Ternak ruminansia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat petani. Ternak merupakan simpanan kekayaan bagi petani. Selain itu dapat memanfaatkan limbah pertanian untuk pakannya serta menghasilkan pupuk organik dari kotorannya. Pengendalian kecacingan pada ternak bertujuan menekan jumlah cacing didalam ternak sampai pada tingkat yang tidak mengganggu secara ekonomi. Cara pengendalian dengan mencegah paparan yang tinggi pada ternak peka (karena proses penyembuhan berlangsung lama), menurunkan kontaminasi lingkungan, menekan gangguan akibat jumlah infeksi cacing yang tinggi, dan merangsang berkembangnya sistem kekebalan tubuh.
Pengendalian penyakit yang dikembangkan berdasarkan agro-ekosistim setempat akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta akan lebih mudah dipahami, diterima serta dilaksanakan oleh masyarakat peternak. Beberapa faktor yang harus dikenali dalam pengendalian kecacingan antara lain: 1) sifat biologi cacing (telur, larva dan dewasa). 2) spesies dan derajat infeksi cacing dominan (Nematoda usus) 3) sifat biologi inang antara (cacing Trematoda) 4) umur dan jenis tenak 5) tata cara pemeliharaan ternak (penyediaan rumput, penanganan limbah kandang, dsb) 6) potensi berbagai antelmintik (obat cacing) dan 7) musuh alam.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan pengendalian kecacingan yaitu 1) Laboratorium veteriner UPTD diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan kompetensinya dalam penyediaan data hasil uji deteksi kecacingan (harmonisasi teknik uji, pelaporan hasil uji, meningkatkan kompetensi SDM dan sarana), 2) menelaah data untuk upaya pengendalian kecacingan lebih komprehensif, dan 3) menetapkan pilihan pengendalian kecacingan untuk mendapatkan dukungan penganggarannya, 4) atau sebaliknya anggaran yang sudah dialokasikan berkaitan dengan kecacingan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan data/ informasi ilmiah yang didapat dari hasil pengujian laboratorium veteriner.
Deteksi kecacingan pada ternak paling umum dilakukan oleh laboratorium veteriner dengan cara menemukan telurnya dalam feses karena mudah, murah dan dianggap paling praktis untuk dilakukan. Bahwa tujuan pendeteksian kejadian kecacingan cukup bervariasi, antar lain: permintaan, survailans, monitoring sehubungan adanya perlakuan (pengobatan, uji resistensi/ efektivitas, dll), menduga kondisi kesehatan umum suatu kawanan ternak, dll. Dari tujuan yang berbeda beda, maka data hasil analisa yang dibutuhkan berbeda pula.
(Jo2023)