Pala merupakan salah satu komoditas unggulan tanaman rempah dan penyegar. Hal ini karena buah pala yang rendah kalori dan nikmat disantap ini memiliki segudang manfaat bagi kesehatan. Manfaat ini diperoleh dari kandungan vitamin C, kalsium, fosfor, dan nutrisi lainnya dalam buah pala. Daging buah pala dapat diolah menjadi berbagai makanan lezat, antara lain selai, sirup, asinan, jamoka, dan makanan penutup.
Banyaknya manfaat buah pala menjadi daya tarik bagi negara Uni Eropa untuk memperoleh tanaman rempah ini. Tahun 2022, tercatat nilai ekspor pala Indonesia sebesar 22.821 ton dengan nilai 158.45 juta dollar Amerika. Kendati demikian tingginya permintaan pasar, namun Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar karena produksi pala Indonesia terus mengalami penurunan.
Selain itu, mutu pala Indonesia tergolong rendah dibandingkan pala dari Grenada dan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah hama dan penyakit yang memengaruhi penurunan produksi dan mutu yang rendah. Salah satu jenis hama berbahaya pada pala adalah rayap (Cryptotermes sp). Hama ini biasanya sering dijumpai pada kebun-kebun yang kurang bersih dari semak dan tunggul-tunggul pohon. Rayap biasanya menyerang bagian bawah tanaman, dimulai dari akar dan pangkal batang hingga bagian dalam batang, sehingga seluruh bagian batang terserang.
Gejala Serangan
Serangan hama rayap ditandai dengan bercak hitam pada permukaan batang. Gejalanya dimulai dari akar tanaman. Selain itu dapat dilihat adanya jalur rayap di sepanjang batang.
Pengendalian Hama
Pengendalian hama ini dilakukan secara teknis, hayati dan kimia. Pertama, membersihkan pangkal batang dari kotoran sehingga tidak menjadi makanan bagi rayap. Kedua, sanitasi kebun dengan membersihkan tunggul tanaman sisa pembukaan lahan baru. Ketiga, penggunaan insektisida dua kali setahun. Penyemprotan ditujukan pada tanah dan sekitar batang untuk mencegah naiknya rayap ke bagian batang sebelah atas. Keempat, menggunakan entomopatogen seperti Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae dan Myrothesium sp., pestisida nabati minyak cengkeh, serai wangi, kayu manis dan mimba dosis 5-10 ml air (disampur dengan sabun cair 9:1), kitosan.
Dengan mengetahui gejala serangan dan cara pengendalian sedini mungkin diharapkan hama rayap akan terkendali dengan baik, sehingga dapat meningkatkan produksi pala.
Sumber:
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Pedoman Teknis Budidaya Pala. Kementerian Pertanian RI. Jakarta.
Maryani Y, Setyaningsih R.B., Budi H.I. 2018. Buku Saku Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Utama pada Pala. Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementerian Pertanian RI. Jakarta.