Jahe sangat dikenal di Indonesia karena manfaatnya yang begitu banyak dan diyakini juga sebagai obat tradisional, apalagi di saat pandemi Covid-19. Secara farmakologi jahe memiliki manfaat sebagai karnimatif (peluruh gas), antimual, pereda kejang, antipengeras pembuluh darah, peluruh keringat, antiinflamasi, antimikroba dan parasit, antidemam, antirematik serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.
Untuk mengetahui lebih luas bagaimana seputar tanaman jahe, kali ini acara Virtual Literacy Promosi Informasi yang dikemas dalam bentuk live video mengupas tuntas budi daya jahe khususnya Jahe Merah. Acara dilaksanakan di Museum Tanah Pertanian pada tanggal 21 April 2022, dengan menghadirkan narasumber Hera Nurhayati. Hera merupakan peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Badan Litbang Pertanian, Kementerian pertanian. Narasumber kedua, Chevy Permadi seorang petani milenial yang sudah memulai bertanam jahe secara sukses sejak tahun 2006.
Pemaparan teoritis yang disajikan Hera menjelaskan bahwa tanaman jahe memiliki masa tanam selama 9 bulan. Disampaikan juga hingga saat ini Balittro telah meneliti jahe merah dan melepas dua varietas, yaitu jahira 1 dan jahira 2. “Balittro telah meneliti jahe merah dan melepas dua varietas, yaitu jahira 1 dan jahira 2 yang memiliki kandungan minyak atsiri serta morfologi tanaman berbeda, dan untuk mengetahui lebih lanjut dapat mengakses website Balitro,” tegasnya. “Rimpang Jahe sangat dipengaruhi oleh tanah dan iklim(agroklimat)” tutur hera.
Selanjutnya, Chevy menyampaikan, sesuai pengalaman menanam jahe yang dilakukan selama ini bahwa secara finansial keuntungan budi daya Jahe Merah dan Jahe Gajah tidak terlalu berbeda. ”Jahe merah dan jahe gajah pada prinsipnya memiliki keuntungan yang tidak jauh beda, karena jahe gajah memiliki pasar penjualan yang diminati di pasar tradisional sedangkan kalau jahe merah lebih banyak pada pasaran pabrik atau perusahaan” tegasnya. Saat ini, Chevy sudah menanam 30 ha jahe dengan berbagai jenis varietas. “Harga jahe merah sekarang ini kisaran Rp30.000/kg di pasaran” jelasnya.
Dari pengalamannya, Chevy menuturkan, bahwa metode pemasaran sangat penting untuk mendistribusikan jahe. Merintis pemasaran awalnya dilakukannya dengan mengikuti pameran-pameran yang dilakukan Kementerian Pertanian, lalu membentuk korporasi pertanian, dan menampung hasil panen para petani jahe yang bertujuab untuk menjaga stabilitas harga dipasaran. Pengusaha jahe ini sangat menyarankan kepada para petani agar sabar dalam bertanam jahe bisa dan menekuni secara kontinu karena proses akan membuahkan hasil yang baik.(Johanes)