Pengendalian hama secara kimiawi dengan penggunaan pestisida menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, tanaman itu sendiri, manusia, dan hewan. Selain itu hama tanaman menjadi resisten dan dapat mengganggu populasi musuh alami. Pengendalian hama secara hayati dengan menggunakan musuh alami tidak mencemari lingkungan dan dapat menjaga keseimbangan ekosistem.
Beberapa serangga merupakan hama yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman atau bagian tanaman sehingga menimbulkan kerugian baik secara fisiologis maupun ekonomis. Hama pada pertanaman padi dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, hama serangga seperti penggerek batang, wereng batang cokelat, wereng hijau, wereng punggung putih, hama putih, hama putih palsu/pelipat daun, ulat grayak, walang sangit, ganjur, belalang kembara, kepinding tanah, lalat bibit, lundi/uret, anjing tanah/orong-orong, dan kepik biji/hitam. Kedua, hama bukan serangga seperti tikus, siput murbei/keong mas, dan babi hutan.
Setiap hama memiliki musuh alaminya masing-masing. Musuh alami memiliki peranan penting sebagai pengendali hama tanaman di alam. Keberadaannya harus dilestarikan dan dikelola agar mampu berperan secara maksimum dalam pengaturan populasi hama. Berikut beberapa hama serangga dan pengendaliannya dengan memanfaatkan musuh alami.
Hama Serangga dan Musuh Alami
1. Penggerek batang
Penggerek batang merupakan salah satu hama utama di Indonesia. Serangan hama ini merupakan serangan paling luas di Indonesia. Ada lima jenis penggerek batang padi, yaitu penggerek batang padi kuning (PBPK), penggerek batang padi putih (PBPP), dan penggerek batang padi bergaris (PBPB), penggerek batang padi berkepala hitam, dan penggerek batang padi merah jambu. Penggerek batang padi (PBP) menyerang padi di sepanjang fase pertumbuhannya. Hal ini menyebabkan sundep pada fase vegetatif, dan menyebabkan beluk atau malai hampa pada fase generatif. Musuh alami hama ini adalah parasitoid, predator, dan patogen.
2. Wereng batang cokelat (WBC)
WBC menyerang padi dengan cara menghisap cairan tanaman pada bagian pembuluh. Gejalanya adalah daun tanaman mulai menguning, kemudian mengering dengan cepat. Terlihat area seperti titik/spot pada hamparan tertentu yang membentuk pola melingkar hopperburn dan tanaman tampak seperti terbakar. Pengendalian dilakukan menggunakan agens hayati, seperti cendawan patogen, yaitu Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, M. flavoviridae, dan Hirsutella citriformis.
3. Wereng hijau
Gejala kerusakan yang ditimbulkan hama ini, antara lain tanaman menjadi kerdil, anakan berkurang, dan daun berubah warna menjadi kuning karena kekurangan nutrisi. Aplikasi agens hayati jenis Metarhizium anisopliae menjadi alternatif pengendalian ramah lingkungan.
4. Wereng punggung putih (WPP)
Serangan hama ini umumnya terjadi pada fase vegetatif tanaman. Gejalanya padi menguning kemudian mengering. Pada serangan berat, pertumbuhan tanaman akan terganggu dan menyebabkan kerusakan pada malai. Pengendalian hama ini dengan memanfaatkan musuh alami, seperti parasitoid telur dan predator alami. Beberapa parasitoid yang efektif melawan WPP adalah Trichogramma spp. dan Anagrus spp.
5. Hama putih/penggulung daun
Gejala serangan hama putih ditandai dengan daun terpotong seperti digunting. Daun yang terpotong menyerupai tabung digunakan larva untuk membungkus dirinya. Daun yang dipotong oleh larva hama putih akan mengurangi luasan daun yang berperan dalam fotosintesis sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Musuh alami dari golongan parasitoid, yaitu Tetrastichus sp. dan Apsilops cintroticus dapat dimanfaatkan dalam menekan populasi hama putih di lapangan.
6. Ulat grayak Spodoptera mauritia
Ulat grayak merupakan hama sporadis tanaman padi yang pola serangannya tidak terduga. Larva ulat grayak mauritia memiliki sifat rakus karena menyerang semua fase pertumbuhan padi. Larva ini akan memakan daun secara perlahan dari bagian tepi dan hanya menyisakan bagian tulang daun. Musuh alami yang dapat dimanfaatkan adalah jenis parasitoid Telenomus sp. dan Cotesia sp., serta predator seperti lalat buah Tachinidae, semut Formicidae, dan laba-laba.
7. Walang sangit (Leptocorisa oratorius)
Hma ini merupakan hama dengan bau yang khas dan menyengat. Menyerang tanaman padi dengan cara menghisap malai padi pada periode mulai berisi bulir hingga matang susu. Hal ini menyebabkan bulir padi berubah warna dan mengapur, hampa, atau tidak terisi sempurna. Musuh alami walang sangit adalah predator (laba-laba dan belalang Conochepalus sp.) dan cendawan patogen (Beauveria bassiana) yang efektif meningkatkan mortalitas hama walang sangit.
8. Hama ganjur (Orseolia oryzae)
Hama ini ditemukan di lingkungan sawah irigasi atau tadah hujan selama fase anakan tanaman padi. Imago ganjur meletakkan telurnya pada pelepah daun. Larva yang menetas akan berpindah dan menyerang titik tumbuh padi sehingga menimbulkan kerusakan pada tunas baru. Daun muda yang terserang ganjur akan mengalami kelainan bentuk, yaitu tumbuh membentuk gulungan seperti daun bawang. Musuh alami hama ganjur yang efektif adalah jenis tawon/tabuhan, dengan tingkat parasitasinya mencapai 30–70%. Parasitoid ini bersifat endoparasitoid, yaitu menyerang larva yang baru keluar dari telur.
Strategi pengendalian hama yang tepat dengan memanfaatkan musuh alami diharapkan dapat mengoptimalkan produksi tanaman dan menjaga kelestarian ekosistem pertanian yang berkelanjutan (HS’2024).
Sumber:
Tim Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. (2023). Teknik Mengendalikan Hama dan Penyakit Padi. Pertanian Press. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/22258