Setelah soft launching setahun silam, semakin hari museum tanah semakin di kenal masyarakat, untuk kedua kalinya turis mancanegara yang berasal dari Pakistan, Sri Langka, Bangladesh, Papua New Guinea, Filipina, Kamboja serta Thailand mengunjungi Museum Tanah mereka adalah Delegasi Centre for Alleviation of Poverty thought Sustainable Agriculture (CAPSA) pada Workshop on Agricultural Risk and Dryland Development for Poverty Alleviation yang di sela-sela waktu luangnya menyempatkan diri berkunjung ke Museum Tanah pada 9 Mei 2018.
Mereka sangat antusias menyimak penjelasan pemandu yang dalam kesempatan tersebut di pandu oleh para peneliti tanah dari Kementerian Pertanian. Hal yang paling menarik perhatian mereka adalah diorama ekosistem dimana diorama ini menggambarkan ekosistem tanah yang hidup berdasarkan tanaman di atasnya, ada pertanyaan unik dari salah satu delegasi ia menanyakan mengapa di museum tanah ada bingkai cantik yang berisi kupu kupu lalu apa hubungannya
Kupu-kupu dikenal sebagai serangga penyerbuk tanaman, yang membantu bunga-bunga berkembang menjadi buah. Sehingga bagi petani, dan orang pada umumnya, kupu-kupu ini sangat bermanfaat untuk membantu jalannya penyerbukan tanaman, disisi lain larva tau ulat yang akan menjadi kupu kupu malah bisa menjadi hama yang tanaman semusim, baik buah maupun daun pohon buah-buahan dan pohon pada umumnya dapat habis dimangsanya dalam relatif singkat untuk itulah kupu-kupu menjadi salah satu bagian dalam diorama ekosisterm.