Talas beneng merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang sedang gencar untuk dikembangkan. Tanaman yang awalnya hanya tumbuh liar ini, akhirnya mendapat perhatian besar untuk dikembangkan menjadi produk unggulan dengan pengembangan teknologi perbanyakan benih bermutu talas beneng.
Benih bermutu menjadi salah satu penentu penting dalam meningkatkan mutu hasil produk dan mempertahankan kemurnian genetik serta keunggulan varietasnya. Untuk menjaga mutu benih tanaman talas beneng (Xanthosoma undipes K.Kock), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten (Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Banten) telah mengembangkan teknologi perbanyakan benih bermutu sesuai dengan Permentan RI No. 12/Permentan/TP.020/4/2018 tentang Produksi, Sertifikasi, dan Peredaran Benih Tanaman.
Persiapan Benih
Benih yang akan dijadikan sebagai benih sumber Beneng disarankan berasal dari blok pondasi BS (Breeder Seed) yang berada di Kelurahan Juhut, Kecamatan Karang Tanjung, Kabupaten Pandeglang Banten. Keaslian benih sumber akan berpengaruh terhadap kualitas dan hasil Beneng. Prinsip dalam produksi benih adalah mempertahankan kemurnian genetik, salah satunya adalah dengan penggunaan benih sumber yang terjamin mutu genetiknya. Bahan tanaman yang dapat dijadikan sumber benih ada tiga bentuk yaitu: (1) Umbi mikro (small corms) yang pada umumnya merupakan bagian Beneng yang tidak dijual; (2) Umbi besar (big corms), merupakan bagian umbi yang memanjang ke arah batang dan bagian penting dari Beneng, bagian yang diperjualbelikan; (3) Sisa tanaman (huli), merupakan bagian apikal 1–2 cm dari umbi dengan basal 15–20 cm dari tangkai daun. Pemilihan benih sumber yang benar dan seragam sangat berpengaruh dalam menjaga kemurnian genetik serta keseragaman pertumbuhan benih di lapangan.
Persemaian
Persemaian benih talas Beneng sangat ideal dilakukan di akhir musim hujan, sehingga penanaman bisa dilakukan di awal musim hujan. Lokasi persemaian dapat berupa bedengan maupun baki persemaian. Media persemaian berupa campuran pupuk kandang matang dan tanah dengan perbandingan 1:1. Sebelum disemai, benih dari umbi besar disayat bagian terluar ke arah dalam 2–3 cm, posisi mata tunas harus terbawa. Bagian dalam talas Beneng dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Setelah disayat, lapisan Beneng diletakkan di persemaian secara membujur dan diberi penutup dengan tanah setebal 3 cm.
Untuk benih yang berasal dari umbi mikro, sebelum disemai diberi perlakuan perendaman selama 12 jam pada air biasa atau air bekas cucian beras, untuk merangsang mata tunas muncul ke permukaan kulit Beneng. Setelah perendaman, bagian mata dicongkel menyilang menggunakan pisau tajam kemudian di letakan di baki semai yang teah diisi dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang matang dengan perbandingan 1:1. Semua mata tunas dijajarkan secara rapat dan merata di permukaan baki semai, kemudian di bagian atas diberi lapisan tanah halus setebal 1 cm. Benih yang disemai siap dipindahkan ke areal pertanaman atau ke dalam polybag saat tanaman sudah mulai berakar dan tunas mulai muncul. Umumnya pindah tanam dilakukan setelah umur persemaian 2–3 minggu setelah semai.
Penanaman
Penanaman benih talas Beneng sangat tergantung dengan musim dan tujuan akhir benih yang akan diproduksi/didistribusikan. Musim tanam yang paling sesuai adalah awal musim hujan yaitu periode Oktober–Desember atau periode Januari–Februari. Sangat tidak disarankan menanam talas Beneng saat akhir musim kemarau, karena periode kritis tanaman sangat membutuhkan air adalah 1 - 30 hari setelah tanaman (HST). Pada umumnya, Beneng ditanam di lahan kering, maka penanaman harus disesuaikan dengan musim. Penanaman juga harus disesuaikan dengan tujuan dari produksi benih, hal ini karena produk akhir benih Beneng dapat berupa umbu, umbi mini, serta anakan (tanaman mini). Penanaman untuk umbi dan umbi mini dapat berlangsung selama 1–2 tahun sedangkan untuk menghasilkan tanaman mini (anakan) berkisar antara 3–4 bulan saja.
Penanaman untuk memproduksi benih “anakan”
Penanaman untuk memproduksi anakan Beneng diawali dengan melakukan seleksi umbi besar ataupun umbi mikro. Umbi terlebih dahulu telah disemai selama 2–3 minggu. Setelah berakar dan cukup kuat, benih semai dapat dipindahkan ke areal pertanaman yang sebelumnya sudah dibentuk bedengan berukuran tinggi 20 cm dan lebar 1 m. Jarak tanam dibuat rapat yaitu 25 x 25 cm dalam bedengan dan jarak antar bedengan 0.5 m. Awal pertanaman hingga 1 bulan setelah pindah tanam, lahan harus dipastikan cukup lembab karena periode waktu tersebut merupakan fase kritis. Anakan Beneng dapat dipanen setelah berdaun 3 sempurna (3–4 bulan) berupa tanaman mini yang siap didistribusikan.
Penanaman untuk benih umbi dan huli
Penanaman untuk memproduksi benih umbi Beneng bisa berasal dari penanaman umbi untuk produksi anakan, namun akan lebih cepat jika sumber benih berasal dari huli atau bekas tanaman Beneng sebelumnya. Penanaman untuk umbi dilakukan pada lahan yang telah diberi pupuk kandang pada lubang tanam (1–2 kg/lubang). Jarak tanam 1 m x 1.5 m pada sistem monokultur atau 2 m x 2 m pada lahan campuran. Umbi Beneng akan siap untuk dijadikan sebagai benih pada umur 2 sampai 2 tahun.
Benih bermutu menjadi salah satu penentu penting dalam meningkatkan mutu hasil produk untuk memenuhi permintaan pasar dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang sesuai dengan keinginan pasar (WD’2024)
Sumber:
Susilawati, P. N., Yursak, Z., Kurniawati, S., dan Andy S. (2021). Panduan Produksi Benih Talas Varietas Beneng. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten. http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/13850