Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik merupakan inovasi bioteknologi reproduksi di bidang peternakan dalam meningkatkan produktivitas ternak sapi dan kerbau. IB menjadi solusi untuk kendala penurunan kualitas bibit ternak, akibat terbatasnya pejantan.
Inseminasi buatan (IB) merupakan suatu cara atau teknik perkawinan (kawin suntik) untuk memasukkan/mendeposisikan mani (spermatozoa atau semen) dari ternak jantan yang telah dicarikan dan telah diproses terlebih dahulu ke dalam alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus insemination gun. Tujuan dari IB adalah untuk memperbaiki mutu genetik ternak, mengurangi biaya transportasi pejantan, mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul, meningkatkan angka kelahiran ternak secara teratur, dan mencegah penularan penyakit melalui alat kelamin. Dibandingkan dengan kawin alam yang biasanya seekor ternak hanya mampu mengawini beberapa puluh ekor betina saja, IB memungkinkan seekor pejantan mengawini ratusan ribu ekor ternak yang berada pada lokasi dan waktu yang berbeda dan berjauhan.
Keuntungan IB yaitu menghemat biaya pemeliharaan pejantan, dapat mencegah terjadinya kawin sedarah (inbreeding), mengurangi penularan penyakit akibat perkawinan, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik, dan semen dapat disimpan lebih lama.
Secara teknis keberhasilan IB sedikitnya dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu (1) kualitas sperma setelah dibekukan dan thawing kembali, termasuk di dalamnya pemeliharaan dan penanganan semen beku; (2) kualitas atau kondisi resipien, terkait dengan manajemen, pakan dan kesehatan; (3) ketepatan deteksi estrus; dan (4) keterampilan inseminator yang secara keseluruhan saling berkaitan untuk keberhasilan suatu program IB.
Teknik IB dilakukan untuk untuk efisiensi dan mengefektifkanitas dalam penggunaan pejantan terpilih, menghindari terjadinya penyebaran penyakit melalui saluran reproduksi, atau untuk mengatasi bila terjadi kendala dalam proses perkawinan alam antara jantan dan betina, serta dengan adanya teknik IB dapat mencegah terjadinya inbreeding (kawin sedarah).
IB dapat dilakukan pada ternak betina produktif, yaitu pada sapi betina berumur 15–18 bulan dan pada saat ternak sudah dewasa tubuh dan menunjukan tanda-tanda berahi. Berdasarkan tanda berahi ”standing heat” (diam dinaiki), IB dilakukan pada 9–12 jam setelah gejala ”standing heat” teramati. Kondisi tubuh ternak layak IB, yaitu tulang rusuk kurang kelihatan, otot panggul datar, bagian belakang tulang belakang kurang kelihatan, dan garis melintang pada perut samar.
Manajemen Inseminasi Buatan
1. Inseminator: komitmen dan konsisten waktu IB yang tepat, penyimpanan dan transportasi semen beku, thawing, sanitasi, dan higienis dalam IB (IB lege arts).
2. Peternak :
- pengamatan berahi intensif (3 kali/hari pada pagi, sore, dan malam).
- pencatatan dilakukan secara tertib sehingga dan tersedia manajemen pencatatan/recording.
3. Monitoring & evaluasi: data IB pada 60 hari sebelumnya, pemeriksaan kebuntingan (PKB) 60 hari post IB (terjadwal).
Seleksi sapi pejantan dan betina yang berkualitas dan yang tepat, penanganan penampungan semen, recording sapi induk yang sudah di IB, sanitasi lingkungan yang bersih dan memadai, serta pelaksanaan IB yang tepat akan berdampak meningkatnya produktivitas ternak sapi dan kerbau. (SUT/2024)
Sumber:
1. Kardiyanto, E. (2017). Teknik Inseminasi Buatan pada sapi dan kerbau. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/16890
2. Diwyanto, K. dan Herliantien. Aplikasi teknologi inovatif sexing dalam program inseminasi buatan dan usaha cow-calf operation. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/4856