Bawang merah sebagai salah satu jenis bumbu yang banyak dicari setiap mengolah makanan. Petani bawang merah harus tahu bagaimana menjaga kualitas bawang merah setelah panen agar kualitas dan harga tetap bagus. Upaya menjaga kualitas setelah panen dilakukan dengan memanfaatkan teknologi instore drying (rumah bawang) digunakan pada proses pengeringan sekaligus penyimpanan bawang merah. Kedua, dilakukan penyimpanan di gudang yang dilengkapi alat pendingin atau cold storage.
Teknologi Instore Drying (Rumah Bawang)
Rumah bawang memiliki ukuran 7,5 x 5,5 x 4,5 (m) atau 6 x 6 x 6 (m). Atap dan dinding terbuat dari seng atau fiber glass. Rumah bawang dilengkapi dengan empat buah pengatur aerasi udara (ballwind) berdiameter 20 inci, tungku pemanas berbahan bakar kayu, kipas aksial ganda 16 inci, dua blower pengisap berkecepatan 1.400 rpm, motor penggerak 2 HP, dan ventilasi udara (jendela). Seluruhnya didesain agar berfungsi mengatur suhu dan kelembapan udara di dalam rumah bawang. Suhu berkisar 39–48oC dan kelembapan 41–52%. Rak untuk pengeringan dan penyimpan berupa rak gantung yang dibuat dari batang bambu.
Teknologi ini dihasilkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Kementerian Pertanian dengan mengombinasikan teknologi pengeringan dan penyimpanan (instore drying).
Pengeringan bawang merah di rumah bawang memerlukan waktu 3 hari, lebih cepat dibandingkan dengan pengeringan di bawah terik matahari yang bisa memakan waktu 9 hari. Keuntungan lain, pengeringan menggunakan rumah bawang tidak menyebabkan kerusakan yang berarti pada umbi. Umbi yang rusak hanya berkisar 0,2–0,7%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan penjemuran dengan kerusakan mencapai 1,7%.
Proses pelayuan bawang merah menggunakan instore drying berlangsung lebih cepat, yaitu 12 jam dengan susut bobot 4,9%, sedangkan pelayuan dengan cara konvensional berlangsung 27 jam dengan susut bobot 4,0%. Bawang merah yang disimpan selama 60 hari dalam instore drying mengalami kerusakan 10,1% dan susut bobot 13,3%, sementara penyimpanan secara konvensional, kerusakan umbi mencapai 11,2% dengan susut bobot 14,7%.
Beberapa keunggulan dari teknologi ini yaitu dapat menekan tingkat kerusakan bawang merah saat penyimpanan hingga 10%, mempertahankan warna dan tekstur bawang merah, serta meningkatkan daya simpan dari 4 minggu dengan penyimpanan tradisional menjadi 3 bulan.
Teknologi Cold Storage
Pada saat pasokan bawang di pasaran melimpah, harga akan turun hingga ke level yang sangat merugikan petani. Oleh karena itu, para petani bawang merah memerlukan sarana menyimpan hasil panen untuk kemudian dijual saat harga di pasaran kembali membaik. Salah satu sarana penyimpanan ini adalah gudang yang dilengkapi alat pendingin atau cold storage. Menggunakan cold storage, bawang merah dapat disimpan hingga 8 bulan tanpa ada penurunan mutu yang berarti. Sementara tanpa pendingin, bawang merah segar hanya dapat bertahan maksimum 2 bulan. Pada penyimpanan dingin, susut bobot bawang merah hanya 5–10%, sementara dengan cara konvensional susutnya mencapai 30–40% hingga konsumsi.
Pada penyimpanan dingin, bawang merah setelah dipanen mendapatkan perlakuan sama dengan yang akan dijual segar sehingga tidak mengubah kebiasaan petani. Bawang merah yang telah kering langsung dimasukkan ke dalam cold storage. Penyimpanan dalam cold storage dapat dilakukan petani secara berkelompok, misalnya petani bergabung dalam koperasi, sehingga dapat mengurangi biaya operasional sarana penyimpanan ini.
Penggunaan kedua teknologi tersebut diharapkan menjaga ketersediaan bawang merah sepanjang tahun dan menghasilkan bawang merah segar yang sesuai permintaan pasar. (WD’2024)
Sumber :
Bertanam bawang merah tak kenal musim/Tim Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Jakarta: IAARD Press, 2017.
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/6121