Semangka (Citrullus lanatus) merupakan salah satu tanaman buah yang populer dan paling banyak dibudidayakan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Buah segar dan manis ini menjadi favorit banyak orang dan menjadi komoditas ekspor yang penting. Namun, tantangan dalam budi daya semangka salah satunya adalah serangan hama.. Beberapa jenis hama dapat mengancam hasil panen dan kualitas buah bila tidak dikendalikan.
Berikut beberapa jenis hama penting yang umum mengancam tanaman semangka dan upaya-upaya pengendaliannya.
1. Kutu Daun (Aphis gossypii) dengan gejala nimfa dan imago memakan permukaan bawah daun, membentuk koloni menyebabkan daun menjadi keriting atau keriput.
Pengendalian yang efektif melibatkan pemantauan rutin dengan cara kultur teknis. Hal ini dilakukan dengan memangkas daun yang terserang kemudian memusnahkan. Berikutnya, melakukan sanitasi dengan membersihkan gulma dan segera mencabut tanaman yang terserang virus. Apabila cara tersebut sudah tidak bisa, upaya terakhir dengan aplikasi insektisida pada pucuk dan ranting yang berkoloni serangga.
2. Kutu Thrips (Thrips palmi Karny), dengan gejala daun mengkerut dan terpelintir “keriting daun”. Hama ini menyerang dengan cara menusuk dan menghisap daun di pucuk tanaman, juga menyerang bunga, buah sehingga akan menghambat pertumbuhan.
Pengendalian secara kultur teknis adalah melalui sanitasi dengan memusnahkan sisa-sisa tanaman inang/tanaman yang terserang virus. Kedua, menghindari menanam tanaman yang sefamili pada lahan yang sama,
3. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn), biasanya menyerang tanaman semangka pada pembibitan satu minggu setelah tanam. Gejala yang tampak yaitu pangkal batang yang masih muda terpotong sehingga menyebabkan kematian tanaman.
Pengendalian kultur teknis dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan/gulma secara intensif. Kedua, melakukan pengolahan tanah dengan sempurna hingga kepompong dan imago musnah. Pengendalian kimiawi dengan insektisida sistemik berbahan aktif karbofuran sesuai dosis anjuran.
4. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. niveum S&H), dengan gejala layu dari ujung sulur diikuti menguningnya daun. Apabila batangnya dibelah memanjang akan terlihat pembuluh xilem mengalami nekrosis berwarna coklat.
Pengendalian kultur teknis dengan menanam varietas yang tahan hama serta mengurangi penggunaan pupuk nitrogen secara berlebihan. Pengendalian kimiawi melalui perlakuan benih dengan fungisida bahan aktif hexaconazole, difenoconazole, trisiklazol dan benomyl.
5. Busuk Buah Phytophthora (Phytophthora nicotianae), ditandai dengan bercak kebasah-basahan kemudian menjadi kehitaman lunak. Ujung tangkai buah diselimuti cendawan putih dan menyerang bagian bawah buah yang menempel ke tanah.
Pengendalian teknis melalui pergiliran tanaman dengan tanaman satu famili, mengurangi kelembaban dengan pengaturan jarak tanam. Cara kimiawi dengan aplikasi fungisida sistemik dimetomorf, propamokarb hidroklorida, propineb dan mankozeb sesuai dosis anjuran.
6. Kresek/embun bulu (Pseudoperonospora cubensis Barkley et Curtis)
Ditandai dengan muncul bintik kekuningan hingga kecoklatan pada bagian atas daun dan mengering pada serangan parah. Pada bagian bawah daun terdapat konidia dan konidiofor cendawan berwarna kelabu.
Pengendalian alami dengan rotasi tanaman, mengurangi kelembaban melalui pengaturan jarak tanam. Pengendalian kimiawi melalui aplikasi fungisida dengan bahan aktif simoksanil dan klorotalonil, simoksanil dan mankozeb, tembaga hidroksida, dimetomorf, hexakonazol.
Berbagai jenis hama tersebut dapat menjadi ancaman serius bagi tanaman semangka. Namun, dengan pemantauan yang cermat, penggunaan praktik budi daya yang baik, dan pengendalian yang tepat, petani dapat melindungi tanaman mereka dari serangan organisme pengganggu ini. Upaya-upaya ini sangat penting untuk menjaga hasil panen yang baik dan berkualitas untuk mendapatkan buah semangka yang memuaskan. (DA’23)
Sumber:
1. Buku Pedoman Budidaya Semangka C. Vulgaris
2. Buku Teknis Budidaya Semangka di lahan Kering Dataran Rendah Kalimantan Tengah.