makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Serangga betina meletakkan telurnya di dalam biji, selanjutnya berkembang biak sampai buah kopi dipanen atau gugur karena terlalu masak. Kerusakan yang ditimbulkan berupa buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur mengakibatkan penurunan jumlah produksi dan mutu hasil 10-40%. Serangan serangga dapat terus berlangsung setelah panen sampai terbawa di penyimpanan (hama gudang), apabila kadar air biji kopi masih tinggi.
Serangga betina yang siap bertelur biasanya muncul dan terbang pada sore hari antara pukul 16.00 — 18.00. Kemampuan terbang kumbang betina bisa mencapai 350 m, sedangkan kumbang jantan tetap tinggal di dalam biji kopi karena tidak bisa terbang.
Cara Pengendalian
1. Mekanis
1.a Petik bubuk
- Mengurangi naungan agar tidak terlalu lembab dengan cara pemangkasan, untuk menjaga agar pohon kopi terbuka terkena sinar matahari;
- Melakukan pemanenan minimal satu minggu sekali, semua buah kopi yang sudah matang dipanen secara serentak;
- Melakukan sanitasi dengan cara memungut semua buah kopi yang terserang lalu mengubur di dalam tanah;
- Gunakan perangkap imago;
- Seluruh buah (yang terserang) dikumpulkan kemudian dimusnahkan dengan cara dibenamkan atau dibakar, sedangkan buah-buah yang masih bisa dimanfaatkan perlu direndam pada air panas selama 5 menit.
- Menggunakan jamur patogen serangga : Beauveria bassiana, Lecanicillium lecanii, Methariium anisopliae, Paelomyces sp.
1.b Racutan/Rampasan
Merupakan tindakan memetik semua buah kopi berukuran lebih dan 5 mm yang masih berada di pohon pada akhir panen. Tindakan ini bertujuan untuk memutus siklus hidup PBK.
1.c Lelesan
Lelesan, yaitu mengambil semua buah yang telah gugur dan dikumpulkan. Buah-buah yang telah terkumpul kemudian dimusnahkan seperti pada tindakan petik bubuk dan rampasan. Tindakan lelesan juga dapat dilakukan bersama-sama dengan petik bubuk dan rampasan. Lelesan bertujuan untuk memutus siklus hidup hama PBKo. Bila ketiga cara tersebut dipadukan akan membantu menekan serangan hama PBKo. Pengaturan naungan memengaruhi perkembangan hama PBKo. Naungan yang terlalu lembab akan memperbesar intensitas serangan.
2. Biologis
2.a Penggunaan musuh alami terutama untuk kebun kopi yang mempunyai kriteria sebagai berikut :
- Untuk intensitas serangan <50%, dikendalikan menggunakan cendawan Beauveria bassiana.
- Daerah yang mempunyai kelembaban cukup tinggi yaitu terutama di atas 80% dan temperatur ± 25 o
2.b Beberapa parasitoid yang dapat digunakan sebagai musuh alami PBKo, salah satunya adalah Cephalonomia stephanoderis.
2.c Penggunaan senyawa penarik (atraktan) seperti Hypotan/Brocap.
Atraktan merupakan senyawa penarik dengan menggunakan tambahan alat perangkap. Sebagian besar siklus hidup PBKo berada di dalam buah kopi, sehingga penggunaan bahan kimia untuk pengendalian hama ini tidak disarankan. Penggunaan bahan kimia dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan seperti terjadinya resurgensi dan resistensi hama sasaran maupun pencemaran Iingkungan hidup.
3. Kultur Teknis
Pencegahan dapat dilakukan dengan memperkuat kesehatan tanaman melalui pemupukan berimbang, pemangkasan dan pemberian naungan yang cukup serta pemanfaatan varietas kopi arabika yang tahan atau toleran misalnya; lini S795. USDA 762 dan Adnungsari 2K.
Dengan mengenali hama penggerek buah kopi dan siklus hidupnya, maka dapat diterapkan cara pengendalian terpadu serta ramah lingkungan. Pengendalian secara teknis, biologis dan kultur teknis merupakan cara pengendalian alamiah dengan upaya mengurangi unsur kimia.(HJ’23)
Bahan Bacaan:
https://sinta.ditjenbun.pertanian.go.id/penggerek-buah-kopi-pbko/