Teknologi penggilingan padi yang umum di Indonesia adalah penggilingan padi kecil (PPK) dengan konfigurasi proses penggilingan yang beragam dan tidak sesuai dengan rekomendasi. Perbaikan teknologi penggilingan padi di PPK perlu dilakukan agar menghasilkan beras premium dengan mutu terbaik dengan menggunakan konfigurasi penggilingan dengan pembersihan dua kali dan penyemprotan kabut air.
Penggilingan bertujuan mengupas gabah untuk mengeluarkan beras. Menurut Laporan Tahunan Balitbangtan 2015, penggilingan padi di Indonesia sebagian besar (85%) berupa penggilingan padi kecil (PPK) dengan konfigurasi proses penggilingan yang beragam dan tidak sesuai dengan rekomendasi. Akibatnya, rendemen beras yang dihasilkan rendah, berkisar antara 50–60% dengan mutu yang beragam.
Petani umumnya menggunakan dua jenis alat penggiling gabah, yaitu penggilingan padi satu fase (single pass) dan penggilingan padi dua fase (double pass). Pada penggilingan satu fase, proses pemecahan kulit gabah bersatu dengan penyosohan sehingga ketika gabah masuk ke hopper pemasukan, keluar sudah menjadi beras putih. Pada penggilingan dua fase, proses pemecah kulit terpisah dengan penyosohan.
Konfigurasi penggilingan yang digunakan di PPK umumnya adalah single pass atau double pass yang tidak sesuai rekomendasi (dua kali pemecahan kulit dan dua kali penyosohan), tanpa diikuti pembersihan sehingga beras tampak kotor. Konfigurasi penggilingan dengan dua kali pemecahan kulit gabah menyebabkan beras banyak yang retak/patah.
Perbaikan teknologi penggilingan padi di PPK dapat diperbaiki agar menghasilkan beras premium dengan menggunakan konfigurasi penggilingan yang dimulai dari pembersihan gabah (cleaner), pemecahan kulit (husker), pemisahan gabah dan beras pecah kulit (separator), serta penyosohan (polisher) dua kali disertai pengabutan air atau disingkat C-H-S-P-P. Proses ini menghasilkan rendemen beras mencapai 67,3% dengan persentase beras kepala 78,4%.
Aplikasi penyemprotan kabut air pada beras selama proses penyosohan kedua menghasilkan beras yang lebih bersih dan transparan serta rendemen beras meningkat 1,8%. Proses pengabutan air bertujuan untuk menghilangkan bekatul yang menempel pada permukaan beras yang menyebabkan beras tampak kusam dan kotor. Penyemprotan beras dengan kabut air menghasilkan beras yang bersih dan mengilap sehingga sering disebut sebagai beras siap tanak atau beras premium (beras kristal).
Kondisi proses penggilingan untuk memproduksi beras premium yaitu:
- kadar air gabah 14%,
- menggunakan sistem pengabutan air,
- debit air pengabutan 5 liter per jam,
- tekanan udara dalam sistem pengabutan air 30–40 psi,
- kecepatan putaran silinder penyosoh 800–1.000 rpm,
- beban katup pengeluaran beras pada skala 2–3,
- tipe penyosoh kombinasi abrasif - friksi - poles.
Perbaikan teknologi penggilingan dengan penambahan konfigurasi penggilingan diharapkan sesuai standar mutu beras di Indonesia (SNI Beras Mutu I) yaitu beras premium beras yang putih bersih dengan persentase kepala beras 100% dan derajat sosoh 100%.(WD’2024)
Sumber :
Inovasi Budi Daya Padi/Tim Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. 2017.
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/6119