Ulus Pirmawan, petani sayuran asal Desa Cibodas Kecamatan Lembang sukses berbisnis sayuran hingga merambah pasar ekspor. Ekspor sudah dilakukan ke negara Singapura dan Dubai melalui supplier. Sayuran yang di ekspor yaitu baby buncis 500kg setiap 1 minggu 2 kali, dan buncis besar 1 ton setiap 3-4 kali dalam seminggu.
Berawal dari pengepul hasil panen orang tuanya sendiri, Ulus Pirmawan yang saat itu masih berusia 17 tahun melihat banyak petani di sekitar merasa kesulitan dalam memperoleh hasil panen yang stabil dan pemasaran yang pasti. Banyak kendala dan kegagalan dialami sebagai petani yang diawali dengan berbudidaya buncis, bawang merah, dan cabai merah. Mulai dari tanaman yang kurang dari harapan karena minim pemupukan hingga terkena hama penyakit tanaman.
Namun, dengan keuletan dan ketekunan petani yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar, kesuksesan pun diraih yang kemudian diikuti petani sekitar. Dengan kepioniran Ulus tersebut kemudian petani berinisiatif membentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wargi Pangupay yang berlokasi Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Melalui Gapoktan ini banyak petani sekitar bergabung dan belajar kepada Ulus. Pak Ulus mengawali keberhasilannya semenjak mendapatkan dan mengikuti Program JICA Second Kennedy Round (SKR) dari Kementerian Pertanian, dimana beliau menerima pelatihan demplot pertanian terkait budidaya dan diawasi secara berkala oleh JICA.
Tantangan yang dihadapi Ulus sebagai petani ketika itu adalah banyaknya tengkulak di wilayahnya yang memberikan harga kurang menggiurkan, namun petani tidak memiliki akses pasar, sehingga banyak petani tergantung kepada tengkulak.
Ulus yang juga pengelola Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Wargi Panggupay binaan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang merupakan salah satu alumni Pelatihan Teknis Agribisnis Sayuran kerjasama antara BBPP Lembang dan Taiwan Technical Mission.
Selain pemasaran sayuran dengan ekspor, Ulus juga menjual sayurannya ke pasar domestik dengan jenis sayuran seperti brokoli, cabai rawit, cabai besar, selada air, kol baik itu ke Sayur Box, juga ke Toko Tani Indonesia serta Pasar Tani di Kantor Kementerian Pertanian.
Ulus juga memanfaatkan Toko Tani Indonesia (TTI) untuk menjual hasil panen sayurnya. TTI yang digulirkan Kementerian Pertanian sejak tahun 2016 bertujuan untuk menstabilkan harga pangan dengan cara memangkas rantai pasok pangan yang semula melibatkan hingga 6-7 pelaku rantai pasok menjadi 3 pelaku rantai pasok yaitu petani, Gapoktan.Tercatat, pasokan cabai merah Gapoktan Wargi Pangupay ke TTI menghasilkan omset Rp11 juta/hari. Selain cabai merah, produk pertanian binaan Ulus juga menghasilkan baby buncis, tomat, kol, brokoli, sawo, dan terong yang didistribusikan ke wilayah Bandung dan Jabodetabek.
Ulus berhasil menjadi model farmer atau petani teladan yang diberikan oleh organisasi pangan dunia (FAO) yang bertepatan bertepatan dengan peringatan Hari Pangan Sedunia di Bangkok, Thailand, tanggal 16 Oktober 2017. Penghargaan diberikan juga kepada empat petani teladan lainnya di kawasan Asia, yakni dari Srilanka, Jepang, Nepal, dan Thailand.
Penghargaaan tersebut tidak terlepas dari kepionirannya memangkas rantai pasok dalam mengatasi fluktuasi harga cabai merah dan bawang merah dalam kegiatan TTI, dan bersama pemerintah daerah mencari pasar, mendata hasil panen, hingga menjamin harga adil bagi petani. Disamping itu Ulus dianggap berhasil menciptakan kemandirian dalam pertanian, dari sektor hulu sampai hilir, termasuk mengangkat nasib petani disekitarnya. (Dhira’24)
Sumber:
1. Omzet Duta Petani Andalan raih Ratusan Juta
2. Petani Lembang Sukses