Pala atau yang dalam bahasa Latin disebut Myristica fragrans merupakan tanaman asli Indonesia yang secara endemik tumbuh di Kepulauan Banda, Provinsi Maluku. Salah satu tanaman rempah ini sangat terkenal dan menjadi komoditas perdagangan sejak jaman Romawi. Siapa sangka, buah pala yang menjadi bahan rebutan pada masa penjajahan mempunyai banyak manfaat. Selain diambil minyak atsirinya, buah pala dapat diolah menjadi berbagai macam produk, seperti makanan, minuman, dan bahan baku obat.
Oleh karena itu, Pusat Perpustakaan dan Literasi Pertanian (PUSTAKA) mengenalkan inovasi ragam olahan tanaman pala melalui virtual literasi (VL) yang tayang pada 7 Desember 2023.
Hadir dalam dalam acara tersebut Kepala PUSTAKA, Muchlis. Dalam sambutannya, Muchlis mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan produsen pala terbesar di dunia (70%). Muchlis juga mengungkapkan bahwa diversifikasi produk olahan pala sangat penting karena dapat meningkatkan nilai ekonomi dari pala. Contoh dari diversifikasi olahan pala, diantaranya manisan daging buah pala, sirup pala, saos pala, selai pala, dodol pala, dan sari buah pala.
Dr. Tjahja Muhandri, dosen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP)-FTETA IPB yang didapuk menjadi narasumber memaparkan tentang teknik pengemasan untuk meningkatkan nilai tambah produk pangan. Dalam paparannya, Tjahya Muhandri memberi tips cara memasarkan produk yang baik, yaitu memilih bahan dan jenis kemasan yang sesuai, desain tampilan kemasan menarik, tonjolkan keunggulan, gunakan tokoh (endorse/brand ambasador), cara dan kemudahan memperoleh produk, serta kemudahan membayar.
Melengkapi tipsnya, narasumber menyampaikan bahwa bahwa pengemasan produk memiliki peran yang penting. Pengemasan berfungsi untuk mengawetkan, melindungi produk dari faktor penyebab kerusakan oleh mikroorganisme dan cahaya. Kemasan juga untuk memudahkan transportasi, melindungi terhadap benturan dan goncangan saat distribusi. Saat ini, fungsi kemasan sudah bergeser dari melindungi apa yang dijual menjadi, menjual apa yang dilindungi. Kemasan juga dapat digunakan sebagai media promosi sehingga harus dibuat semenarik mungkin. Desainnya dapat ditambah dengan ilustrasi dan tulisan yang sesuai. Namun, perlu diingat bahwa kemasan dan target pasar harus selaras tidak boleh bertentangan.
VL disiarkan secara live dari Kampung Buntar, Kelurahan Muara Sari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.
Muara Sari sebuah kelurahan yang telah telah ditetapkan oleh Walikota Bogor sebagai kampung tematik pala, Nurhasanah, seorang petani dan pengusaha pala menceritakan kisah usahanya. Awalnya, masyarakat hanya memanfaatkan biji pala saja, sedangkan daging buah tidak dimanfaatkan. Bahkan daging pala kering hanya dihargai Rp 2.000,-. Hal ini yang menggerakkan Nurhasanah untuk meningkatkan nilai tambah daging pala dengan mengajak anggota kelompok wanita tani (KWT) untuk mengolah daging pala. Nurhasanah dan anggota KWT membuat aneka olahan buah pala dengan nama MySari. Produk MySari sendiri dipasarkan melalu WA, pameran, marketplace, dan media sosial. (Sutarsyah/TP).
Bagi sahabat yang belum sempat bergabung secara langsung dapat menyimaknya pada kanal Youtube PUSTAKA pada tautan