Keterbatasan lahan dan pemahaman aplikatif teknologi budi daya merupakan salah satu permasalahan penting dalam pengembangan jeruk di Indonesia. Hal ini menyebabkan produktifitas dan kontinuitasnya kurang mampu bersaing dengan jeruk impor. Budi daya jeruk dengan teknologi jarak tanam rapat atau sistem tanam rapat (Sitara) merupakan salah satu solusinya. Dengan teknologi ini dihasilkan buah dengan kualitas, produksi, dan produktivitas yang tinggi.
Di Indonesia, jumlah tanaman jeruk yang ideal berkisar antara 400–500 pohon per hektare. Dengan kepadatan tersebut, hasil panen diperkirakan mencapai 20–40 ton per hektare, bergantung pada teknologi yang diterapkan di kebun. Namun, produktivitas ini masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara eksportir jeruk dunia yang rata-rata menghasilkan 40–60 ton per hektare.
Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penerapan sistem budi daya jeruk dengan metode tanam rapat atau Sitara, yang telah dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropis (Balijestro) sejak 2017. Metode ini bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan dengan meningkatkan kepadatan tanaman per satuan luas, sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dengan kualitas buah yang baik. Dalam teknologi Sitara, populasi tanaman jeruk dapat mencapai 625–1600 pohon per hektare.
Keunggulan Teknologi Sitara
Dalam penerapan teknologi Sitara harus diikuti juga dengan pendekatan penerapan teknologi perbaikan mutu buah jeruk, perbenihan jeruk bebas penyakit, budi daya jeruk bebas penyakit, top working, dan pengendalian hama penyakit yang ramah lingkungan. Kunci keberhasilan budi daya jeruk dengan teknologi sitara ini bergantung pada upaya meminimalisasi pengaruh negatif persaingan antar-bagian pohon di atas dan di bawah tanah.
Kelebihan penerapan teknologi Sitara, di antaranya biaya lebih efisien, panen mudah karena tinggi tanaman sangat rendah (maksimal 2,5 meter dari permukaan tanah). Selain itu, pembuahan dapat diatur untuk mendapatkan hasil sepanjang tahun, dan dimungkinkan dilakukan tumpangsari pada awal-awal tahun sejak penanaman. Walaupun demikian, penerapan teknologi Sitara membutuhkan modal awal yang lebih besar, membutuhkan perawatan yang lebih intensif, dan replanting tanaman akan lebih cepat.
Komponen Teknologi Sitara
Penerapan budi daya jeruk dengan teknologi Sitara membutuhkan perencanaan yang benar dan diikuti dengan tahapan pelaksanaan yang tepat, agar dihasilkan produktivitas dan kualitas buah yang tinggi. Teknologi Sitara terdiri atas empat komponen utama, yaitu geometri tanaman, manajemen pohon pendek, manajemen tajuk, dan manajemen nutrisi.
Geometri Tanaman
Geometri tanaman adalah teknik penetapan populasi, model tanam, dan arah baris tanaman yang menggambarkan hubungan tata letak dan arsitektur tanaman pada luasan area bidang yang ditetapkan. Teknologi Sitara menerapkan model tanam baris ganda. Baris tanaman disusun mengarah ke utara dan selatan dan antar baris tanaman disusun membentuk pola segitiga sama kaki.
Populasi jeruk yang disarankan untuk lahan yang subur adalah sekitar 956 pohon/ha (jarak tanam 4 m x 5 m) dengan penanaman model baris ganda. Untuk lahan suboptimal populasi sekitar 1200 pohon/ha (jarak tanam 4 m x 4 m) terutama di lahan i kering.
Manajemen Pohon Pendek
Pembentukkan pohon pendek dapat dilakukan sejak proses penyediaan benih hingga pohon dewasa dengan cara sebagai berikut: gunakan benih dengan ketinggian okulasi 15-20 cm pada batang bawah jeruk Japansche Citroen (JC); potong pucuk batang benih pada saat tanam; bentuk percabangan lebih rendah dengan ketinggian 40-50 cm dari permukaan tanah. Kemudian pangkas batang utama/cabang vertikal yang tumbuh dominan; lakukan pelengkungan cabang yang tegak menjadi lebih datar dengan bantuan tali; biarkan pohon berbuah pada usia dini; dan pangkas akar di bawah tepi tajuk pada akhir kemarau bersama pembuatan lubang untuk aplikasi amelioran.
Manajemen Tajuk
Tajuk antarpohon yang saling tumpang tindih perlu dipangkas untuk mengoptimalkan paparan cahaya matahari, mengatur pergerakan udara dan kelembapan serta menekan perkembangan hama penyakit tanaman. Bagian tanaman yang dipangkas meliputi pucuk batang/cabang vertikal yang dominan, cabang bersilangan, ranting terlalu rimbun, tepi tajuk berhimpitan, cabang sejajar, cabang/ranting patah/sakit, tangkai pendukung buah, tunas air dan tunas batang bawah.
Manajemen Nutrisi
Manajemen nutrisi tanaman merupakan kegiatan mengelola pasokan unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S), mikro (Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo), dan ameliorasi (pembenah tanah) untuk menyediakan unsur hara optimal bagi tanaman dan menjaga kesuburan tanah. Beberapa aspek penting manajemen nutrisi mencakup sumber unsur hara yang diberikan, dosis aplikasi, waktu aplikasi, dan cara aplikasi yang baik.
Teknologi budidaya Sitara ini diharapkan dapat diimplementasikan oleh para pelaku agribisnis jeruk sehingga dihasilkan jeruk dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik sehingga memiliki daya saing yang cukup tinggi baik di pasar domestik maupun pasar internasional. (HS2025).
Sumber
Nuraini, F., Rosita, D., Fajarsari, I. M., Sutopo, dan Cahyani, E. N.(2022). Budi daya jeruk teknologi sitara. Jakarta: Kementerian Pertanian. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/21263