Di tengah maraknya peran perempuan dalam berbagai sektor, khususnya pertanian, Kelompok Wanita Tani (KWT) Kebon Soka Sari di Desa Sukaraja, Kota Bogor, menjadi contoh inspiratif bagi masyarakat. Kelompok yang beranggotakan ibu-ibu rumah tangga ini bukan hanya aktif dalam meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga dalam pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Untuk itulah
Berdiri sejak beberapa tahun lalu, KWT Kebon Soka Sari fokus pada pemanfaatan lahan tidur yang ada di sekitar perumahan Griya Asoka. Melalui koordinasi dengan pemerintah setempat, seperti RT, RW, dan kecamatan, KWT ini berhasil mengubah lahan yang tidak terpakai menjadi kebun produktif yang menghasilkan berbagai sayuran dan buah-buahan. Keberhasilan ini tidak lepas dari kerja keras 25 orang ibu-ibu yang setiap hari terlibat dalam kegiatan pertanian, mulai dari menanam hingga merawat tanaman.
Konsep yang diusung oleh Ketua KWT, Ilma Amalia, adalah menciptakan kampung ramah lingkungan yang mendukung ketahanan pangan. Salah satu kegiatan utama yang mereka lakukan adalah pengelolaan sampah yang diubah menjadi produk berguna. Sampah rumah tangga seperti kulit buah, sayuran, dan tanaman kering diolah menjadi pupuk organik cair (POC) dan maggot yang digunakan untuk pakan ternak. Selain itu, mereka juga menanam berbagai jenis tanaman melalui metode hidroponik, media tanam polybag, dan membuat rumah anggrek yang semuanya dilakukan secara mandiri oleh para anggota KWT.
Keberhasilan ini mendapat perhatian positif dari pemerintah. KWT Kebon Soka Sari sering diikutsertakan dalam berbagai perlombaan dan even terkait pertanian dan pengelolaan lingkungan. Tak jarang, mereka keluar sebagai pemenang dan mendapatkan penghargaan serta uang pembinaan. Bahkan, mereka dikenal luas di media sosial dan media cetak di Kota Bogor, menjadi contoh bagi banyak kalangan, termasuk mahasiswa yang tertarik untuk belajar mengenai pengelolaan pertanian dan lingkungan.
Menurut Inggrid, salah satu anggota KWT, pengelolaan usaha tani mereka dilakukan secara swadaya, dengan iuran kas kelompok untuk biaya operasional dan hasil panen yang dijual. Uang yang didapatkan digunakan untuk mendukung keberlanjutan kegiatan serta untuk menambah kas kelompok. Ke depan, mereka berharap dapat menerima bantuan lebih banyak dari pemerintah, terutama dalam bentuk pupuk, pakan ternak, dan bibit tanaman, agar keberagaman tanaman yang mereka tanam semakin bertambah.
Kehadiran KWT Kebon Soka Sari di Desa Sukaraja menjadi bukti bahwa perempuan, dengan semangat kebersamaan dan inovasi, memiliki peran besar dalam menciptakan ketahanan pangan, mengelola lingkungan, dan meningkatkan perekonomian keluarga. Keberhasilan mereka dalam mengelola pertanian secara mandiri, selain memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar, juga menjadi contoh bagi kelompok tani lainnya di Indonesia.