Penggunaan biji botani bawang merah atau dikenal dengan True Seed of Shallot (TSS) sebagai benih, menjadi alternatif dalam usahatani bawang merah. Dengan kelebihan yang dimiliki TSS yaitu memiliki daya simpan yang relatif lebih lama, hemat biaya produksi, bebas patogen dan penyakit, serta menghasilkan umbi berukuran lebih besar, diperlukan pemilihan varietas yang tepat untuk calon benih TSS
Pemilihan varietas dalam produksi benih biji botani (TSS) sangat penting. Pertimbangan dalam menentukan varietas yang akan diproduksi biji botaninya, yaitu kesesuaian varietas di lingkungan target, tingkat kesukaan konsumen terhadap varietas tersebut, dan kemampuan varietas dalam berbunga. Pada umumnya, petani dan konsumen menyukai varietas bawang merah dengan umbi berwarna merah, berbentuk lonjong/bulat, memiliki aroma tajam, berukuran besar, serta adaptif terhadap lingkungan tumbuh. kemampuan varietas dalam pembungaan perlu diperhatikan karena akan berakibat terhadap kuantitas dan kualitas biji botani yang dapat diproduksi nantinya.
Varietas Bawang Merah yang Sesuai untuk Produksi TSS
Varietas Bima Brebes
Menghasilkan umbi kering 9,9 ton per ha. Di dataran rendah (240 m dpl) dengan aplikasi Benzil amino purin (BAP) 100 ppm, tanaman berbunga sebanyak 41% hasil TSS 0,456 gram per tanaman. Di dataran tinggi (1.250 m dpl), berbunga 93,44% dengan produksi TSS 0,678 gram per tanaman. Penelitian lain di dataran tinggi menunjukkan berpotensi sebagai sumber TSS, tingkat pembungaan 84% dan produksi TSS 1,77 gram per tanaman.
Varietas Trisula
Jumlah umbi per rumpun 5-8, daya simpan 5 bulan setelah panen, hasil mencapai 6,50-23,21 ton per hektar. Mudah berbunga pada 24-35 HST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas ditanam pada ketinggian 1.400 m dpl persentase tanaman berbunga pada 6 minggu setelah tanam (MST) 75%, dengan hasil TSS 2,14-12,85 gram per rumpun dan 11,5 kg/1.000 m2. Berbunga lebih cepat 20 HST, dengan persentase tanaman berbunga 90%, dan hasil TSS 4,99 gram per rumpun.
Varietas TSS Agrihort 1
Jumlah umbi per rumpun 1–2 umbi. Berbunga umur 29–36 HST. Bobot 1.000 biji 3,1–3,6 gram. Hasil umbi 20,04 ton per hektar. Kebutuhan benih per hektar jika menggunakan biji sekitar 2-3 kg.
Varietas TSS Agrihort 2
Jumlah umbi per rumpun 2-3. Berbunga pada umur 36-40 HST. Berat 1.000 biji 33,5-3,8 gram. Hasil umbi 21,75 ton per hektar. Kebutuhan benih per hektar 2-3 kg.
Varietas Pancasona
Jumlah umbi per rumpun 3–7. Berbunga 25–35 HST. Berat Biji 1.000 biji 4,0–4,5 gram. Hasil umbi mencapai 6,90–23,70 ton per hektar. ketinggian 1.200 m dpl, berbunga umur 23 HST, persentase 93%, dan hasil TSS 4,18 gram per rumpun.
Varietas Biru Lancor
Jumlah anakan 5–13. Berbunga 37–39 HST. Hasil umbi musim kemarau 12,47–14,08 ton per hektar dan musim hujan 10,76–11,53 ton per hektar. Ditanam ketinggian 923 m dpl, perlakuan 178 kg N per hektar dan 360 ppm ekstrak rumput laut menghasilkan TSS 983,33 gram per 1.000 m2.
Varietas Bauji
Jumlah anakan 9-16. Mudah berbunga umur 45 HST. Hasil umbi kering 13–14 ton per hektar. Ditanam di ketinggian 240 m dpl dengan aplikasi BAP 150 ppm menghasilkan bunga persentase mencapai 41% dan menghasilkan TSS 0,790 gram per tanaman.
Varietas lokal Indonesia yang berpotensi untuk produksi TSS ialah Bima Brebes dan Trisula yakni dapat berbunga dan tumbuh baik di wilayah Indonesia, disukai konsumen, menghasilkan TSS dalam jumlah dan kualitas yang tinggi. Diharapkan, melalui TSS, permasalahan perbenihan bawang merah yang selama ini masih bergantung pada benih umbi, dapat teratasi. (WD’24)
Sumber:
Rosliani, R, Waluyo, N., Yufdy, M.P., Harmanto, Sulastrini, I., Handayani, T., Sembiring, A., Gunaeni, A., Gaswanto, A., Astiti, R. dan Agnofi M. E. (2022). Benih Biji Bawang Merah (True Seed of Shallot) di Indonesia. IAARD PRESS Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/16142