Indonesia masih membutuhan bibit sapi potong, hal ini dikarenakan bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan sapi bakalan dan daging terutama dalam mendukung swasembada daging sapi. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan daging sapi masih sangat tinggi, oleh karena itu peluang usaha dalam beternak sapi juga masih tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, peternak sapi berharap bisa mendapatkan bibit sapi yang unggul.
Cara utama untuk meningkatkan keseimbangan penyediaan dan kebutuhan ternak sangat tergantung pada ketersediaan bibit yang berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan mutu dan penyediaan bibit yang memenuhi standar dalam jumlah yang cukup dan tersedia secara berkelanjutan serta harga terjangkau harus diupayakan secara terus menerus.
Potensi ternak sapi potong di Indonesia masih luar biasa, pangsa pasar dalam negeri pun sudah sangat terbuka, tapi mengapa potensi tersebut belum mampu membangkitkan dunia peternakan di Indonesia? Hal ini dikarenakan peternakan sapi potong masih dikelola secara tradisional, kualitas ternak yang kurang baik serta manajemen pemeliharaan ala kadarnya sehingga tidak mengherankan apabila sapi yang dipelihara memiliki pertambahan bobot harian yang sangat rendah.
Disamping itu skala kepemilikan berkisar 2 – 3 ekor/ rumah tangga, kondisi ini jelas sangat merugikan peternak sendiri karena kurang mendapatkan hasil yang memuaskan. Untuk mengembangkan sapi saja masih berat, untuk dapa bertahan memerlukan upaya yang besar, sehingga peternak lebih dominan memilih menjual sapi mereka untuk dijadikan usaha yang lain yang cepat menghasilkan uang misalnya membeli motor kreditan dan beralih profesi menjadi ojek.
Sapi PO terseleksi adalah sapi hasil persilangan pejantan sapi Samba Ongole (SO) dengan sapi betina lokal di Jawa yang berwarna putih. Saat ini sapi PO yang murni mulai sulit ditemukan, karena telah banyak disilangkan dengan sapi Brahman. Sehingga sapi PO diartikan sebagai sapi lokal berwarna putih (keabu-abuan), berkelasa dan memiliki gelambir.
Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induksinya cepat kembali normal setelah beranak, jantan memiliki kualitas semen yang baik. Sapi ini memiliki karakteristik pola warna putih keabu-abuan, ekor berkipas (bulu cambuk ekor), bulu sekitar mata berwarna hitam, badan besar, gelambir longgar bergantung, punuk besar, leher pendek, dan tanduk pendek.
Keunggulannya adalah PBBH prasapih 0,4 kg/hari, bobot lahir 31,1 + 4,4 kg, bobot dewasa jantan 578 kg (umur 36 bulan) dan betina 312 kg (umur 24 bulan), serta tinggi gumba jantan 142 cm (umur 36 bulan) dan betina 124 cm (umur 24 bulan). (DHIRA)
Link terkait
http://www.litbang.pertanian.go.id/produk/97/