Serangan penyakit tanaman masih menjadi kendala dalam sistem budi daya ramah lingkungan.Penggunaan pestisida sintetis yang berlebihan justru berdampak buruk terhadap organisme sasaran serta kesehatan lingkungan dan manusia. Hal ini makin diperparah dengan penurunan harga jual produk yang tercemar residu pestisida. Penyakit tanaman menjadi kendala utama dalam budi daya komoditas pertanian. Di Asia, termasuk Indonesia, kerugian yang diakibatkan oleh penyakit tanaman lebih besar dan lebih kompleks karena kondisi iklim wilayah tropika sangat menunjang perkembangan hama dan patogen tanaman.
Trichoderma spp. melindungi tanaman dengan beberapa mekanisme, yaitu antibiosis, kompetisi,induksi resistensi, dan mampu memacu pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, cendawan ini dapat menjadi agens pengendalian penyakit tanaman dalam budi daya pertanian yang ramah lingkungan.Trichoderma dapat membantu mempercepat penyerapan unsur hara sehingga tanaman tumbuh lebih baik.Trichoderma spp. juga mampu mendegradasi senyawa POPs dari pestisida sehingga mengurangi cemaran pestisida.
Perlu sosialisasi secara terus-menerus mengenai pemanfaatan Trichoderma sebagai agens hayati pengendali penyakit tanaman. Kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan, diantaranya akademisi/peneliti sebagai penemu spesies dan strain baru, pemerintah sebagai pembuat kebijakan, serta perusahaan pestisida yang memproduksi formula biopestisida berbahan aktif Trichoderma secara massal sehingga mudah didistribusikan dan diaplikasikan.
Tulisan ini menguraikan karakteristik, manfaat, mekanisme pengendalian, metode perbanyakan,dan potensi aplikasi cendawan Trichoderma spp. Informasi lengkap dari artikel ini dapat diakses di Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian ---> Vol.33 No.1 Th. 2014. Jurnal tersebut dapat diakses secara gratis di situs web Pustaka.[mf/ebe]