Sorgum merupakan sumber pangan yang tidak memerlukan perawatan yang rumit. Tanaman ini tidak banyak membutuhan air seperti padi. Daya adatasinya terhadap kondisi kekurangan air cukup tinggi, sehingga sorgum cocok untuk ditanam dan dikembangkan di Nusa Tenggara Barat (NTB) khususnya pada lahan-lahan kering. NTB memiliki lahan kering yang cukup luas sekitar 1,2 juta ha dan ini belum termanfaatkan secara optimal. Untuk lahan kering yang tidak bisa ditanami padi gogo dan jagung, maka bisa dicoba menanam sorgum, sepanjang masih tersedia air walaupun dalanm kondisi yang sangat terbatas.
Sorgum dalam bahasa Jawa sering disebut dengan cantel, dalam bahasa Sasak Lombok Sorgum dikenal dengan nama Beleleng. Sorgum termasuk jenis tanaman multimanfaat yang dimana bijinnya dapat dimanfaatkan untuk menggantikan peran nasi serta daun dan batangnya dapat digunakan sebagai pakan ternak. Jenis tanaman ini masih satu keluarga dengan padi, gandum, serta jagung. Selain dapat diolah layaknya seperti nasi, biji sorgum juga dapat diolah menjadi bubur, kue, roti, dan makanan lainnya sesuai dengan kreativitas dari masing-masing pengolahnya. Cara memasak sorgum sama halnya dengan memasak nasi biasa, hanya saja karena teksturnya yang lebih keras, maka perlu menggunakan air lebih banyak hingga dua kali lipat.
Varietas Numbu memiliki tinggi tanaman ± 187 cm, dengan kedudukan tangkai di pucuk, bentuk daun pita, jumlah daun 14 helai, sifat malai: kompak, bentuk malai: ellips, panjang malai: 22-23 cm, sifat sekam: menutup sepertiga bagian biji, warna sekam: coklat muda, bentuk/sifat biji: bulat lonjong, mudah rontok, ukuran biji: 4,2; 4,8; 4,4 mm, warna biji: krem, bobot 1000 biji: 36-37 g, Rata-rata hasil: 3, 11 ton/ha. Potensi hasil: 4,0-5,0 ton/ha