Jahe telah lama dikenal memiliki kasiat obat dalam pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit. Tidak hanya digunakan secara tradisional untuk mengobati batuk, pilek dan sakit kepala, jahe juga efektif dalam meredakan rematik, infeksi saluran kemih, gangguan pencernaan dan rasa mual/muntah. Oleh karenanya banyak studi yang meneliti khasiat dan komponen bioaktif jahe serta mekanisme kerjanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jahe memiliki bergai aktivitas biologis, termasuk sebagai antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antikanker, imunomodulator, dan antivirus.
Jahe mengandung beragam komponen yang berkontribusi pada aktivitas biologisnya. Komponen volatil seperti ar-curcumene dan myrcene yang membentuk aroma khas jahe, sedangkan komponen non-volatile seperti gingerol dan shogaol memberikan cita rasa pedas yang khas. Sifat-sifat jahe yang meliputi antikolesterol, antipembekuan darah, anti-inflammatori, dan vaskodilator, dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi beban kerja jantung. Selain itu, jahe juga terbukti memiliki kemampuan sebagai antidiabetik, antikanker, analgesik, antipiretik, antioksidan, antibakteri, anti-radiasi, anti-alergi, imunomodulator, dan antivirus.
Produk jahe bervariasi dalam bentuknya, mulai dari makanan, minuman, bumbu, jamu, hingga suplemen dan obat-obatan. Produk makanan seperti acar, manisan, pasta, dan serbuk menggunakan rimpang jahe sebagai salah satu bahan utamanya. Sedangkan produk lain seperti permen, serbuk instan, dan minuman siap saji, serta suplemen atau obat (kapsul, tablet, dan tablet effervescent), menggunakan ekstrak jahe yang diformulasikan dengan bahan lain. Namun, perlu diperhatikan bahwa proses pengolahan seperti pengeringan dapat mengubah komposisi bahan aktif jahe, yang berdampak pada cita rasa dan khasiatnya.
Ekstrak jahe bisa diperoleh dalam bentuk minyak atau oleoresin melalui berbagai metode ekstraksi, seperti penyulingan dan penggunaan pelarut seperti etanol, metanol, etil asetat, atau air. Penggunaan pelarut yang berbeda akan menghasilkan ekstrak dengan karakteristik dan aktivitas biologis yang berbeda pula. Misalnya, ekstrak yang diperoleh dengan metanol lebih kaya akan gingerol lebih beperan dalam menurunkan gula darah, sementara ekstrak etil asetat lebih berperan dalam menurunkan kadar lemak dalam darah dan berat badan.
Jahe tergolong herbal yang aman untuk dikonsumsi. Meskipun memiliki khasiat anti mual/muntah, penguunaan untuk ibu hamil masih harus hati-hati. Beberapa penelitian menunjukkan adanya ganggunan perkebangan janin serta ketidakseimbangan rasio hormon estrogen-testosteron pada janin akibat konsumsi jahe dalam dosis yang tinggi. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengonsumsi jahe dengan bijaksana dan dalam dosis yang tepat.
Dalam dosis yang tepat jahe memberikan banyak manfaat bagi kesehatan. Namun tetap perlu diingat bahwa mengkonsumsi jahe secara berlebihan tidak disarankan agar tidak menibulkan efek samping yang tidak diinginkan. Dengan memahami potensi jahe dan manfaatnya kita dapat menjadikan jahe sebagai sahabat kita dalam menjaga kesehatan dan mencegah beragai penyakit.(DA’23)
Sumber:
Buku Saku: Bahan Pangan Potensial untuk Anti Virus dan Imun Booster/ Bogor:BB Pacapanen, 2020
https://repository.pertanian.go.id/items/f3a571d5-cb06-4747-8282-0cf7780ffb93/full