Tebu salah satu tanaman perkebunan yang terkenal di Indonesia bahkan dunia. Manfaat tebu sebagai bahan baku gula telah diakui dunia. Selain menghasilkan gula, tebu merupakan tanaman serba guna yang daunnya dapat digunakan sebagai pakan ternak. Serasahnya dapat digunakan sebagai sumber bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Pentingnya manfaat tebu, harus didukung produktivitasnya yang cukup. Namun, serangan hama dan penyakit dapat mengakibatkan kerugian hasil yang signifikan dengan menurunkan produksi dan kualitas nira. Diantaranya kerusakan akibat kebakaran (smut), mosaik, dan Ratoon Stunting Disease (RSD).
Jenis hama yang menyerang tebu lebih dari seratus spesies, diantaranya berupa serangga (Lepidoptera, Coleoptera, Hemiptera), kutu (Aphid), tungau (Acarina), burung beo, dan mamalia (tikus dan babi hutan). Hama utama tebu yang sangat mengganggu produktivitas dan produksi tebu salah satunya adalah penggerek pucuk tebu (Scirpophaga exerptalis). Hama jenis ini dapat menurunkan rendemen gula sebesar 52,73%. Lebih jelasnya berikut gejala serangan dan cara pengendalian hama penggerek pucuk.
Gejala Serangan
Serangan penggerek pucuk ditandai adanya larva yang baru menetas akan merayap ke daun muda (belum terbuka). Larva menembus batang dan mengebor menuju titik pertumbuhan. Daun yang terserang akan mengering dan menggulung. Satu penggerek sering kali berada di setiap batang yang sakit.
Kematian akibat penggerek pucuk terjadi pada bulan ke-5, 4, 3, 2, dan 1 sebelum pemotongan, yang mengakibatkan hilangnya gula sebesar 77%, 58%, 46%, 24%, dan 15%.
Pengendalian
- Teknik hayati
Menggunakan parasitoid telur (Trichogramma japonicum dan chilonis); parasitoid larva (Elasmus zehntneri, Stenobracon sp., Rachonotus sp.); dan parasitoid pupa (Isotima javensis, Tetrastichus sp.).
Hal-hal berikut yang perlu diperhatikan saat menghilangkan Trichogramma:
1. Dilakukan sepuluh kali, selang waktu satu minggu, antara usia 1,5 dan 4 bulan untuk tongkat.
2. Terdapat 50 pias/ha (2.000 Trichogramma per pias) setiap pelepasan.
3. Sebelum pukul 07.00, pemasangan pias selesai pada jarak 10 hingga 15 meter.
4. Kebun yang serangan hamanya lebih dari 2% diberikan prioritas.
5. Pembuangan dilakukan satu hari sebelum parasitoid menetas.
6. Menggunakan minyak atau stempel pelindung.
Teknik Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan melalui penggunaan bahan kimia lunak, pemasangan perangkap dengan umpan feromon seks buatan, dan penyemprotan insektisida pada batang bawah atau kanopi tanaman.
Faktor-faktor berikut perlu dipertimbangkan saat menggunakan feromon seks:
- Terapi feromon dapat bertahan selama satu bulan setelah pemasangan dan disarankan untuk tongkat berusia dua hingga lima tahun.
- Posisikan feromon sekitar 25 cm di atas tajuk tanaman tebu.
Sumber:
Achadian, E.M., A. Kristiani, R.C. Magarey, N. Sallam, P. Samson, F.R. Goebel, dan K. Lonie. 2011. Hama dan Penyakit Tebu. Buku Saku. Kerja Sama P3GI dengan BSES Limited, Australia dan ACIAR. 154 hlm
Portal situs website Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian https://ditjenbun.pertanian.go.id/pengendalian-tiga-hama-penting-pada-tebu/
Samoedi, D. 1995. Yield losses of commercial cane varieties due to Tryporyza nivella in Java. Proc. ISSCT XXII: 610–617.