Pestisida nabati merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman yang memiliki beberapa kandungan senyawa yang dapat berfungsi sebagai racun. Tanaman serai wangi tidak hanya dikenal sebagai herbal dan tanaman penghasil minyak atsiri, namun dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Minyak serai wangi telah terbukti efektif untuk mengendalikan hama dan penyakit pada berbagai tanaman.
Tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga dataran tinggi sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini memiliki tinggi 50 hingga 100 cm. Tanaman dengan wangi yang khas ini memiliki daun dengan panjang sekitar 100 cm dan lebar 1,5 cm. Daun inilah yang menjadi bagian tanaman utama yang digunakan sebagai bahan pestisida nabati.
Penggunaan serai wangi sebagai pestisida nabati telah beberapa kali diujicobakan kepada serangga hama baik yang ada di lapangan (on farm) maupun hama gudang (pascapanen). Hama gudang ini tidak kalah penting untuk dikendalikan karena dapat menurunkan kualitas hasil tanaman. Penggunaan pestisida nabati mempunyai banyak keuntungan, di antaranya mudah, murah, dan ramah lingkungan.
Minyak serai wangi mengandung senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Hal ini berkaitan dengan sifatnya yang mampu membunuh, mengusir, dan menghambat makan hama, serta mengendalikan penyakit tanaman yang bersifat antijamur, antibakteri, antivirus, dan antinematoda.
Komponen utama serai wangi seperti citronella (30,58%), geraniol (23,93%), elemol (12,4%), geranyl acetate (8,68%), dan germacrene D (1,28%). Komponen kimia dalam minyak serai wangi sangat komplek, namun komponen yang terpenting adalah citronellal dan geraniol. Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak serai wangi.
Kelebihan dan Kekurangan Serai Wangi Sebagai Pestisida Nabati
Kelebihan serai wangi sebagai pestisida nabati adalah aktivitas biologinya berspektrum luas dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman, tidak toksik, dan sistemik. Selain itu kompatibel dengan teknik pengendalian lain, tidak persisten dan mudah terurai secara alami, serta lebih ramah lingkungan.
Kelemahan dari pestisida nabati berbahan aktif minyak serai wangi adalah keefektifannya kurang meyakinkan, terutama apabila dibuat pada skala rumah tangga; sulitnya standardisasi mutu produk akibat besarnya keragaman genetik tanaman dan tempat tumbuhnya, serta pemanenan yang masih tradisional; kesulitan dalam pendaftaran dan paten; nilai usaha tani belum pasti karena pengaruh musim, sumber bahan baku, dan tingkat keefektifannya. Di samping itu stabilitas bahan aktif rendah karena bahan aktifnya bersifat volatil; tidak kompetitif terhadap pestisida sintetis (harga dan spektrum kerja); dan terbatasnya data keamanan terhadap mamalia dan lingkungan.
Pestisida nabati dari minyak serai wangi telah terbukti efektif untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman kakao seperti pengendalian penyakit jaringan pembuluh atau vascular streak dieback (VSD). Di samping itu minyak serai wangi juga dapat mengendalikan penyakit busuk buah kakao (BBK), hama penggerek buah kakao (PBK) dan hama Helopeltis antonii.
Pemanfaatan Serai Wangi sebagai Pestisida Nabati
Ekstrak Serai Wangi
Daun serai wangi sebanyak 50 gram dirajang halus, kemudian tambahkan 2 liter air. diamkan beberapa menit, lalu saring. Semprotkan larutan tersebut pada tanaman (selada, tomat, wortel) untuk mengendalikan penyakit busuk daun dan bakteri.
Abu Serai
Daun dan akar serai dibakar sehingga diperoleh abu. Abu serai digunakan untuk mengendalikan hama gudang. Sebarkan/letakkan abu serai di dekat sarang atau di jalur hama tersebut mencari makan.
Peran pestisida nabati semakin besar seiring makin dibatasinya penggunaan pestisida kimia. Peluang ini semakin meningkat karena selain ramah lingkungan, pestisida nabati juga dapat meningkatkan kualitas produk pertanian baik secara kualitas maupun nilai ekonominya (HS2025).
Sumber:
Harni, R. (2014). Serai wangi sebagai pestisida nabati pengendalian penyakit vascular streak dieback untuk mendukung bioindustri kakao. IAARD Press. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/16047.
Setiawati, W., Murtiningsih, R., Gusnaeni, N,. dan Rubiati, T. (2008). Serai wangi (Cymbopogon nardus (L). Dalam Tumbuhan bahan pestisida nabati dan cara pembuatannya dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. hlm. 165-168. Lembang: Balitsa. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/8741
Tarigan, N., Maris, P., Kardinan, A., dan Perkasa, G. (2021). Potensi serai wangi sebagai insektisida nabati. Warta Balittro, 38(75): 3-5. https://repository.pertanian.go.id/items/385c3ef4-32a1-44ba-aaa6-f03c10cd08f0