Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehilangan hasil pada tanaman lada. Setiap tahunnya, penyakit BPB merusak antara 10% hingga 15% populasi tanaman lada di Indonesia. Oleh sebab itu pengendalian penyakit secara hayati dan kimiawi sangat diperlukan untuk mengatasi turunnya hasil panen.
Penyakit yang paling berpengaruh pada penurunan produksi tanaman lada adalah penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) yang disebabkan oleh Phytophthora capsici yang disebabkan oleh nematoda. Saat ini penyakit BPB terdapat di seluruh pertanaman lada di Indonesia di antaranya, di pulau Kalimantan, pulau Sumatra dan pulau Jawa.
Umumnya saat harga lada sedang tinggi, petani sering menggunakan fungisida sintetis untuk menekan bakteri penyakit BPB, sedangkan ketika harga lada sedang buruk, petani akan membiarkan tanamannya mati, yang menyebabkan inokulum P. capsici menumpuk di lahan.
Gejala Penyakit
Jamur P. Capsici dapat menyerang semua umur/stadia tanaman, mulai dari pembibitan sampai tanaman produktif dengan gejala sebagai berikut:
- Serangan pada pangkal batang atau akar menyebabkan kematian tanaman dengan cepat dengan gejala: kelayuan tanaman secara mendadak (daun tetap berwarna hijau); pangkal batang yang terserang menjadi berwarna hitam, pada keadaan lembab akan nampak lendir yang berwarna kebiruan.
- Serangan pada akar, menyebabkan tanaman layu dan daun-daun menjadi berwarna kuning dengan gejala: daun menjadi kuning, kaku tergantung tegak lurus pada waktu awal dan makin lama makin mengarah ke batang; daun sangat rapuh sehingga mudah gugur; secara bertahap, cabang akan gugur dan akhirnya tanaman gundul; pada bagian akar, sebagian akar rambut rusak akibat serangan Radopholus similis dan terdapat bintil- bintil akar akibat serangan Meloidogyne incognita.
Pengendalian Melalui Teknik Budidaya
- Mencegah penyakit dengan menanam varietas lada yang toleran terhadap penyakit busuk pangkal batang,
- Pemeliharaan yang efisien antara lain: pemupukan tepat dosis, tepat waktu dan tepat sesuai dengan anjuran.
- Penggunaan tajar (tanaman penegak hidup) juga sangat dianjurkan untuk mengurangi stress tanaman terutama selama musim kemarau dikarenakan sifat dari tanaman ini membutuhkan cahaya matahari berkisar 50-75%. Tajar yang dapat digunakan adalah dadap duri jarang/dadap cangkring atau glirisidia.
- Penggunaan tanaman penutup tanah seperti Arachis pintoi yang diikuti dengan penyiangan terbatas juga akan membantu mengurangi/membatasi penyebaran propagul P. capsici, selain itu juga keberadaan bunganya akan menjadi sumber nutrisi bagi musuh alami hama penggerek batang lada.
- Pembuatan saluran drainase atau parit keliling untuk mencegah penyebaran Phytophthora capsici dari lahan yang sudah tercemar.
- Pembuatan pagar keliling kebun (tanaman rumput gajah atau hijauan pakan ternak) juga diperlukan untuk menghindari lalu lalang hewan ternak atau manusia yang mungkin membawa propagul Phytophthora capsici.
- Untuk tanaman yang telah terserang Phytophthora capsici dapat dilakukan eradikasi/pemusnahan dengan cara membakar tanaman sakit atau terinfeksi ditempat atau bisa juga dengan penyiraman bubur bordo.
Pengendalian Secara Hayati
- Pemberian formulasi hayati yang merupakan campuran dari bahan organik (pupuk hijauan, pupuk kandang/sapi) diberikan pada awal musim hujan,
- Pemberian formulasi hayati diulangi 2-3 bulan setelah pemberian awal dengan tujuan mengurangi populasi patogen dalam tanah.
- Pada awal musim hujan, lakukan aplikasi formula yang mengandung Trichoderma spp yang diberikan pada pangkal tanaman lada. Jamur tersebut dapat menghambat dan mencegah perkembangan jamur patogen tersebut
- Pengendalian BPB secara hayati dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri entomopatogen (PF) Pseudomonas fluorscens.
Pengendalian Secara Kimiawi
- Aplikasikan fungisida apabila ada tanaman lada yang sakit atau dicurigai sudah terkena busuk pangkal batang dengan cara penyiraman larutan pada pangkal batang tanaman lada yang sakit.
- Selain itu juga bisa dilakukan penyiraman bubur bordo dimana aplikasinya harus diikuti dengan pemberian agen hayati 2 minggu kemudian. Bahan dan cara membuat bubur bordo yaitu 100 gram terusi (CuSO4) dilarutkan dalam 5 liter air dan 100 gram kapur tohor/tembok dilarutkan dalam 5 liter air, larutan terusi dituang kedalam larutan kapur sambil diaduk. Setelah dicampur segera larutan bordo disiramkan pada tanah bekas tanaman terserang BPB. Alat-alat dan sepatu bekas dipakai pada tanaman yang sakit segera direndam dan dicuci bersih
- Untuk penyakit kuning dapat dilakukan dengan memberikan pestisida berbahan aktif karbofuran 30-50 gram/tanaman yang dikombinasikan dengan bahan organik
- Aplikasi kombinasi bahan organik dengan bakteri Pasteria penetrans
- Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang
- Pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam
- Penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki (Herwan)
Sumber:
https://repository.pertanian.go.id/items/bddffa0b-21c8-4ef4-b352-57b03e46d8f8