Abaca (Musa textilis NEE) merupakan tanaman penghasil serat dari kelopak daun. Tanaman ini termasuk famili Musaceae atau jenis pisang-pisangan. Tumbuh liar di Pulau Mindanao (Filipina) dan Pulau Sangihe (Indonesia). Penduduk pulau tersebut sebelum Perang Dunia II memperoleh benang-benang halus dari pelepah daun untuk dijadikan kain yang sejuk. Tanaman abaca berasal dari Filipina, sehingga tanaman abaca ini disebut sebagai Manila Hemp.
Karena kuat dan tahan air garam, maka serat abaca baik untuk industri tali-temali misalnya kapal laut. Selain itu serat abaca juga merupakan bahan baku pulp kertas berkualitas tinggi seperti kertas uang, kertas dokumen, kertas cheque, kertas plaster, kantong teh, kertas mimeograph, serta untuk tekstil.
Peluang pasar abaca masih terbuka. Permintaan dari negara maju seperti Jerman, Belanda, Perancis, Jepang, Spanyol, Denmark, Amerika, Inggris, dan Kanada terus meningkat. Kondisi ini menunjukkan adanya peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi abaca sebagai komoditas ekspor non-migas. Masyarakat khususnya petani dan pengusaha diharapkan akan tertarik dan berminat mengembangkan abaca menjadi salah satu andalan ekspor non-migas Indonesia.
Persyaratan tumbuh
Iklim yang sesuai untuk tanaman abaca yaitu tipe iklim A menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan antara 150-200 hari serta temperatur udara 20 °C-31 °C. Abaca dapat tumbuh baik pada dataran rendah sampai dataran tinggi hingga ketinggian 1000 m dpl. Tanah yang baik yaitu tanah yang gembur, tekstur lempung berliat atau lempung berpasir dan jangan sampai ada lapisan padat (hardpan layer).
Penanaman
Bibit unggul dipilih dari varietas unggul yang sehat dan murni. Bibit berupa anakan dari tanaman yang telah berumur 2-2,5 tahun, dari hasil dederan tunas atau kultur jaringan. Jarak tanam 5 m x 3 m, sehingga populasi per hektar 660 tanaman. Lubang tanam dibuat dengan ukuran panjang x lebar x dalam adalah (25-30 cm) x (25-30 cm) x (25-30 cm).
Pemeliharaan
Penggemburan tanah dan penyiangan gulma dilakukan pada waktu tanaman masih muda. Secara periodik dilakukan pembuangan daun-daun yang telah mengering. Pemupukan dilakukan satu kali setiap tahun pada awal musim hujan. Dosis pupuk yang diberikan yaitu: 1 kg ZA + 1 kg Dolomit per rumpun, diberikan dalam alur di antara barisan tanaman.
Peremajaan
Peremajaan dilakukan pada tanaman yang telah berumur antara 15-20 tahun tergantung dari kondisi tanamannya. Tanaman dibongkar seluruhnya jangan sampai ada sisa-sisa bonggol ataupun anakan yang tertinggal. Kemudian dilaksanakan penanaman kembali.
Panen
Tanaman mulai dipanen setelah berumur 2-3 tahun. Tanda-tanda bahwa pohon sudah dapat ditebang yaitu bila sudah keluar jantung di ujung batang, atau jantung dan daun bendera mulai kelihatan di ujung batang. Umur panen di dataran rendah lebih cepat dibandingkan dengan di dataran tinggi. Cara panen dengan memotong pangkal batang di atas bonggol. Pemotongan jangan mendatar, agar tidak terjadi akumulasi air hujan yang menyebabkan busuk.
Pemanenan ada dua cara, yaitu tebang pilih dan tebang habis. Tebang pilih, hanya dilakukan terhadap pohon yang sudah umur panen, dan dapat diulang dengan selang waktu 1-1,5 bulan. Kelemahan teknik ini yaitu kemungkinan terjadi kerusakan pada tanaman lain saat penebangan berlangsung, sehingga harus hati-hati. Tebang habis biasanya membatasi tanaman sekitar 8-12 tanaman per rumpun agar tumbuh dengan subur dan sisanya dibuang. Setelah dewasa harus ditebang seluruhnya.
Penyeratan
Batang dipotong-potong sepanjang 110 cm disesuaikan dengan ukuran mesin penyerat (dekortikator).Potongan batang kemudian dikelupas menjadi lembaran-lembaran pelepah. Di beberapa negara, pelepah abaca dikelompokkan menjadi 3 yaitu pelepah bagian luar, tengah, dan dalam. Pelepah-pelepah daun kemudian diangkut ke mesin dekortikator, dan setelah keluar dari mesin sudah berupa serat basah. Serat ini diperas sampai keluar airnya dan siap untuk dijemur. Kapasitas mesin dekortikator bervariasi dari 40-100 ton pelepah basah per hari. Rendemen serat berkisar antara l,75%-2,5% dari batang basah.
Hama dan Penyakit
Serangan hama dan penyakit di pertanaman abaca biasanya tidak sampai ke tingkat membahayakan. Namun demikian ada beberapa jenis hama dan penyakit yang sering menyerang abaca. Hama yang menyerang tanaman abaca yaitu ulat siput, penggerek pisang, kumbang batang dan kutu daun. Sedangkan penyakit yang menyerang abaca yaitu mosaic abaca, bunchy top, penyakit layu vaskuler (vascular wilt), penyakit busuk batang, penyakit kering pangkal akar, dan nematoda.(HS2023
Sumber :
Budidaya tanaman Abaca (Musa textilix NEE) / Untung Setyo-Budi, Sudjindro, dan Bambang Heliyanto. https://repository.pertanian.go.id/items/c5ef30c4-a19a-47ba-a66c-6db7c2f7f26d