Info Literasi. Talas bening adalah jenis tanaman liar yang awalnya tidak mempunyai nilai ekonomi. Namun sekarang telah dibudidayakan secara luas dan memberikan kontribusi ekonomi bagi pelaku usaha, terutama di Kabupaten Pandeglang.
Talas ini memiliki ukuran umbi besar dan berwarna kuning yang berbeda dengan umbi lainya, sehingga disebut “beuner koneng” oleh masyarakat lokal. Sejak diekplorasi tahun 2007, pemanfatan talas bening tidak hanya direbus atau digoreng tetapi untuk kepentingan industri. Talas ini bisa diolah menjadi tepung, bahkan daunnya juga dimanfaatkan sebagai bahan rokok herbal pengganti tembakau.
Permintaan produk tepung ini cukup tinggi terutama dari industri makanan dan industri rokok. Talas Beneng semakin menarik dan memberikan nilai tambah bagi petani, industri rumah tangga dan bahkan pada esksportir. Peluang sangat tinggi ini mendorong pemerintah dalam melakukan inovasi pengembangan baik dari aspek budi daya, peluasan areal tanam maupun pascapanen.
Syarat tumbuh
Talas Beneng tumbuh optimal di daerah basah dengan suhu udara 27-30,7°C dan suhu harian rata-rata 27,9 °C serta kelembaban udara 60-80%. Curah hujan ideal 2500-2800 mm/tahun. Tumbuh lebih baik pada kondisi ternaungi dengan ukuran umbi lebih besar, daun lebih lebar, namun daun lebih tipis dibandingkan yang mendapat matahari penuh, sehingga cocok direkomendasikan sebagai tanaman sela. Dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan kontur datar hingga bergelombang, jenis tanah latosol dengan tekstur liat berpasir serta bahan organik tinggi.
Penyiapan benih
Talas Beneng dapat diperbanyak secara vegetatif dengan memanfaatkan beberapa bagian tanaman yaitu crown (mahkota/huli), umbi batang, dan umbi mini. Umbi batang dan umbi mini memiliki mata tunas sebagai sumber perbanyakan dan perlu disemai/ditumbuhkan sebelum ditanam. Sedangkan huli langsung ditanam untuk sekali tanam. Penumbuhan mata tunas dilakukan pada bedeng persemaian atau bak persemaian menggunakan media campuran tanah dan pupuk kandang. Setelah berkecambah, benih dapat dipindahkan ke polybag untuk pembesaran.
Pemupukan dan pengolahan tanah
Sebelum menanam Talas Beneng, lahan diolah menggunakan cangkul dan diberi pupuk kandang/kompos 5-6 ton per hektar. Lubang tanam dengan jarak 1-1.5 x 1-1.5 m dan kedalaman 20 cm dibuat sesuai kemiringan lahan dan vegetasi lain. Sebanyak 1 kg pupuk kandang/kompos ditambahkan per lubang tanam. Populasi tanaman mencapai 8000-10000 tanaman per hektar. Gunakan benih dari huli atau tanaman berumur 2-3 bulan dari mata tunas. Waktu tanam terbaik pada musim hujan Oktober-November. Talas Beneng tumbuh baik dengan pupuk kandang/kompos, hindari pemupukan kimia berlebihan. Pemupukan berupa penyemprotan POC dapat diberikan setiap 3 bulan setelah tanam.
Pemeliharaan tanaman
Talas Beneng mudah dirawat dengan menyediakan air yang cukup dan membersihkan lahan dari gulma. Penanaman pada musim hujan dan penyiangan setiap 3 bulan sangat dianjurkan. Aplikasi pupuk organik cair juga dapat dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dalam budi daya talas dilakukan petani secara minimalis karena budi daya masih bersifat konvensional dan polikultur maka tidak ada kerusakan yang berarti oleh hama dan penyakit. Hal ini karena keragaman spesies lebih tinggi yang memungkinkan jejaring makanan lebih kompleks, sehingga terbentuk ekosistem yang membantu mengendalikan secara alami. Namun, jika budi daya dilakukan secara intensif dan monokultur dengan input pupuk kimia, maka risiko serangan hama dan penyakit akan meningkat.
Beberapa jenis hama dan penyakit yang ditemukan pada talas adalah kutu pillbugs, semut, tungau, hawar daun, embun jelaga, busuk batang, dan busuk lunak. Hama potensial lain yaitu Ulat Grayak (Spodoptera litura), ulat Agrius convolvuli dan wereng talas/ taro plathopper (Tarophagus proserpina dan tarophagus colocasiae). Selanjutnya, terdapat beberapa parasit akar seperti Fusarium sp, Acremonium sp. dan Aureobasidium sp.
Strategi pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan adalah melalui konsep pengendalian hama terpadu (PHT), yaitu dengan melaksanakan budi daya tanaman sehat, monitoring secara berkala, dan pengendalian kultur teknis, fisik, hayati/biologi, dan kimia jika diperlukan. (DA’23)
Sumber:
Petunjuk Teknis Budidaya dan Pengolahan Talas Varietas Beneng/ Pepi Nur Susilawati, Zuraida Yursak, Sri Kurniawati, Andy Saryoko; Jakarta: BPTP Banten, 2021