Mina padi merupakan teknik budi daya yang menggabungkan budi daya padi dan ikan yang dilakukan secara bersamaan di lahan sawah. Teknik budi daya ini dapat meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan dan air, meningkatkan efisiensi usaha tani, serta menjaga keberlanjutan sistem produksi padi.
Mina padi merupakan salah satu strategi sistem diversifikasi pertanian. Mina padi dilakukan pada sistem pengairan sawah teknis dan setengah teknis. Sistem usaha tani mina padi bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan efisiensi usahatani pada lahan sawah irigasi guna meningkatkan pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, pendapatan petani dan kesempatan kerja, serta menjaga keberlanjutan sistem produksi padi.
Keuntungan yang diperoleh dari sistem minapadi, diantaranya menghasilkan beras sebagai sumber karbohidrat dan ikan sebagai sumber protein; meningkatkan pendapatan petani dari nilai tambah hasil penjualan ikan; termanfaatkannya lahan dan air secara optimal; menambah kesuburan tanah; memutus siklus biologis hama karena ikan; dan menekan tumbuhnya gulma.
Tahapan Budi Daya Mina Padi
Pemilihan lahan. Lahan berupa tanah berlempung atau liat dan tidak kebanjiran Untuk lahan sawah terasering hindari yang mudah longsor. Luas lahan 500 -1000 meter persegi dan satu hamparan.
Pengolahan lahan dan pembuatan persemaian. Dilakukan kurang lebih satu bulan sebelum penanaman padi. Pengolahan lahan dilakukan untuk pembuatan pematang (galengan) dan parit. Parit dibuat sekeliling petakan sawah dengan lebar 1 meter dan kedalaman 50-60 cm. Saluran pemasukan dan pengeluaran air diberi saringan yang dibuat dari kawat, bambu atau bahan lain agar ikan tidak keluar dari lahan sawah.
Penanaman padi. Gunakan benih padi berlabel. Padi yang cocok untuk mina padi adalah padi dengan perakaran kuat, cepat bertunas, batang kuat, tidak mudah rebah, dan daun tegak. Selain itu padi tahan genangan dan tahan serangan hama penyakit. Rata-rata penggunaan benih mina padi lebih sedikit dibanding sistem padi monokultur. Penanaman padi dilakukan pada saat umur bibit 21-30 hari, dengan setiap rumpun terdiri dari 2-3 batang. Penanaman padi dengan sistem tanam jajar legowo 4 : 1 banyak memberikan keuntungan pada budidaya mina padi. Penggunaan teknik jajar legowo dengan jarak tanam cukup luas menyebabkan unsur hara dalam tanaman dapat diserap oleh tanaman secara merata, sehingga hasil produksi menjadi lebih banyak.
Penebaran ikan. Benih ikan dipilih yang memiliki pertumbuhan cepat, disukai konsumen, nilai ekonominya cukup tinggi dan tahan terhadap perubahan lingkungan. Benih ikan yang digunakan adalah nila dan mas. Ukuran bibit ikan yang digunakan 8–12 cm Penebaran benih ikan dilakukan pada sore atau pagi hari saat tanaman padi berumur 10–15 hari setelah tanam (HST) atau seminggu setelah penanaman padi. Padat tebar ikan adalah 4–5 ekor/m2. Padat tebar di bawah 6 ekor/m2 dapat memberikan hasil pada tingkat kelangsungan hidup ikan dan bobot ikan terbaik.
Pemupukan lahan. Pupuk kandang diberikan sebagai pupuk dasar sesudah pengolahan tanah. Pemberian kapur dilakukan bersamaan dengan pupuk dasar. Untuk pupuk anorganik diberikan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah dengan menggunakan rekomendasi pemupukan, dilakukan setelah penebaran benih ikan.
Apabila menggunakan pupuk anorganik, saluran pemasukan dan pembuangan air ditutup, dan air dibiarkan dalam kondisi tergenang. Rata-rata jumlah pupuk lebih sedikit karena sudah terbantu dengan kotoran ikan yang dipelihara selama penanaman padi. Ikan juga memakan binatang-binatang kecil yang merupakan hama padi. Perilaku ikan dan kotoran ikan juga memegang peranan penting dalam meningkatkan kesuburan tanah. Kotoran ikan dan sisa makanan berfungsi sebagai pupuk organik bagi tanaman padi. Dengan tersedianya pupuk organik maka akan mengurangi penggunaan pestisida dan herbisida yang mengarah langsung pada perbaikan lingkungan dan kesehatan manusia. Jadi penggunaan pupuk lebih efisien. Sistem mina padi membantu percepatan perbaikan lingkungan karena akan mengurangi gas metan yang dibuang dari sisa pemupukan.
Penyiangan gulma dikerjakan secara rutin pada lahan mina padi. Ikan memakan tumbuhan kecil (gulma) yang tumbuh di sekitar tanaman padi sehingga persaingan antara padi dan gulma dalam menyerap nutrisi dapat dikurangi. Genangan air dan ikan pada sistem mina padi membantu dalam menekan pertumbuhan gulma sehingga mengurangi penyiangan.
Pemeliharaan ikan dilakukan melalui dua hal, yaitu pemberian pakan tambahan dan pengelolaan air. Pemberian pakan tambahan dilakukan setelah ikan ditebar selama empat belas hari di petakan sawah. Jumlah pakan yang diberikan mengikuti pertumbuhan ikan, dengan periode pemberian pakan tambahan satu kali sehari pada sore hari.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan sistem periodik. Ikan yang dipelihara merupakan predator bagi serangga hama padi, sehingga serangan hama dapat terkendali dengan baik. Budi daya mina padi juga efektif untuk mengendalikan serangan hama tikus di lahan persawahan sehingga penggunaan pestisida dan insektisida mina padi lebih hemat. Penggunaan pestisida harus lebih selektif. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih dingin. Saat penyemprotan air di petak sawah ditinggikan. Pemanenan hasil. Panen dilakukan setelah malai menguning 95%. Panen ikan dilakukan sepuluh hari sebelum panen padi atau setelah kanopi padi menutup seluruh permukaan tanah.
Budidaya mina padi dapat mencukupi kebutuhan protein dan karbohidrat. Hama penyakit dapat ditekan. Pemupukan dan penyiangan juga lebih efisien (JA 2025).
Sumber:
Balai Informasi Pertanian Sumatera Utana. (1989). Petunjuk teknis sistem usahatani padi -ikan di sawah (mina padi). https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/23307
Abdurachman, S. (2015). Petunjuk teknis minapadi. Sulamandi: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Hardjanto, K. (2021). Implementasi budidaya mina padi di Kota Magelang. Chanos Chanos, 19(1), 115-124.
Lestari, S., & Bambang, A. N. (2017). Penerapan minapadi dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. In Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning, 14(1): 70-74 .