H. Urip, petani sekaligus sebagai ketua kelompok tani Agrimania, Desa Jatisura, Kecamatan Cikedung, sukses temukan jenis induk mangga lokal baru dari Indramayu yang kemudian diberi nama mangga Agrimania pada tahun 2011. Mangga Agrimania ini merupakan juara pertama pada lomba Buah Unggul Nusantara pada tahun 2014.
Awalnya bibit pohon mangga tersebut bersumber dari sebuah pohon induk yang ditanam orang tuanya di halaman rumah mereka di Desa Nunuk, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Buahnya mengalami perubahan bentuk dan rasa hingga menghasilkan mangga yang sekarang dikenal dengan Mangga Agrimania. Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa mangga Agrimania mempunyai karakter tanaman dan buah yang berbeda. Pada akhirnya H. Urip mengembangkan perbanyakan benih tersebut secara vegetatif (okulasi).
Pertanaman mangga Agrimania semakin berkembang dengan dikembangkannya Agrowisata Situ Bolang. Berawal dari mangga Agrimania yang dibudidayakan di lahan tidur sekitar Rawa Bolang sebagai gerakan spontanitas pada akhir tahun 2016. Kemudian pada tahun 2019, di lahan tersebut juga ditanami bunga matahari (Helianthus annuus L.) dan beragam tanaman refugia lainnya untuk konservasi musuh alami. Tanpa disangka, upaya itu justru semakin mempercantik kawasan kebun buah sehingga menarik minat masyarakat untuk berkunjung dan menjadikan tempat agrowisata.
Keunggulan lain dari agrowisata Situ Bolang adalah diterapkannya teknologi jarak tanam rapat atau ultra high density planting (UHDP) pada tanaman mangga dengan jarak tanam 2,5 m x 3 m sejak tahun 2017, dan mulai dikembangkan secara luas pada tahun 2019. Beberapa kelebihan penerapan teknologi UHDP, yaitu (1) produksi per satuan luas lebih tinggi, sekitar lima hingga delapan kali lipat dibandingkan dengan sistem pertanaman konvensional; (2) tanaman sudah mulai berproduksi dalam kurun waktu 1,5 - 3 tahun tergantung varietas; (3) pembuahan dapat diatur untuk mendapatkan hasil sepanjang tahun; (4) kualitas buah seragam dalam hal ukuran, bentuk dan rasa; (5) dimungkinkan dilakukan sistem tumpang sari; dan (6) pemeliharaan dan panen lebih mudah karena tinggi tanaman sangat rendah (2-3 meter dari permukaan tanah).
Dengan teknologi UHDP, tanaman mulai berproduksi pada usia 2 tahun dengan produktivitas rata-rata 5-10 kg per pohon, dengan harga jual rata-rata Rp 50.000/kg. Sampai saat ini luas areal yang sudah dikembangkan mencapai 11 ha dengan populasi 9.000 pohon. Dengan demikian teknologi UHDP menjadi solusi untuk masalah keterbatasan lahan dan merupakan upaya pemanfaatan lahan secara optimal untuk menghasilkan produk mangga yang memiliki daya saing baik di pasar domestik maupun pasar internasional.
Hingga saat ini mangga Agrimania sudah dikenal masyarakat luas dan selalu diburu para pecinta buah mangga. Jenis mangga ini memiliki cita rasa yang manis, dagingnya kering, beraroma harum, tekstur lembut, berat buah bisa mencapai 1,8 – 2 kilogram, dan tanaman cepat berbuah sekitar 2,5 tahun. Selain itu harga jualnya tergolong mahal baik buah maupun benihnya karena belum banyak yang membudidayakan mangga varietas tersebut.
Penemuan varietas baru mangga Agrimania dan semangat H. Urip untuk pengembangan mangga di daerahnya diharapkan dapat memberikan motivasi kepada para petani untuk lebih kreatif dalam budi daya mangga. (WD’2024)
Sumber:
Buku lapang budidaya mangga teknologi UHDP/ Farida Nuraini, Intan Mulia Fajarsar, Dina Rosita, dan Ermi Nur Cahyani. Kementerian Pertanian. Jakarta. 2022.
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/21264
https://www.tanganrakyat.id/2021/10/15/mangga-agrimania-angkat-citra-indramayu/ diunduh tanggal 20 Juni 2024.