Rumput hijau selalu menjadi pakan ternak yang dicari para peternak bukan? Akan tetapi, pada musim kemarau ketersediaan hijauan makanan ternak (HMT) seringkali peternak mengalami kesulitan untuk mendapatkan rumput dan leguminosa sebagai makanan utama ternak ruminansia misalnya sapi dan kambing.
Sebagai solusi kelangkaan pakan tersebut, dapat memanfaatkan limbah pertanian. Di sekitar lingkungan petani ternak di perdesaan banyak ditemukan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti rumput dan leguminosa. Limbah pertanian merupakan hasil ikutan dari pertanian yang telah dipanen. Limbah ini umum dimanfaatkan petani ternak sebagai hijauan makanan ternak yang berguna untuk kelangsungan kehidupan ternak.
Rendahnya kandungan gizi pakan limbah pertanian sangat tergantung dari umur tanaman. Untuk meningkatkan nilai gizi dari pakan ternak dilakukan pengolahan dengan membuat hijauan kering (hay), penambahan urea (amoniasi) dan awetan hijauan (silase).
Pengolahan bahan pakan dengan pengeringan sangat tergantung dengan musim/panas matahari, sedangkan pengolahan dengan amoniasi (penambahan urea) acapkali terjadi kasus toksikasi karena tingginya amonia. Teknologi yang sekarang berkembang adalah pembuatan pakan tidak hanya sekedar awet (silase) tapi juga kadar nutrisi sesuai dengan kebutuhan gizi ternak.
Keunggulan pakan yang dibuat silase adalah pakan awet (tahan lama), tidak memerlukan proses pengeringan, meminimalkan kerusakan zat makanan/gizi akibat pemanasan serta mengandung asam-asam organik yang berfungsi menjaga keseimbangan populasi mikroorganisme pada rumen (perut) sapi. Tujuan pembuatan silase adalah (1) untuk membatasi kekurangan pakan pada waktu musim kering, dan (2) menampung kelebihan produksi rumput hijauan atau limbah daun kacang kacangan, dan (3) mendayagunakan hasil sisa pertanian atau hasil ikutan pertanian.
Konsep teknologi silase yang dikembangkan selama ini masih bersifat silase tunggal (single silage) dan proses pembuatannya dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Berbeda dengan silase tunggal, silase komplit memiliki beberapa keunggulan di antaranya adalah (1) lebih mudah dalam pembuatannya karena tidak memerlukan tempat pemeraman yang an-aerob, cukup dengan semi aerob, (2) kandungan gizi yang dihasilkan juga lebih tinggi, dapat memenuhi 70-90 persen kebutuhan gizi ternak sapi, dan (3) memiliki sifat organoleptis (bau harum, asam) sehingga lebih disukai ternak (palatable).
Teknik Pembuatan Silase Komplit
Prinsip pembuatan pakan komplit dalam bentuk silase ini seperti proses fermentasi pada umumnya. Setelah bahan disiapkan dan dicampur, selanjutnya diperam selama beberapa minggu dalam wadah yang tertutup rapat (anaerob). Tahapan pembuatan silase komplit yaitu;
1. Penyiapan bahan
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari 3 kelompok bahan yakni
(1) kelompok bahan pakan hijauan, seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput kolonjono (Panicum muticum), tanaman jagung (Zea mays) dan rumput-rumput lainnya. Selain itu limbah sisa panen seperti jerami padi, jerami kedelai, jerami kacang tanah, atau yang lain. Bahan pakan ini sebagai sumber serat utama.
2) Kelompok bahan pakan konsentrat dapat berupa berupa dedak padi/bekatul, onggok (ampas tapioka), ampas sagu, ampas tahu dan lain-lain. Bahan pakan konsentrat ini selain untuk memperbaiki kandungan nutrisi dari pakan yang dihasilkan juga berfungsi sebagai substrat penopang proses fermentasi (ensilase).
3) Kelompok bahan pakan aditif yang terdiri atas campuran urea, mineral, tetes dan lain-lain.
Rasio dari ketiga kelompok bahan tadi dapat mengacu pada formula 7:2:1 atau 6:3:1 berturut-turut untuk hijauan : konsentrat : aditif yang didasarkan pada persentase berat.
2. Pencampuran
Pencampuran dilakukan dengan urutan komponen bahan aditif dicampur dulu bersama konsentrat hingga merata selanjutnya dicampurkan ke hijauan. Jika kondisi hijauan atau limbah pertanian agak kering maka diperlukan tambahan air sehingga kadar air campuran mencapai ± 40 persen. Masukkan bahan silase ke dalam drum yang telah dilapisi plastik tebal. Tutup dan tekan dengan kuat atau diinjak-injak agar udara didalam keluar. Kemudian ikat plastik tersebut secara rapih, rapat dan tidak ada udara masuk ke dalam, serta jangan sampai bocor. Tutup drum rapat-rapat dengan penutupnya.
3. Pengeraman
Setelah semua bahan dimasukkan dan tertutup rapat dalam drum kemudian dieramkan dengan disimpan selama 3 minggu (21 hari). Silase dapat dibuka (dipanen) untuk diberikan langsung kepada ternak. Apabila silase yang dibuat tidak langsung diberikan pada ternak, silase jangan dibuka. Silase harus disimpan dalam kondisi tertutup dan dapat disimpan hingga 4 – 8 bulan.
4. Pemberian Pakan Pada Ternak
Pada waktu pemberian kepada ternak jangan sering dibuka-tutup, dalam 1 hari cuma boleh dibuka 1 kali (untuk makan ternak pagi dan sore dikeluarkan sekaligus) sebab kalau sering dibuka tutup kualitas silase akan cepat rusak. Apabila sapi belum terbiasa makan silase, silase diberikan sedikit demi sedikit dengan cara dicampur hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa dapat seluruhnya diberikan silase sesuai dengan kebutuhan.
Ciri-ciri silage yang baik adalah (1) rasa dan bau asam, warna masih hijau, bukan coklat; (2) tekstur hijauan masih jelas seperti asalnya; (3) tidak berjamur, tidak berlendir dan juga tidak bergumpal; serta (4) secara laboratorium banyak asam laktat, kadar N (amonia) rendah kurang dari 10%, tidak mengandung asam butirat dan pH rendah 3 - 4
Sumber:
Pengawetan hijauan pakan ternak (silase dan hay) / Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang. Materi pada Pelatihan Kewirausahaan “Pakan Ternak Berbasis Sumber Daya Lokal Antisipasi El Nino, Sumba Timur 23-25 Mei 2023.
Pengelolaan hijauan pakan untuk pembiakan sapi potong/ Sasongko W Rusdianto, Achmad Muzani, Totok B Julianto, dan Kaharuddin. Mataram: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat, 2017. https://repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/e59e4c35-d962-4acb-99fd-a578d78e2225/content