Buah lengkeng mempunyai nilai ekonomi tinggi. Petani Desa Sugihan berhasil membudidayakan lengkeng Kateki seluas 36 ha. Pendapatan yang diperoleh mencapai Rp11,5 milyar per satu musim panen. Usaha ini sangat menjanjikan karena lengkeng bisa dibuahkan tanpa kenal musim dan bisa ditanam di dataran rendah, medium, hingga tinggi.
Pada tahun 2021, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki program prioritas Pengembangan Kampung Hortikultura. Program ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya saing produk hortikultura, yang menjadi arah kebijakan pengembangan hortikultura. Konsep ini bertujuan untuk membuat kawasan terkonsentrasi dan berskala ekonomi, sehingga mampu menghasilkan produk segar dan olahan yang bersaing dengan negara lain, terutama dalam hal ekspor.
Konsep pengembangan kampung hortikultura terdiri atas pengembangan kawasan sayur, kawasan buah, kawasan tanaman obat, dan kawasan florikultura dengan mengusung konsep One Village One Variety (OVOV). Pengembangan kampung hortikultura ini nantinya bisa menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi petani dan masyarakat sekitar.
Terdapat sekitar 900 kampung buah yang akan dikembangkan di seluruh Indonesia. Dari 900 kampung buah yang dikembangkan, 120 kampung di antaranya merupakan kampung lengkeng. Direktorat Jenderal Hortikultura mengadakan seri bimbingan teknis (bimtek) secara daring sebagai bentuk pendampingan terhadap para petani dan penyuluh di lapangan. Hal ini dilakukan untuk mendukung terwujudnya Kampung Horti
Pengembangan Kawasan/Kampung tersebut didukung dengan kegiatan seperti pengendalian OPT ramah lingkungan, sarana dan prasarana pascapanen, serta pengolahan. Selanjutnya, produk yang dihasilkan akan diregistrasi dan disertifikasi untuk memudahkan dalam monitoring serta pengontrolan kualitas. Pengawalan dan pendampingan secara intensif juga akan dilakukan dari hulu hingga hilir.
Keuntungan budi daya kelengkeng diantaranya memiliki harga jual yang baik, produktivitasnya tinggi, kemampuan adaptasi luas, disukai masyarakat, dan memiliki potensi agrowisata. Salah satu varietas unggul lengkeng adalah Lengkeng Kateki, buahnya manis, dagingnya tebal, dan bijinya juga kecil. Selain itu, lengkeng bisa juga dibuahkan tanpa kenal musim dan bisa ditanam di dataran rendah, medium, hingga tinggi.
Tiga aspek kunci yang harus diperhatikan dalam budi daya lengkeng, yaitu (1) bibit yang tepat dan menggunakan varietas unggul, (2) harus memiliki kesesuaian agroklimat, dan (3) dibudidayakan dengan agroteknologi yang tepat.
Salah satu kampung buah yang telah menunjukkan hasilnya adalah Kampung Lengkeng Kateki di Desa Sugihan, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Pada lahan seluas 36 hektar yang dikelola oleh kelompok tani Ngudi Tirto Makmur tersebut kini telah berkembang menjadi kawasan lengkeng varietas Kateki yang banyak digemari masyarakat. Sekitar 7.200 batang tanaman lengkeng kini tumbuh subur dan berbuah di desa tersebut. Jika per pohon menghasilkan 40 kg dan harga Rp 40 ribu per kilo, potensi pendapatan yang diperoleh Rp11,5 milyar per satu musim panen. Hal ini menunjukkan budi daya lengkeng Kateki menjadi usaha yang menjanjikan dan memiliki nilai ekonomi yang luar biasa kalau dikelola dengan baik.
Proses inventarisasi kebun lengkeng dilakukan agar pendampingan, bimbingan teknis, dan monitoring jadi lebih mudah dan tepat sasaran. Ke depan kampung lengkeng Kateki ini didorong untuk menjadi kampung buah terintegrasi yang diarahkan menjadi kampung agroeduwisata lengkeng. Hal ini diharapkan dapat menjadi pengungkit perekonomian Desa Sugihan dan masyarakat sekitar. (HS2024).
Sumber:
Kampung lengkeng Kateki, cara Kementan sejaterakan petani. 2022. https://www.agrofarm.co.id/2022/05/kampung-lengkeng-kateki-cara-kementan-sejahterakan-petani/
Laporan kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura. 2023.
Tingkatkan daya saing, Kementan siap kembangkan kampung lengkeng. 2021.