Sapi Bali aset nasional yang hingga kini kualitasnya tidak tersaingi dari aspek pengembangan bibit maupun dagingnya. Sapi Bali merupakan salah satu plasma nutfah yang penyebarannya mencapai 33% dari populasi sapi potong di Indonesia, oleh karena itu peningkatan mutu dan kualitas sapi Bali perlu dilakukan dengan menyediakan bibit pejantan dan indukan yang berkualitas.
Ketersediaan bibit sapi potong yang berkualitas secara berkesinambungan, merupakan salah satu faktor yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya pengembangan sapi potong. Sapi Bali merupakan salah satu sapi potong asli Indonesia hasil domestikasi dari banteng (Bos-bibos banteng) memiliki potensi yang besar untuk menyuplai kebutuhan protein hewani.
Keunggulan sapi Bali yaitu tingkat kesuburannya tinggi, persentase beranak dapat mencapai 83%, kemampuan reproduksi/fertilitas terbaik diantara sapi-sapi lokal di Indonesia dengan bobot lahir berkisar antara 9–20 kg, dan memiliki perubahan warna unik sehingga dapat membedakan antara jantan dengan betina (warna kemerahan pada betina dan hitam pada jantan).
Untuk mendapatkan sapi Bali berkualitas diperlukan; (1) pengaturan sistem perkawinan ternak, (2) menjamin kesehatan ternak, (3) pemberian pakan berkualitas, dan (4) tata laksana pemeliharaan yang baik.
Disamping itu dalam pembibitan sapi potong perlu memerhatikan berbagai hal yang dapat memengaruhi keberhasilan pembibitan, seperti prasarana dan sarana, cara pembibitan, kesehatan hewan, pelestarian fungsi lingkungan hidup, sumber daya manusia, serta pembinaan dan pengawasan. Keberadaan prasarana dan sarana sangat diperlukan untuk dapat mengelola pembibitan sapi potong dengan baik.
Prasarana dan Sarana
Prasarana yang diperlukan meliputi: (1) lahan dan lokasi yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK), atau Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD); (2) ketersediaan air dan listrik, letak dan ketinggian lahan wilayah; (3) air dan sumber air bersih harus tersedia dalam jumlah yang cukup sesuai dengan baku mutu, cukup energi listrik sebagai alat penerangan.
Sarana yang diperlukan yaitu (1) bangunan perkantoran, perkandangan, dan bangunan pendukung yang diperlukan untuk gudang pakan, gudang peralatan, dan garasi, serta unit penampungan dan/atau pengolahan limbah, (2) bangunan kandang dengan konstruksi yang kuat, dan luas kandang memenuhi persyaratan daya tampung dan memiliki area untuk gerak; (3) bangunan perkantoran terletak dalam satu lokasi dengan tempat usaha pembibitan. Fungsinya untuk kegiatan manajemen administrasi dan pengolahan datal; dan (4) alat dan mesin peternakan untuk tempat pakan dan tempat minum, peralatan pencatatan ternak, timbangan ternak, pita ukur, dan tongkat ukur; peralatan penanganan kesehatan hewan; peralatan pemotong tanduk; peralatan identitas ternak dsb.
Pembibitan Pejantan Sapi Bali
Pembibitan dilaksanakan dengan cara uji performance calon pejantan dengan memperhatikan prestasi ternak melalui recording ternak saat lahir. Selanjutnya ternak diberikan identitas dan catatan tetua ukuran tubuh saat lahir, bobot lahir, bobot saat di sapih, hingga umur 1 tahun. Catatan meliputi, data kualitatif dan kuantitatif.
Pejantan yang dipilih yang mempunyai performance, ukuran tubuh kuantitatif seperti tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, dan lingkar skrotum diatas rata-rata dari performance yang telah ditetapkan, serta sifat kualitatif seperti warna badan hitam, kaos kaki putih, bentuk tanduk kokoh dan simetris, serta bentuk pantat setengah bulan dan berwarna putih.
Kegiatan seleksi pejantan dengan uji libido ternak untuk melihat kemampuan pejantan mengawini betina, dengan mengamati semen pejantan secara langsung, maupun secara mikroskopis. Calon indukan yang terpilih yang akan dikawinkan harus dipastikan memiliki organ reproduksi normal, cara mengetahuinya dilakukan menggunakan teknologi USG dan dengan palpasi rektal.
Sistem perkawinan dilaksanakan secara kawin alam dengan memperhatikan perbandingan jumlah ternak jantan dengan betina, yakni 1:25 hingga 30 ekor, yang dilepas di padang penggembalaan dan sistem perkawinan dengan cara inseminasi buatan (IB).
Ternak berkualitas tidak saja ditentukan oleh kualitas indukan maupun pejantan, manajemen pemeliharaan, manajemen pemuliaan, ternak yang sehat serta kesediaan pakan yang optimal atau berkualitas, sangat menentukan kualitas seekor bibit sapi. (SUT’2024)
Sumber:
1. BPTU-HPT. (2023). Upaya meningkatkan mutu genetik Sapi bali unggul. BPTU-HPT Denpasar
https://repository.pertanian.go.id/items/2db30901-7895-4a00-8585-c3535d86a37b, https://www.youtube.com/watch?v=PqW_DhEqULk
2. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. (2017). Inovasi Beternak sapi. IAARD Press. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/5363