Indonesia merupakan produsen dan pengekspor rempah-rempah, yang dikenal sejak zaman penjajahan, bahkan saat ini menempati posisi ke-4 terbesar dunia. Salah satunya komoditas yang sangat diminati di pasar internasional adalah lada. Di luar negeri, lada sering digunakan sebagai tambahan perasa makanan hingga untuk kesehatan. Tahun 2021 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor lada sebesar US$92,68 juta atau setara Rp.1,44 triliun. Nilai ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2020 hanya mencapai US$75,31 juta. Secara tren, nilai ekspor lada mengalami penurunan dalam lima tahun terkahir karena nilai tertinggi ekspor lada pada tahun 2017 mencapai US$133,47 juta. Hal ini karena banyak faktor yang menyebabkan penurunan produksi termasuk akibat serangan hama dan penyakit.
Hama utama yang dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hasil panen lada adalah hama penghisap buah lada, kepik (Dasynus piperis). Kepik merupakan hama yang merusak tanaman lada dengan cara menusukkan stilet (alat mulut serangga penghisap) dan menghisap cairan buah lada sehingga menjadi kosong dan rusak. Hama ini juga mengambil cairan dari bagian tanaman lain seperti bunga, tangkai daun, dan pucuk muda tanaman lada.
Gejala serangan:
Adanya bintik-bintik kekuningan pada buah lada umur 4-5 bulan dan bunga lada menjadi hitam. Akibat serangan tidak selalu menyebabkan buah gugur, tergantung jenis dan tempat serangan. Apabila serangan berat dan dekat pangkal tandan bunga, maka tandan akan gugur, tetapi apabila serangan ringan di bagian tengah atau ujung maka tandan buah tidak gugur. Serangan kepik ini menyebabkan tandan buah lada muda banyak yang ompong.
Cara Pengendalian:
- Teknis
Melakukan sanitasi kebun secara rutin, memotong dan membakar bagian yang terserang di luar kebun
- Hayati
Aplikasi insektisida nabati seperti sereh wangi, parutan daun tembakau, akartuba/derris dicampur sedikit sabun dan minyak goreng, penyemprotan suspensi jamur patogen serangga, dan menggunakan metabolit sekunder APH.
- Kimia
Menggunakan insektisida berbahan aktif seperti: karbaril, fipronil, fenitrotion, MIPC, lamda shalotrin, permethrin, abamektin, fentoat, sipermetrin. (Herwan Junaidi)
Sumber:
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Statistik Petanian Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia.
Wibawanti R dan Setyaningsih R.B. 2019. Buku Saku Pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Utama Tanaman Lada dengan Sistem PHT. Direktorat Perlindungan Perkebunan – Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/81351/HAMA-DAN-PENYAKIT-TANAMAN-LADA/
https://ditjenbun.pertanian.go.id/meksiko-lirik-lada-dan-kayu-manis-indonesia/