Produk turunan kelapa memiliki manfaat yang penting sehingga berpotensi menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan. Ekspor produk turunan kelapa bisa berupa barang setengah jadi maupun barang jadi sehingga mampu meningkatkan tersedianya lapangan kerja, pendapatan bagi petani, serta penerimaan devisa negara. Produk turunan kelapa antara lain VCO, bungkil kelapa dan kopra, coco fiber, nata de coco, serta tempurung kelapa yang diolah menjadi briket arang tempurung kelapa (coconut shell charcoal briquettes.)
Kelapa termasuk tumbuhan yang mempunyai manfaat yang cukup tinggi, dilihat dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Kelapa memiliki banyak manfaat mulai dari bagian akar sampai daunnya bisa dimanfaatkan dan diolah oleh masyarakat serta bernilai jual tinggi. Namun banyak petani yang kurang melirik komoditas buah kelapa dan turunannya sehingga perkembangan komoditas ini tidak optimal di Indonesia. Berikut beberapa produk turunan kelapa:
Minyak kelapa murni atau VCO
Minyak kelapa murni/ virgin coconut oil, merupakan minyak kelapa kualitas tinggi yang diolah dari daging kelapa segar dengan atau tanpa proses pemanasan dan tanpa penambahan bahan kimia. Minyak kelapa murni (VCO) dapat dikategorikan sebagai minyak paling sehat dan pangan fungsional.
VCO merupakan minyak nabati yang unik karena tinggi kandungan asam lemak rantai medium (ALRM) C6-C12 khususnya asam laurat. Asam laurat dalam VCO identik dengan asam lemak yang ditemukan di ASI dan ALRM telah digunakan sebagai sumber lemak untuk susu formula dan terbukti mencegah kegemukan karena dapat memberikan rasa kenyang sehingga mengurangi nafsu makan. VCO dapat meningkatkan sistem imun tubuh, asam laurat di dalam tubuh akan terhidrolisis oleh enzim lipase menjadi monolaurin yang memiliki sifat sebagai antibakteri, antivirus, dan antifungi. VCO dapat diolah dengan metode kering dan metode basah. Pada metode kering VCO diolah dari daging kelapa parut yang disangrai secara bertahap dengan suhu terkontrol, sedangkan pada metode basah, VCO diperoleh melalui tahap pembuatan santan, pemisahan santan menjadi krim dan skim, serta pemecahan emulsi santan untuk menghasilkan minyak. Proses pemecahan emulsi santan menjadi minyak dapat dilakukan dengan cara fermentasi, sentrifugasi, dan pemanasan.
Minyak Goreng Kelapa
Minyak kelapa diekstraksi dari daging kelapa tua yang memiliki kadar lemak tinggi. Minyak kelapa dapat diekstraksi melalui proses kering dan basah. Proses kering membutuhkan daging kelapa yang dikeringkan dengan proses pengasapan atau sinar matahari untuk membuat kopra. Kopra dipress atau dilarutkan dengan pelarut untuk menghasilkan minyak kelapa. Minyak awal yang diperoleh adalah minyak kelapa kasar (crude coconut oil). Minyak kelapa kasar tidak dapat langsung dikonsumsi karena memiliki kadar asam lemak bebas yang masih relatif tinggi dan harus melalui beberapa tahap proses lain seperti refining, bleaching, dan deodorizing sehingga minyak kelapa layak dikonsumsi. Proses basah adalah ekstraksi minyak dari santan.
Tahapan pembuatan minyak kelapa metode basah ini sama dengan proses VCO fermentasi. Minyak yang terpisah dan blondo fermentasi dipanaskan hingga terbentuk blondo yang berwarna cokelat dan minyak menjadi berwarna agak kekuningan.
Nira/gula Kelapa
Nira diperoleh dari penyadapan tandan bunga yang belum pecah. Nira mengandung gula dan nira segar memiliki rasa manis, berwarna putih, transparan, dan pH netral.
Nira adalah bahan baku untuk pembuatan gula kelapa dan di pasaran bisa ditemukan dalam bentuk gula cetak, gula semut/granula, dan sirup. Gula kelapa memiliki indeks glikemik rendah yaitu sekitar 35, dibandingkan dengan gula aren 42 dan gula tebu 58-82. Gula kelapa (100 g) memiliki kandungan protein 432 mg, mineral 5,24 mg, karbohidrat 11,0 mg, kalsium 18,9 mg, fosfor 1,9 mg, besi 5,2 mg, air 0,06%. Berdasarkan manfaat dan ketersediaan melimpah sebagai bahan baku, gula kelapa dapat menjadi salah satu produk turunan kelapa dan berpotensia dikembangkan.
