Hama merupakan salah satu faktor penghambat dalam peningkatan produksi kelapa bahkan dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu mengenali dan mengendalikan hama tanaman kelapa dengan penanganan yang tepat dapat meminimalisir kerusakan.
Kelapa (Cocos nucifera) merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Produksi kelapa di Indonesia masih pasang surut karena sebagian besar merupakan perkebunan rakyat yang masih tradisional tanpa didukung inovasi teknologi yang memadai terutama dalam hal pemeliharaan tanaman dan adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
Untuk menghindari kerugian yang disebabkan OPT dilakukan penanaman tanaman sela di antaranya tanaman kelapa. Hal tersebut merupakan salah satu tindakan kultur teknis yang dapat diterapkan karena ekosistem menjadi lebih beragam dibandingkan pertanaman monokultur. Konsep pengendalian hama dengan kombinasi dua atau lebih komponen pengendali OPT yang diterapkan guna mencapai hasil yang lebih baik dan efek samping sekecil mungkin dikenal dengan konsep pengelolaan hama terpadu (PHT).
Beberapa hama yang menyerang tanaman kelapa yaitu
- Hama kumbang badak/tanduk (Oryctes rhinoceros).
Hama kumbang aktif pada malam hari dan tertarik cahaya lampu. Gejala serangan berupa bekas guntingan dengan pola seperti huruf ‘V” yang terlihat jelas saat daun membuka. Serangan kumbang dapat menurunkan produksi sekitar 40%.
Pengendalian:
- Sanitasi; pembersihan tempat berkembang biak hama kumbangseperti tumpukan serbuk gergaji, batang kelapa atau kayu yang sudah lapuk, dsb. Selanjutnya tumpukan batang kelapa atau material lain yang dapat menjadi tempat berkembangbiak dimusnahkan.
- Penghancuran tempat peletakkan telur dan dilanjutkan dengan pengumpulan larva untuk dibunuh dan dilakukan pengutipan (handpicking) terhadap kumbang dewasa di tanaman yang terserang apabila jumlahnya masih terbatas.
- Pengumpulan hama kumbang; dilakukan secara langsung dari lubang gerekan pada tanaman kelapa dengan menggunakan alat kait berupa kawat. Tindakan ini dilakukan setiap 3 bulan apabila populasi 3–5 ekor/ha, tiap 2 minggu jika populasi 5-10 ekor, dan setiap minggu pada populasi kumbang lebih dari 10 ekor.
- Biologi; menggunakan jamur Metarhizium anisopliae dan Baculovirus oryctes. Jamur tersebut ae dapat menyebabkan kematian pada stadia larva dengan gejala mumifikasi yang tampak 2–4 minggu setelah aplikasi. Jamur ini juga efektif mengendalikan larva maupun hama kumbang.
- Pemerangkapan hama kumbang; menggunakan feromon trapping (ferotrap) berupa feromon sintetik yang digantungkan pada perangkap (ember plastik atau pralon). Kebutuhan feromon sebanyak 1–2 sachet per ha dan penggantian feromon dilakukan setiap 3 bulan.
- Pemanfaatan kanfer (naftalene balls) sebagai penolak (repellen). Pada tanaman kelapa berumur 3–5 tahun digunakan 3,5 g kanfer per tanaman yang diletakkan pada tiga pangkal pelepah di bagian pucuk. Aplikasi diulang setiap 45 hari.
- Pemanfaatan serbuk mimba (powdered neem oil cake) sebanyak 250 g dicampur dengan 250 g pasir kemudian diaplikasikan pada pucuk kelapa yang menjadi tempat masuk kumbangros. Aplikasi dilakukan pada 3–4 pangkal pelepah di bagian pucuk dengan interval 45 hari.
- Kumbang Sagu (Rhynchophorus ferrugineus Olivier)
Kumbang ini termasuk kumbang moncong (weevil), uniknya mulutnya ada diujung moncongnya. kumbang ini seluruh siklus hidupnya ada didalam batang tanaman kelapa. Kumbang menyerang hampir semua jenis palem-paleman. ciri serangannya adanya lubang gerekan pada batang kopyor. Biasanya lubang gerekan kumbang kelapa ini diikuti oleh secondary infection dari patogen penyakit seperti fungi dan bakteri.
