Tidak semua spesies burung puyuh yang berada di seluruh dunia, khususnya di Indonesia, dimanfaatkan untuk dikonsumsi daging dan telurnya. Sebagian burung puyuh memiliki bulu yang indah sehingga dijadikan hewan hias. Oleh karena itu, penting untuk mengenali jenis burung puyuh.
Jenis burung puyuh Coturnix coturnix japonica mampu menghasilkan telur sebanyak 250—300 butir per ekor untuk setiap tahunnya. Tidak heran jika banyak masyarakat yang membudidayakan puyuh jenis ini untuk dimanfaatkan telurnya. Tubuh puyuh Coturnix chinensis (puyuh pepekoh) ini sangat mungil, panjangnya hanya 15 cm. Puyuh pepekoh dapat dijumpai di padang rumput terbuka, sawah, semak alang-alang, dan tanah pertanian.
Burung ini hidup dalam koloni kecil. Burung puyuh Arborophila javanica (puyuh gonggong jawa) hidup berkoloni. Ciri-cirinya adalah memiliki bulu berwarna kemerah-merahan, di bagian kepala terdapat tanda berbentuk cincin yang berwarna hitam. Suaranya seperti suara kereta api yang keras dan monoton.
Puyuh Rollulus roulroul (puyuh mahkota) memiliki warna bulu yang paling indah ditambah dengan ornamen seperti mahkota yang berada di atas kepala sang jantan. Keindahannya menyebabkan burung ini menjadi burung hias yang dipelihara. Namun, unggas ini cukup sulit untuk ditemukan karena hanya berada di hutan-hutan Kalimantan, Sumatera, Malaysia, dan Muangthai.
Puyuh Callipepla squamata (Scaled quail) merupakan jenis burung puyuh yang memiliki ukuran yang paling besar jika dibandingkan dengan jenis lainnya. Tubuhnya bisa memiliki panjang 25—30 cm. Puyuh jenis ini hidup di Amerika Utara.
Menjalankan bisnis peternakan burung puyuh dinilai cukup potensial jika dikembangkan skala industri. Pasalnya, baik daging maupun telurnya memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain itu, mengonsumsi burung puyuh juga dapat memenuhi kebutuhan akan sumber protein hewani bagi manusia.
Meski tekstur dagingnya lebih alot daripada ayam, rasa gurih yang dihasilkannya mampu menggoyang lidah penikmatnya. Alotnya daging puyuh karena rata-rata puyuh yang dijadikan pedaging termasuk golongan puyuh afkir alias yang sudah tua berusia 1,5 tahun, sedangkan puyuh muda yang masih produktif biasanya digenjot untuk produksi telur. Telur puyuh sendiri memiliki kandungan protein yang tinggi dan kerap dijadikan bahan campuran untuk sup karena bentuknya yang kecil dan bisa sekali santap.(Dhira)
Link terkait
http://bbppkupang.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/post/cerahnya-bisnis-peternakan-burung-puyuh
https://www.pertanianku.com/jenis-jenis-pakan-puyuh-yang-wajib-peternak-tahu/