Untuk mewujudkan swasembada jagung, strategi yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian adalah perluasan area tanam (ekstensifikasi) pada lahan kering, lahan tadah hujan, dan lahan hutan. Selain itu, dilakukan pula upaya peningkatan produktivitas (intensifikasi) melalui penggunaan benih bermutu dari varietas unggul, pemupukan sesuai rekomendasi spesifik lokasi, pengelolaan pengairan, dan perbaikan teknik budi daya lainnya disertai dengan pengawalan, pendampingan, pemantauan, dan koordinasi.
Jagung merupakan tanaman serbaguna yang dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan bahan baku industri. Jagung berpotensi untuk dikembangkan karena mempunyai daya saing yang kuat dibandingkan komoditas kompetitif lainnya. Usaha tani jagung memiliki risiko yang lebih rendah, selain mudah dilaksanakan petani, hasil panen tinggi, dan biaya produksi relatif rendah sehingga dapat dikatakan sebagai usaha tani yang menguntungkan.
Kementerian Pertanian telah menghasilkan inovasi teknologi peningkatan produksi jagung melalui penerapan teknologi dengan konsep pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Komponen teknologi dalam PTT jagung dikelompokkan ke dalam teknologi dasar dan teknologi pilihan. Penerapan komponen teknologi pilihan dapat disesuaikan - dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani setempat. Komponen teknologi pilihan PTT jagung sebagai berikut:
- Penyiapan Lahan. Jagung dapat ditanam pada lahan kering, sawah tadah hujan, lahan pasang surut, dan lahan lebak. Budi daya jagung di lahan kering memerlukan pengolahan tanah secara sempurna (OTS). Tanah diolah dengan bajak atau cangkul, atau menggunakan ternak sapi, kemudian digaru dan diratakan. Pada lahan -sawah setelah tanaman padi, cukup olah tanah minimum (OTM) atau bahkan tanpa olah tanah (TOT).
- Pembuatan saluran drainase diperlukan untuk pembuangan air yang berlebihan dari area pertanaman, terutama pada musim hujan (MH). Saluran drainase dibuat pada saat penyiangan pertama dengan menggunakan cangkul atau mesin pembuat alur seperti PAI-2 R rancangan Balitsereal. Pada lahan kering, saluran drainase berfungsi sebagai pemutus air pada saat hujan. Pada lahan sawah, saluran irigasi diperlukan untuk memudahkan pengaturan pengairan tanaman, saluran ini dibuat pada saat penyiangan pertama.
- Pemberian bahan organik sangat bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik dapat diaplikasikan sebagai penutup lubang tanam benih dengan takaran 2 ton/ha.
- Pembumbunan dilakukan untuk membuat lingkungan perakaran yang lebih baik agar tanaman tumbuh kokoh dan tidak mudah rebah. Pembumbunan dapat dilakukan secara mekanis dengan menggunakan mesin pembuat alur atau cangkul. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama pada umur 21–25 hst dan pembuatan saluran drainase, atau setelah pemupukan kedua pada umur 35 hst bersamaan dengan penyiangan kedua.
- Pengendalian gulma dilakukan secara mekanis atau menggunakan herbisida kontak. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 21–25 hst menggunakan cangkul atau mesin pembuat alur. Adapun penyiangan kedua saat tanaman berumur 30–35 hst dengan mesin pembuat alur, cangkul, atau herbisida anjuran dengan takaran 1–2 liter per hektare.
- Pengendalian hama dan penyakit tanaman jagung dilakukan berdasarkan pendekatan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT). Pendekatan PHT mencakup identifikasi jenis dan populasi hama, penentuan tingkat kerusakan tanaman menurut kerugian ekonomi atau ambang ekonomi, dan teknik pengendalian dengan mengusahakan tanaman selalu sehat, pengendalian secara hayati, penggunaan varietas tahan, pengendalian secara fisik dan mekanis, penggunaan senyawa hormon, dan aplikasi pestisida (sebagai alternatif terakhir).
- Panen tepat waktu dan pengeringan segera . Panen dilakukan jika kelobot tongkol telah mengering atau berwarna cokelat, biji telah mengeras, dan telah terbentuk lapisan hitam minimal 50% pada setiap baris biji. Tongkol jagung yang sudah dipanen segera dijemur, atau jika hari hujan diangin-anginkan. Pemipilan biji dilakukan setelah tongkol kering (kadar air biji ±20%) menggunakan alat pemimpil. Kemudian jagung pipil dikeringkan lagi sampai kadar air biji mencapai sekitar 15%.
Inovasi teknologi peningkatan produksi jagung melalui penerapan teknologi dengan konsep PTT diharapkan dapat diterapkan secara utuh dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani sekaligus menyukseskan program pemerintah untuk swasembada pangan di Indonesia. (WD'24)
Sumber :
- Inovasi Budi Daya & Pascapanen Jagung/Tim Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. 2017.
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/6159
- Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Jagung/ Hendi Supriyadi. 2016. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/8692
- Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Tanaman Jagung dan Dekripsi Varietas Unggul Jagung/ BPTP Jawa Tengah. 2017
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/12697