Penggunaan bahan bakar nabati untuk memenuhi konsumsi energi merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh dalam upaya menghadapi krisis energi dan lingkungan yang terjadi belakangan ini. Eksplorasi tanaman yang potensial sebagai sumber bahan bakar nabati gencar dilakukan, salah satunya adalah tanaman nyamplung. Tanaman nyamplung merupakan salah satu tanaman yang potensial penghasil bahan bakar nabati (BBN). Biji kering nyamplung, setelah diproses, menghasilkan minyak nabati yang dapat digunakan sebagai minyak biodiesel karena mengandung minyak 71,4%.
Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) merupakan tanaman tahunan dengan tinggi dapat mencapai 20 meter, bertajuk rindang, dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan dan pelindung abrasi pantai. Tanaman ini relatif mudah dibudidayakan, cocok tumbuh di daerah beriklim kering, dan berbuah sepanjang tahun. Tanaman nyamplung mulai berbuah pada umur 5 ‐ 20 tahun dan dapat menghasilkan buah cukup banyak. Tanaman ini mempunyai musim berbuah dua kali setiap tahunnya. Bentuk buah nyamplung bulat kelereng dengan ujung meruncing, berukuran diameter 2 cm, berkulit tipis dengan permukaan licin tangkai pendek. Buah tua ditandai dengan warna hijau.
Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi. Kayu dari tanaman nyamplung dapat digunakan sebagai papan, perahu, peti juga meja, perabot rumah dan bantalan kereta api. Bunganya dapat digunakan sebagai campuran untuk mengharumkan minyak rambut. Komponen kimia yang terdapat dalam buah nyamplung, antara lain saponine, senyawa alkoloid, polifenol, senyawa antioksidan dan golongan flavanoid, juga tanin.
Selain itu, nyamplung merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi dan peluang yang sangat besar untuk dijadikan sebagai salah satu komoditas andalan penghasil bahan bakar nabati. Bagian dari tanaman nyamplung yang berpotensi untuk BBN adalah biji. Biji nyamplung yang baru dipanen langsung dijemur hingga kering, biji yang kering mudah dikupas dan bila dipress/dikempa banyak mengandung minyak nabati yang dapat digunakan sebagai minyak biodiesel karena mengandung air 3.3 % dan minyak 71.4 %, minyak ini lebih besar dari minyak jarak pagar.
Karakteristik Minyak Nyamplung
Minyak nyamplung tergolong minyak dengan asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh yang berantai karbon panjang, dengan kandungan utama berupa asam oleat 37,57, asam linoleat 26,33 % dan asam stearat 19,96 %, selebihnya berupa asam miristat, asam palmitat, asam linolenat, asam arakidat dan asam erukat. Minyak nyamplung diperoleh melalui tahapan proses sebagai berikut: pengupasan biji dari kulit yang keras; perajangan hingga menjadi irisan tipis; pengeringan dengan panas matahari selama 2 hari; penumpukan; pengukusan; pengepresan atau ekstraksi dengan pelarut organik; dan deguming, yaitu proses pemisahan getah dengan asam fosfat 1%.
Proses pengolahan minyak nyamplung deguming menjadi biodesel melalui tahapan proses esterisasi dengan methanol 20:1 (perbandingan molar metanol dengan asam lemak bebas). Dilanjutkan dengan transesterifikasi (perbandingan methanol dengan minyak 6:1). Minyak nyamplung memiliki kemiripan komposisi asam lemak dengan minyak jarak pagar maupun minyak sawit yang sudah dicoba dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodesel.
Pengembangan nyamplung sebagai sumber biodiesel memiliki prospek yang sangat baik jika ditinjau dari aspek kebutuhan energi, perhatian terhadap isu lingkungan, serta potensi lahan yang tersedia untuk budidayanya. Oleh karena itu, diharapkan nyamplung dapat berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan energi berbasis bahan bakar nabati. Namun, pengembangan nyamplung tidak akan berhasil jika hanya bergantung pada kebijakan dan peluang yang menjanjikan tanpa adanya tindakan konkret di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan komitmen dari berbagai pihak, termasuk sektor swasta, petani, perbankan, serta pemerintah daerah, untuk mengambil langkah nyata dalam mendukung pengembangan tanaman nyamplung.(HS2025).
Sumber
- Udarno, L. dan Tjahjana, B. E. (2009). Morfologi dan budidaya tanaman nyamplung (Calophyllum inophyllum LINN). Dalam Bunga Rampai Tanaman Industri Potensial Biodiesel dan Bioetanol. p. 59-64. https://repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/e0a660da-d01e-4e45-9425-c411c958eca7/content.
- Hasibuan, A.M. (2009). Prospek dan kelayakan usahatani nyamplung (Calophyllum inophyllum LINN.). Dalam Bunga Rampai Tanaman Industri Potensial Biodiesel dan Bioetanol. p. 75-84. https://repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/e0a660da-d01e-4e45-9425-c411c958eca7/content.
- Udarno, L. dan Tjahjana, B. E. (2009). Nyamplung (Calophyllum inophyllum LINN). Dalam Tanaman Perkebunan Penghasil Bahan Bakar nabati (BBN). p. 129-141. Bogor: IPB Press. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/21996.