Lalat buah merupakan kelompok serangga hama yang banyak menimbulkan kerusakan pada komoditas buah-buahan dan sayuran buah. Kerugian atau kehilangan hasil yang disebabkan lalat buah cukup besar, berkisar antara 30-100%, bergantung pada kondisi lingkungan dan kerentanan jenis buah yang diserang. Serangan lalat buah, selain menyebabkan kehilangan hasil panen, juga berimplikasi terhadap akses pasar komoditas buah-buahan Indonesia di pasar global karena negara pengimpor dapat mengembargo buah-buahan yang diekspor atau memaksa produsen untuk memberi perlakuan khusus sehingga menambah pengeluaran.
Di Indonesia terdapat sekitar 90 spesies lalat buah, namun hanya 7 spesies yang tergolong hama penting.yaitu Bactrocera albistrigata, B. dorsalis, B. carambolae, B. papayae, B. umbrosa, B. caudata, B. cucurbitae, dan Dacus (Callantra) longicornis.
Petani buah dan sayuran umumnya masih bergantung pada pestisida sintetis untuk mengendalikan lalat buah, padahal cara ini dapat mencemari lingkungan maupun produk tanaman yang dihasilkan. Oleh karena itu, ketersediaan teknologi pengendalian lalat buah yang ramah lingkungan tidak dapat ditawar lagi. Selain ramah lingkungan, teknologi hendaknya juga efektif dan efisien mengendalikan hama serta mudah diterapkan oleh petani di lapangan.
Berikut teknologi pengendalian lalat buah yang ramah lingkungan:
Pengendalian lalat buah secara fisik.
- Pembungkusan atau pemberongsongan buah, dapat mengurangi kerusakan buah hampir 100%. Pembungkusan buah bisa menggunakan kertas, kertas koran bekas, kertas karbon, plastik hitam, daun pisang, daun jati, atau kain untuk buah-buahan yang tidak terlalu besar, daun kelapa, karung plastik atau kertas semen. Bahan pembungkus hendaknya tidak mudah rusak, gelap, dan dapat mempertahankan kelembapan dalam pembungkus.
- Waktu pembungkusan buah disesuaikan dengan jenis buah. Lalat buah umumnya tertarik pada warna kuning dan metil eugenol atau amonia yang dihasilkan oleh beberapa jenis bunga dan buah.
Pengendalian lalat buah secara mekanis.
- Menggunakan perangkap dengan atraktan yang dipasang secara terus-menerus dan dalam jumlah yang banyak. Atraktan yang digunakan berupa bahan kimia sintetis yang dapat mengeluarkan bau atau aroma makanan lalat buah, seperti aroma buah atau bau wewangian berahi lalat betina.
- Perangkap yang berisi atraktan yang dicampur dengan insektisida akan menarik lalat buah untuk masuk ke dalam perangkap dan akhirnya lalat buah mati karena pengaruh insektisida.
- Menggunakan atraktan sintetis metil eugenol yang digantung di dalam perangkap yang terbuat dari botol bekas kemasan air mineral untuk menangkap lalat jantan. Atraktan diteteskan pada kapas, kemudian digantungkan di bagian tengah botol perangkap. Di sampingnya dipasang dua buah corong yang berlawanan. Bagian dasar botol diberi sedikit air agar lalat buah yang jatuh mati terendam air. Sebaiknya perangkap dipasang di bagian luar atau pinggir pertanaman agar lalat tidak berkumpul di tengah pertanaman.
Pengendalian lalat buah secara kultur teknis.
- Sanitasi kebun dan pengendalian gulma bertujuan untuk memutus atau mengganggu daur hidup lalat buah sehingga perkembangan lalat buah dapat ditekan. Dilakukan dengan mengumpulkan buah yang jatuh atau busuk kemudian dimusnahkan dengan dibakar atau dibenamkan di dalam tanah dengan cara membuat lubang berukuran 1 m x 0,5 m atau 1 m x 1 m.
- Membersihkan sampah/serasah di sekitar tanaman dengan dibakar atau dipendam dalam tanah. Pastikan kondisi dalam tanah tidak memungkinkan larva berkembang menjadi pupa. Pupa yang ada dalam tanah dapat dimusnahkan dengan cara membalikkan tanah di sekitar tanaman agar terkena sinar matahari.
- Gulma terutama jenis gulma juga berpotensi untuk menarik kedatangan lalat buah harus dibersihkan.
Pengendalian lalat buah secara biologis.
- Menggunakan biopestisida, biorepellent, dan memanfaatkan musuh alami. Penggunaan biopestisida pada sayuran dapat menjamin produk bersih dari cemaran pestisida sintetis, selain mampu mendukung pelaksanaan PHT secara utuh.
- Biopestisida Spinosad and Lecanicillium muscarium dapat mengendalikan lalat buah yang menyerang labu-labuan dengan persentase buah yang bebas dari serangan hama mencapai 83%.
- Menggunakan minyak atsiri serai wangi dan serai dapur yang bersifat menolak hama (biorepellent) dan nyata menurunkan intensitas serangan lalat buah pada cabai.
- Memanfaatkan musuh alami baik parasitoid, predator maupun patogen, namun di Indonesia teknik pengendalian ini belum banyak diterapkan. Jenis parasitoid yang banyak ditemukan adalah Biosteres sp. dan Opius sp. (Braconidae), serta Psytalia sp.
Pengendalian lalat buah secara kimia.
Pengendalian menggunakan bahan kimia dilakukan dengan mencampur insektisida dengan zat penarik (atraktan) maupun food attractant (tertarik dengan makanan). Food attractant yang biasa digunakan adalah protein hidrolisa yang berasal dari limbah bir yang kemudian diberi insektisida spinosad dan disemprotkan pada tanaman. Umpan beracun akan dimakan oleh lalat buah dan menyebabkan kematian. Insektisida yang digunakan antara lain adalah yang berbahan aktif alfa sipermetrin 50 g/l, betasiflutrin 25 g/l, profenofos 500 g/l, dan deltametrin 25 g/l.(HS2023).