Kedelai merupakan salah satu komoditas unggulan program Kementerian Pertanian (Kementan) karena sangat dibutuhkan dalam pemenuhan pangan serta industri. Hingga saat ini produksi kedelai masih belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Untuk menjaga stabilitas pangan nasional, impor kedelai menjadi jalan keluar yang masih dilakukan. Hal ini tentu bukan hal yang diharapkan karena pasti berimbas pada berkurangnya cadangan devisa negara. Berbagai upaya telah dilakukan Kementan untuk meningkatkan produksi kedelai baik melalui peluasan areal lahan ataupun upaya peningkatan produktivitas.
Namun untuk menambah luas lahan sulit dilakukan karena persaingan dengan komoditas unggulan lainnya seperti padi dan jagung, serta alih fungsi lahan. Strategi lain yang dilakukan dengan memanfaatkan lahan sub optimal yaitu lahan-lahan yang secara alami mempunyai satu atau lebih kendala sehingga memerlukan upaya ekstra agar dapat dijadikan sebagai lahan budi daya pertanian. Contoh lahan sub optimal ini antara lain lahan kering masam, lahan rawa, dan lahan pasang surut. Dengan cara-cara demikian diharapkan produksi kedelai akan terdongkrak hingga ketergantungan impor bisa dihindari.
Lahan Kering Masam
Luas lahan sub optimal di Indonesia mencapai 91,9 juta ha, dimana lahan kering masam menempati posisi terluas yaitu 62,6 juta ha (68,1%). Hal ini membuka peluang yang sangat potensial dalam pengembangan kedelai. Ciri lahan kering masam memiliki tingkat keasaman yang tinggi dengan pH kurang kurang dari 5,5, hal ini menghambat terserapkan unsur hara oleh tanaman. Selain itu rendahnya kandungan bahan organik tanah, rendahnya ketersediaan P dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, tingginya kandungan unsur Mn2+ dan aluminium reaktif (Al3+) dapat meracuni akar tanaman serta menghambat pembentukan bintil akar tanaman kacang-kacangan. Inovasi yang dihasilkan oleh Balitbangtan salah satunya dalam teknologi perbaikan kondisi lahan (penurunan derajat kemasaman lahan) dengan teknologi cara pengelolaan yang tepat.
Pengelolaan Lahan Kering Masam.
Dalam mengatasi lahan kering masam, ameliorasi tanah diperlukan dengan beberapa cara yaitu meningkatkan derajat kemasaman dan mengatasi keracunan Al dengan memberikan kapur atau menambahkan bahan organik; meningkatkan kualitas lapisan tanah bawah dengan menggunakan kapur gipsum; meningkatkan kandungan fosfat tanah dengan pemupukan P dosis tinggi; meningkatkan bahan organik tanah dengan mengembalikan sisa sisa tanaman atau pupuk organik ke dalam tanah; dan pengayaan kalium bila ketersediaan K dalam tanah kurang.
Gunakan varietas kedelai yang toleran, seperti Tanggamus, Slamet, Nanti, Ratai, dan Seulawah. Dalam penggunaan benih gunakan benih murni dan bermutu tinggi dengan daya tumbuh minimal 85%, atau benih berlabel. Kebutuhan benih tergantung ukuran benih dan jarak tanam. Ukuran benih kecil hingga sedang, diperlukan 55-60 kg/ha dan benih besar, dibutuhkan 65-75 kg/ha. Perlakuan benih dengan insektisida berbahan aktif karbosulfan diperlukan pada daerah endemis serangan lalat bibit.
Lakukan pengolahan tanah sekali hingga dua kali dan buat saluran drainase setiap 4 m sedalam 20-25 cm di sepanjang petakan, jika curah hujan masih cukup tinggi. Campurkan benih dengan Rhizobium pada lahan yang baru pertama kali ditanami kedelai atau ditaburkan tanah bekas pertanaman kedelai pada barisan tanaman.
Penanaman dilakukan dengan tunggal, jarak tanam 40 cm x 15 cm atau 40 cm x 10 cm sebanyak 2 biji/lubang dengan populasi tanaman 350.000-500.000/ha. Waktu tanam dapat disesuaikan dengan kondisi iklim setempat, dianjurkan tidak lebih dari 7 hari setelah padi dipanen.
Berikan pupuk NPK dengan takaran 75 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl per hektare, dan diberikan pada saat tanaman berumur 14 hari Kemudian lakukan penyiangan dua kali pada umur 15 dan 45 hari.
Lakukan pengendalian gulma dengan herbisida sebelum pengolahan tanah atau setelah tanam dengan syarat benih ditutup dengan tanah pada saat tanam dan herbisida yang digunakan adalah jenis kontak. Lakukan pembumbunan tanaman bersamaan dengan penyiangan pertama.
(DA)
Sumber:
Meraih untung dengan kedelai unggul/ https://repository.pertanian.go.id/items/13885574-4c83-4933-a4b4-8b2c898293a4/full