Pada tanaman muda, larva merusak akar, batang dan tajuk. Pada tanaman dewasa hanya merusak tajuknya saja, mengakibatkan patah pucuk. Jika larva mencapai titik tumbuh, tanaman tidak dapat menghasilkan daun baru.
- Pengendalian:
Sanitasi :
- Mengurangi tempat berkembangbiak hama dengan mengumpulkan larva/imago dan dimusnahkan.
- Membersihkan kebun dengan memotong serta memusnahkan pohon kelapa yang sudah mati agar tidak menjadi sumber infeksi.
- Memangkas daun, tinggalkan pangkal pelepah sepanjang 30 cm atau membiarkan pelepah itu menjadi kering sebelum dirontokkan.
- Monitoring hama; jika di daerah serangan kumbang sagu terdapat serangan kumbang nyiur, maka segera lakukan pemerangkapan feromon imago O. rhinoceros.
- Pemanfaatan musuh alami: parasitoid larva Scolia erratica (Hym: Scoliidae), Nematoda entomopatogen pada stadia larva dan imago (Heterorhabditis indicus, Steinernema riobrave, dan S. carpocapsae)
- Pengendalian kimia untuk menekan perkembangan hama di lapangan.
- Kumbang Janur (Brontispa longissima)
Hama ini tumbuh, berkembang dan memakan pucuk tanaman kelapa muda. Akibatnya, banyak tanaman kelapa yang mati di usianya yang masih dini. Gejala serangan yaitu (1) bercak-bercak pada daun berwarna coklat memanjang dan daun menyatu; (2) janur kelapa menjadi keriput, (3) janur kelapa tidak membuka sempurna, (4) tanaman seperti terbakar, (5) serangan berat dapat mengakibatkan buah gugur dan akhirnya mati. Jika serangan hama ini berlangsung lama dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Pengendaliannya :
- Kultur teknis: pemupukan, pengelolaan air, dan sanitasi kebun.
Pengendalian dengan secara kultur teknis dapat dilakukan dengan cara melakukan pemupukan tanaman, pengelolaan air dan sanitasi kebun untuk menunjang pertumbuhan tanaman yang baik. Tanaman kelapa lebih rentan terhadap serangan kumbang janur jika keadaan kebun tidak terpelihara dan tanahnya tergenang.
- Biologi/hayati
- Pengendalian secara hayati dilakukan dengan mengendalikan populasi hama menggunakan parasitoid, predator dan entomopatogen yang merupakan musuh alami dari hama tersebut. Musuh alami potensial yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama kumbang janur yaitu menggunakan Parasitoid; Parasitoid merupakan organisme yang hidup di tubuh inang dan mengambil sebagian besar makanan sehingga inang akan mati. Parasitoid yang digunakan Tetrastichus brontispae.
- Menggunakan Predator; Predator yang dapat digunakan untuk mengendalikan kumbang perusak ini adalah Chelisoches morio atau yang dikenal dengan nama Cocopet. Cara pengaplikasiannya adalah Cocopet dilepaskan pada tanaman kelapa yang terinfeksi. Cocopet akan menyerang kumbang dewasa, mulai dari telur, larva hingga pupa;
- Menggunakan jamur/cendawan, mampu mengurangi serangan kumbang pada pucuk janur kelapa. jamur ini akan mempengaruhi kumbang dimana kumbang enggan memakan pucuk janur dan meninggalkan tempat tersebut.
Upaya perlindungan tanaman merupakan hal penting karena akan menjadi jaminan bagi terkendalinya OPT baik hama, penyakit maupun gulma. Hal ini berkontribusi terhadap pendapatan dan kelangsungan usaha tani. (SUT/2025)
Sumber:
- Direktur Perlindungan Perkebunan. 2021/ buku saku pengenalan dan pengendalian opt pada tanaman kelapa. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/22146
- Luluk Sutji Marhaeni. 2008/Inventarisasi Hama dan Penyakit Penting Pada Tanaman Kelapa. Perspektif Vol. 7 No. 2. Hlm 112 – 117. https://media.neliti.com/media/publications/161368-ID-inventarisasi-hama-dan-penyakit-penting.pdf
- Yuni Astuti, Ratri Wibawanti dan Bibit Bakoh. 2023/ Pengendalian Kumbang Oryctes rhinoceros Pada Tanaman Kelapa. https://ditjenbun.pertanian.go.id/pengendalian-kumbang-oryctes-rhinoceros-pada-tanaman-kelapa/