Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam memanfaatkan dan mengoptimalkan lahan kering adalah dengan penanaman varietas unggul baru (VUB) padi gogo. VUB padi gogo memiliki keunggulan dari rasa nasi, potensi hasil tinggi, tahan hama penyakit, dan tahan rebah sehingga berpeluang mencapai hasil produksi yang lebih tinggi.
Produktivitas lahan kering rata-rata saat ini lebih rendah karena tingkat kesuburan yang rendah, namun potensi luasannya sangat tinggi. Selain produktivitas yang rendah indek pertanamannya juga belum maksimal karena ketersediaan air merupakan faktor pembatas dalam usahatani, sehingga tidak dapat dilakukan sepanjang tahun.
Potensi lahan kering dalam membantu pemenuhan kebutuhan pangan nasional khususnya padi bisa sangat signifikan apabila dikembangkan dan diberikan masukan sarana produksi yang tepat, sistem budidaya yang tepat dan pengelolaan serta manajemen air yang tepat karena kebutuhan air sangat berpengaruh pada lahan kering.
Penggunaan VUB padi gogo adalah varietas yang mempunyai ciri-ciri: 1) dapat menyesuaikan terhadap iklim dan jenis tanah setempat; 2) rasa nasi disenangi dan mempunyai harga yang tinggi di pasaran; 3) potensi hasil tinggi; 4) tahan terhadap hama penyakit; dan 5) tahan rebah. Penggunaan varietas yang dianjurkan akan memberikan peluang lebih besar untuk mencapai tingkat hasil yang lebih tinggi dengan mutu beras yang lebih baik.
Pemilihan varietas didasarkan kepada hasil pengkajian spesifik lokasi (tempat, musim tertentu), pengalaman petani, ketahanan terhadap OPT, rasa nasi, permintaan pasar dan mempunyai harga pasar yang lebih tinggi. Oleh sebab itu penanaman varietas yang sama secara terus-menerus pada lokasi yang sama harus dihindari untuk mengurangi serangan hama dan penyakit (OPT). Beberapa VUB padi gogo yaitu :
- Varietas Inpago 9: tekstur nasi sedang, umur panen kurang lebih 115 hari; hasil 8,4 (t/ha). Ketahan/toleransi agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, agak tahan terhadap penyakit blas ras 133, moderat terhadap penyakit blas ras 033 dan 173, agak tahan hawar daun bakteri patotipe III.
- Varietas Inpago 10: tekstur nasi sedang, umur panen kurang lebih 115 hari, hasil 7,3 (t/ha). Ketahan/toleransi tahan terhadap penyakit blas ras 033, agak tahan terhadap blas ras 133 dan 073
- Varietas Inpago 11: tekstur nasi sedang, umur panen kurang lebih 111 hari, hasil 6 (t/ha). Ketahan/toleransi agak rentan wereng batang coklat biotipe 1,2 dan 3, tahan terhadap penyakit blas ras 033, agak tahan terhadap penyakit blas ras 073 dan 133, tahan terhadap hawar daun
- Varietas Rindang I Agritan: tekstur nasi pera, umur panen kurang lebih 113, hari hasil 6,97 (t/ha). Ketahan/toleransi agak peka terhadap WBC, tahan terhadap blas ras 173, toleran terhadap naungan dan kekeringan
- Varietas Rindang 2 Agritan: tekstur nasi pulen, umur panen kurang lebih 113 hari, hasil 7,39 (t/ha). Ketahan/toleransi agak peka terhadap WBC, tahan terhadap blas, toleran terhadap naungan dan kekeringan
- Varietas Luhur I: tekstur nasi pulen umur panen kurang lebih 124 hari, hasil 6,4 (t/ha). Ketahan/toleransi agak rentan terhadap WBC, tahan terhadap penyakit blas, toleran terhadap kekeringan fase vegetative
- Varietas Luhur 2: tekstur nasi sedang, umur panen kurang lebih 123 hari, hasil 6,9 (t/ha). Ketahan/toleransi agak rentan terhadap WBC, tahan terhadap penyakit blas, toleran terhadap kekeringan fase vegetative
- Varietas Inpago 12 Agritan: tekstur nasi sedang, umur panen kurang lebih 111 hari, hasil 10,2 (t/ha). Ketahanan/toleransi agak rentan WBC, tahan terhadap penyakit blas.
- Varietas Inpago 13 Fortiz: tekstur nasi medium, umur panen kurang lebih 114 hari, hasil 8,11 (t/ha). Ketahanan/toleransi agak rentan WBC, tahan terhadap penyakit blas.
Selain varietas unggul baru, terdapat juga varietas lokal yang dianjurkan seperti varietas Kuku Balam dll. Penggunaan varietas unggul baru padi gogo diharapkan dapat mencapai target peningkatan produksi padi yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. (WD 2024)
Sumber :
Rambe, S.S.M. et al. (2024). Budidaya tanaman padi gogo terstandar. Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Bengkulu.
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/23075