Seleksi pohon kelapa untuk penyadapan nira yaitu berdasarkan umur tanaman dan ketersediaan mayang yang siap disadap, pohon yang sehat, bebas dari hama dan penyakit, memiliki mayang dengan panjang sekitar 65 cm, diameter 20 cm dan mulai berbunga pada usia 3-4 tahun.
Bahan baku untuk pembuatan gula, yaitu nira yang memiliki pH ≥6.0. Nira yang sudah dikumpulkan disaring dengan kain saring untuk menghilangkan kotoran yang ikut terbawa, kemudian dipanaskan selama 4-5 jam pada suhu sekitar 110-120°C hingga nira menjadi kental dan berwarna cokelat. Saat proses pemasakan, buih dan busa yang muncul ke permukaan dibuang dan dilakukan pengadukan secara berkala dengan api terkontrol untuk mencegah karamelisasi. Gula yang sudah siap dicetak dicirikan dengan terbentuknya bola atau mengeras saat dimasukkan ke dalam air.
Proses pembuatan gula semut/granula sama dengan proses pembuatan gula cetak, tetapi perbedaannya pada tahap akhir dari proses pemasakan nira. Pada proses pembuatan gula semut, nira dipanaskan hingga mengental sekitar 80%.
Nira yang mengental tersebut diaduk terus-menerus hingga terbentuk granula atau butiran gula kemudian didinginkan dan diayak untuk diperoleh ukuran granula gula yang seragam.
Nata de Coco
Nata de coco merupakan produk ekstrak seluler selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata de coco adalah serat/selulosa yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan dan merupakan serat pangan tidak larut air. Selulosa dalam pencernaan bermanfaat memperpendek waktu transit, meningkatkan frekuensi buang air besar, mencegah konstipasi dan hemoroid/wasir.
Kelapa parut kering (Desiccated Coconut)
Desiccated coconut (kelapa parut kering) merupakan salah satu produk yang bahan bakunya menggunakan daging kelapa. Desiccated coconut berwarna putih, memiliki rasa dan aroma khas kelapa, serta banyak dimanfaatkan di industri konveksionari (candy) sebagai bahan penambah aroma dalam pembuatan cokelat batangan atau sebagai pengisi produk berbasis kacang-kacangan, industri kue , industri es krim, dan konsumsi rumah tangga. Desiccated coconut memiliki pasaran yang luas baik untuk pasar domestik dan ekspor.
Arang/briket dari Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa merupakan salah satu komponen dari buah kelapa. Tempurung kelapa merupakan limbah padat dari hasil olahan kelapa yang telah diambil daging kelapa. Tempurung kelapa tersebut bisa dijadikan sebagai bahan baku mentah untuk diolah menjadi arang, yang masih dapat diolah kembali menjadi produk inovatif yang dapat memberikan nilai tambah. Tempurung kelapa ini umumnya digunakan sebagai bahan bakar, produk arang dan kerajinan tangan.
Kelapa parut kering kelapa parut kering dari tempurung kelapa memiliki potensi ekspor yang besar, karena briket kelapa Indonesia dinilai terbaik oleh pasar internasional. Briket/arang kelapa merupakan bahan bakar alternatif yang digunakan untuk memasak terutama untuk memanggang bahan makanan.
Batok kelapa asal Indonesia dapat menghasilkan panas yang lebih besar dibandingkan dengan briket batu bara ataupun arang dari bahan tanaman bakau. Selain itu, briket
Arang/briket tempurung kelapa dibuat dengan proses karbonasi/pengarangan pada suhu 300–400°C, pirolisis dalam keadaan anaerob. Arang tersebut juga dapat diolah lebih lanjut menjadi arang aktif dengan mengalirkan media pengaktif seperti uap air dan CO2 untuk memutuskan ikatan karbon atau dengan penambahan bahan kimia seperti asam sulfat, asam fosfat, dan ZnCl2 untuk mengaktifkan pori-pori arang/briket. Arang aktif ini bermanfaat sebagai adsorben/penyerap ion-ion logam, selain sebagai bahan baku arang/briket, tempurung juga digunakan untuk pembuatan asap cair.
Komoditas buah kelapa dan turunan kelapa memiliki nilai ekonomi tinggi yang berpeluang sebagai komoditas ekspor, sehingga potensi untuk membangkitkan kembali minat masyarakat untuk mengembangkan tanaman kelapa sebagai salah satu komoditas unggulan, sehingga pada gilirannya dapat merebut peluang pasar di lingkup global dan berkontribusi dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. (SUT/2025)
Sumber:
Abd. Hariss, Buku dkk. (2024)/ Buku ajar: budidaya dan pengolahan kelapa. 2024/abd. Haris bahrun, dkk. Jakarta: Pertanian Press. 2024