Kopi luwak dikenal sebagai salah satu kopi termahal di dunia. Kopi dengan keunikan cita rasa khas ini semakin diminati oleh penikmat kopi lokal maupun mancanegara. Untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, produksi kopi luwak tidak lagi hanya mengandalkan luwak liar. Namun, kini berkembang usaha produksi kopi luwak budi daya dengan memanfaatkan luwak dalam kandang sebagai alternatif untuk memproduksi kopi luwak.
Budi daya kopi luwak melibatkan pemeliharaan hewan luwak (Paradoxurus hermaphroditus) untuk menghasilkan biji kopi yang telah melewati proses pencernaan alami hewan tersebut. Pendekatan ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar tetapi juga meningkatkan nilai tambah bagi komoditas kopi dan pendapatan petani. Namun, budi daya luwak dalam kandang menimbulkan kekhawatiran terkait kesejahteraan hewan.
Isu perlakuan yang kurang semestinya terhadap luwak di penangkaran telah menjadi sorotan. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan praktik budi daya yang etis dan berkelanjutan, memastikan kesejahteraan hewan tetap terjaga. Penelitian untuk mencari alternatif produksi kopi luwak tanpa melibatkan hewan telah dilakukan. Salah satunya adalah penggunaan mikroba probiotik yang diisolasi dari saluran pencernaan luwak untuk fermentasi biji kopi.
Penggunaan mikroba probiotik bertujuan menghasilkan kopi dengan cita rasa dan aroma yang mendekati kopi luwak asli, sekaligus mengatasi keterbatasan produksi dari luwak liar maupun budi daya. Dengan pendekatan yang tepat dan beretika, produksi kopi luwak dapat terus berkembang, memenuhi permintaan pasar sekaligus menjaga kesejahteraan hewan dan keberlanjutan lingkungan.
Tahapan Produksi Kopi Luwak Budi Daya
- Pemilihan dan Pemeliharaan Luwak
- Pemilihan luwak. Pilih luwak yang sehat dengan berat badan ideal. Pastikan hewan bebas dari penyakit dan stres untuk menjamin kualitas kopi yang dihasilkan. Luwak yang dipelihara biasanya sudah dewasa, yaitu berumur 1,5–2 tahun agar bisa segera berproduksi.
- Kandang. Sediakan kandang yang bersih, luas, dan sesuai dengan kebutuhan luwak. Kandang harus memungkinkan luwak bergerak bebas dan mengekspresikan perilaku alaminya. Lokasi kandang harus jauh dari lokasi pemukiman penduduk agar terhindar dari kebisingan.
- Pakan. Berikan pakan berupa buah kopi matang (petik merah) dan tambahan buah-buahan lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi luwak. Variasi pakan membantu menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan.
- Ketersediaan buah kopi. Buah kopi harus dipastikan tersedia secara berkesinambungan. Untuk itu, pengusaha harus sudah memiliki kebun kopi sendiri sebagai sumber penyedia buah kopi matang. Jika tidak memiliki kebun sendiri sebaiknya bekerjasama dengan pemilik perkebunan kopi, walau konsekuensinya pengusaha kopi luwak harus membeli buah kopi dengan harga yang relatif lebih mahal.
- Proses Produksi Kopi Luwak
- Pemberian buah kopi. Berikan buah kopi matang kepada luwak pada malam hari, sesuai dengan kebiasaan makan alaminya, sebanyak 2-3 kg per ekor.
- Pengumpulan feses. Kumpulkan feses luwak yang mengandung biji kopi setiap pagi. Pastikan feses segera diambil untuk menghindari kontaminasi.
- Pembersihan biji kopi. Biji kopi yang terkandung dalam feses dibersihkan dengan air mengalir hingga bersih dari kotoran.
- Pengeringan. Setelah dibersihkan, biji kopi dikeringkan hingga mencapai kadar air sekitar 12--13%. Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran atau menggunakan pengering mekanis.
- Pengolahan lanjutan. Biji kopi yang telah kering kemudian dikupas kulit tanduknya, disangrai, dan digiling sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Pengupasa kulit tanduk menggunakan alat tradisional ataupun mesin pengupas untuk mendapatkan kopi beras (green bean).
- Alternatif produksi kopi luwak probiotik. Penelitian yang sudah dilakukan yaitu menggunakan mikroba probiotik yang diisolasi dari saluran cerna luwak dan diproduksi di luar tubuh luwak untuk mendapatkan cita rasa yang mendekati kopi luwak asli tanpa melibatkan hewan dalam proses produksi. Produksi kopi luwak probiotik yaitu fermentasi dengan probiotik yang berasal dari usus halus (intestum tenue) luwak dan fermentasi yang dilakukan dengan mikroba probiotik yang diisolasi dari usus buntu (caecum) luwak. Cara fermentasi dengan mikroba probiotik yaitu
- Buah kopi dipanen petik merah dan diseleksi secara ketat, kemudian dikupas kulit buahnya dengan mesin pengupas (pulper).
- Biji kopi basah yang telah terkupas tersebut (paling lama 2 jam setelah pelepasan kulit) diberi perlakuan fermentasi dengan mikroba probiotik dari usus halus atau usus buntu selama 6 hari.
- Setelah fermentasi berakhir biji kopi dijemur hingga kering dengan kadar air mencapai ≤ 12%, selanjutnya dilakukan pengupasan kulit tanduk dengan mesin huller sehingga dihasilkan biji kopi kering tanpa kulit tanduk (kopi beras/green bean), kemudian dilakukan penyangraian dan pembubukkan.
- Sertifikasi dan standar mutu. Untuk menjamin kualitas dan keamanan produk kopi luwak, produsen disarankan untuk memperoleh sertifikasi dari lembaga independen yang berwenang. Sertifikasi ini memastikan bahwa proses produksi memenuhi standar yang ditetapkan dan produk aman untuk dikonsumsi.
Harga kopi luwak dapat bervariasi tergantung pada metode produksi, kualitas biji kopi, dan kondisi luwak itu sendiri. Faktor-faktor seperti lingkungan alami luwak, jenis pakan, dan proses pascapanen turut mempengaruhi kualitas dan harga kopi yang dihasilkan. Kombinasi dari proses produksi yang unik, keterbatasan jumlah, kualitas rasa yang khas, dan biaya produksi yang tinggi menjadikan kopi luwak sebagai salah satu kopi termahal di dunia (DHIRA’2025).
Sumber:
- Rubiyo, dan Towaha, J.. (2013). Pengaruh fermentasi terhadap citarasa kopi luwak probiotik. . Buletin RISTRI, 4(2): 175-182. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/11056
- Towaha, J. dan Tjahjana, B.E. (2015). Kopi luwak budi daya sebagai diversifikasi produk yang mempunyai citarasa khas. SIRINOV, 3(1): 19–30. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/23158
- Randirani, E. dan Dani. (2018). Pengenalan varietas unggul kopi. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/20780