Salah satu jenis pupuk yang dibutuhkan oleh sebagian besar petani di Indonesia adalah kalium, karena kebanyakan unsur hara kalium dalam tanah masih relatif kecil. Pupuk kalium digunakan petani dalam upaya meningkatkan pertumbuhan tanaman budidayanya yaitu mampu meningkatkan luas daun serta kandungan klorofil daun, menunda penuaan daun, dan berperan dalam proses fotosintesis.
Sumber-sumber bahan alternatif untuk pupuk kalium dari bahan organik banyak tersedia di sekitar kita.
Sumber Hara Kalium dari Bahan Organik
Jerami merupakan hasil samping tanaman padi yang potensial sebagai sumber bahan baku pupuk kalium, baik untuk skala rumah tangga maupun industri. Kandungan kalium dalam jerami bervariasi antara 0,43 sampai 0,89%. Salah satu contoh pembuatan pupuk kalium pada skala industri, yaitu pupuk dari abu jerami yang ditambah gypsum sehingga menjadi pupuk kalium sulfat.
Kulit Pisang. Sentra limbah kulit pisang terbesar berada di wilayah perkebunan pisang, seperti Lampung Selatan, Banyuwangi, Lumajang, Bantul, Solok, dan Kutai Timur. Kandungan kalium dalam pupuk padat yang berasal dari kulit pisang kepok sebesar 1,478%. Sementara pupuk cair dari kulit pisang kepok mengandung kalium (K2O) 1,137%. Limbah kulit pisang yang dikombinasikan dengan tanaman kubis mengandung kadar K sebesar 2,11%.
Kulit Kopi. Kulit kopi termasuk limbah organik yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber kalium dan bahan ini tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan. Limbah hasil pengolahan kopi sebagian besar berupa ampas yang terdiri atas kulit buah dan kulit biji. Kandungan kalium tertinggi terdapat pada kulit kopi.
Ekstraksi kalium dari kulit kopi dilakukan dengan pemanasan. Pelarut yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, lalu didinginkan melalui kondensor, sehingga uap pelarut mengembun di kondensor dan jatuh kembali ke bejana reaksi. Pelarut akan menembus abu kulit biji kopi dan menghasilkan ekstrak kalium.
Limbah Kelapa Sawit merupakan residu dari tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama atau merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit. Limbah kelapa sawit terbagi atas limbah dari perkebunan kelapa sawit dan limbah dari industri kelapa sawit. Salah satu jenis limbah dari industri kelapa sawit adalah tandan kosong sawit yang disebut janjang kosong.
Tandan kosong sawit merupakan bahan organik yang mengandung 2,90% K2O. Abu janjang kelapa sawit kaya akan unsur kalium, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Biasanya abu janjang kelapa sawit direaksikan dengan sulfat sehingga membentuk pupuk kalium sulfat.
Pupuk Kandang. Kotoran hewan mengandung nutrisi yang berasal dari makanan yang mereka konsumsi, termasuk kalium. Jumlah kalium dalam pupuk kandang bervariasi tergantung pada jenis hewan, pakan, dan metode pengolahan pupuk kandang.
Pada saat mencerna makanan, hewan menyerap nutrisi tertentu dari makanan dan sisanya dikeluarkan sebagai kotoran yang mengandung berbagai zat hara, termasuk kalium, yang merupakan salah satu nutrisi esensial bagi pertumbuhan tanaman. Sumber kalium dalam pupuk kandang berasal dari dua komponen utama, yaitu urine dan feses hewan. Urine hewan mengandung konsentrasi kalium yang lebih tinggi dibandingkan dengan feses.
Dalam proses pengomposan pupuk kandang, mikroorganisme pengurai akan menguraikan bahan organik tersebut, ini akan mempercepat pelepasan nutrisi, termasuk kalium, dari bahan organik menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman.
Selain itu, beberapa jenis pupuk kandang seperti pupuk kandang ayam atau kambing, dapat dihasilkan melalui proses pengeringan dan pemrosesan yang lebih lanjut. Dalam proses tersebut, kandungan kalium dalam pupuk kandang dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan bahan tambahan yang mengandung kalium, seperti abu kayu atau limbah tumbuhan yang kaya akan kalium.
Kelebihan dalam memanfaatkan pupuk kalium berbahan baku lokal adalah selain petani dapat menghemat pengeluaran juga ramah lingkungan (WD’2024)
Sumber :
Sumber hara tanaman berbahan baku lokal/ Tim Penyusun, Ladiyani Retno Widowati, dkk. Jakarta: Pertanian Press, 2023.
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/21989