Cacar unggas (fowl pox, FP) merupakan penyakit yang disebabkan karena virus pada ayam. Penyakit ini tersebar luas di dunia termasuk Indonesia dan merupakan penyakit yang umum terjadi.
Cacar unggas dibedakan menjadi infeksi kutaneus (kulit) dan bentuk difterik. Infeksi kutaneus terjadi pada jaringan epitel kulit yang tidak tertutup bulu, sedangkan infeksi difterik terjadi pada membran mukosa mulut, hidung dan mata. Gejala umum yang timbul adanya pertumbuhan yang lambat pada unggas muda, penurunan telur pada periode bertelur, adanya kesulitan bernapas dan makan.
Pada infeksi kutaneus dicirikan oleh timbulnya kutil yang menyerupai nodul-nodul, termasuk pada kaki, jengger, pial dan kelopak mata. Unggas terlihat lemah dan kurus karena penurunan nafsu makan, susah bernapas karena saluran udara tertutup. Sedangkan infeksi difterik (wet pox) ditandai dengan lesi difterik, warna kekuningan muncul pada membran mukosa mulut, esofagus dan trakea, serta gangguan pernafasan.
Fowl Pox sering terjadi pada umur menjelang dewasa. Cara penularannya melalui kulit yang terluka, bulu-bulu, dan scrab kering. Nyamuk, kutu dan beberapa jenis lalat dapat berperan sebagai vektor penyakit cacar. Nyamuk yang membawa virus avian pox setelah menggigit unggas terinfeksi dapat menularkannya. Penularan secara langsung melalui kontak antara ayam yang sakit dengan ayam yang sehat. Meskipun fowl pox penyebarannya relatif lambat, tetapi dapat menginfeksi selama beberapa bulan.
Belum ada obat yang spesifik dan efektif untuk penyakit cacar. Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi/vaksinasi pada ayam umur 4 minggu dan pada pulet 1-2 bulan dengan vaksin Fowl Pox dan Pigeon Pox. Aplikasi vaksin pada ayam dilakukan pada kulit sayap dalam. Vaksinasi cacar hanya boleh dilakukan pada flok yang sehat dan dalam kondisi bagus. (BEWE)
(sumber: Manual Penyakit Unggas, http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/9605)