Pusat Perpustakaan dan Literasi Pertanian (PUSTAKA) berperan penting dalam mensejahterakan petani, bagaimana tidak? PUSTAKA harus menyebarluaskan ilmu pengetahuan pertanian kepada seluruh petani hingga memiliki kemampuan dan mampu mandiri untuk kesejateraannya. Untuk mewujudkan hal tersebut, PUSTAKA menggelar Focus Group Discussion Grand Design Literasi Pertanian pada 8 November 2023 di Ruang Rapat PUSTAKA.
Focus group discussion (FGD) tersebut dihadiri oleh Kepala PUSTAKA, Muchlis. Dalam sambutannya, ia mengungkap bahwa PUSTAKA harus mengelola ilmu pengatahuan pertanian dan meningkatkan akses petani dan masyarakat agar pengetahuan tersebut dapat tersampaikan.
“Ada beberapa tugas PUSTAKA yang langsung berhubungan dengan petani dan masyarakat, seperti literasi pertanian, pembinaan, SDM pertanian, serta pelayanan perpustakaan,” ungkap Mukhlis.
“Untuk mendukung hal tersebut, PUSTAKA perlu melibatkan sumber daya manusia yang memadai sehingga dapat merumuskan indikator dengan menyusun sebuah grand design literasi Pertanian,” tambahnya.
Kemudian ia menambahkan agar rancangan grand design dapat dijalankan secara efektif dan efisien, PUSTAKA perlu menggandeng para ahli agar mendapatkan informasi dan masukan berkualitas sehingga menghasilkan rancangan grand design yang berkualitas.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua kelompok Literasi Pertanian, Ifan Muttaqien, mengungkap bahwa peningkatan budaya literasi, mencakup pengembangan budaya gemar membaca, pengembangan perbukuan, penguatan konten literasi, dan peningkatan akses serta kualitas layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Selanjutnya, Ifan menjelaskan bahwa arah kebijakan Kementerian Pertanian saat ini berfokus pada peningkatan budaya literasi, dan penyiapan layanan digital yang terintegrasi lingkup Kementerian Pertanian.
Ifan juga mengungkapkan bahwa materi literasi yang penting untuk disampaikan kepada masyarakat terdiri atas dua tingkatan, pertama ialah mikro level dengan membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terkait dengan teknologi/inovasi yang mendukung usaha tani serta membantu mengimplementasikan teknologi/inovasi untuk mendukung usaha tani. Sedangkan level kedua yaitu makro level.
“Selanjutnya adalah makro level, di mana PUSTAKA harus dapat membantu peningkatkan pemahaman mengenai kondisi, tantangan dan pentingnya sektor pertanian (penyusutan lahan pertanian, lost generation, perubahan iklim, pemenuhan kebutuhan pangan), serta counter issue karena misinformasi pertanian,” ujarnya.
FGD tersebut juga menghadirkan narasumber yang profesional di bidangnya, yaitu Deni Kurniadi, Pustakawan Ahli Utama dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Ia mengungkap bahwa fungsi perpustakaan saat ini dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Kemudian ia membeberkan bahwa tujuan penyelenggaraan perpustakaan, yaitu dapat memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Dalam konteks inilah maka perpustakaan menjadi hak dimana masyarakat mempunyai hak yang sama untuk memperoleh layanan serta memanfaatkan dan mendayagunakan fasilitas perpustakaan dalam peningkatan kualitas hidupnya,” bebernya.
“Perpustakaan berkontribusi besar dalam membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge society) melalui ikhtiar kolektif untuk menumbuhkan tradisi dan budaya baca di dalam masyarakat,” tambahnya.
Selain narasumber dari Perpusnas, FGD juga dihadiri oleh Perencana Ahli Utama Kementerian Pertanian, Abdul Basit. Abdul Basit dalam kesempatan ini juga memberikan masukan serta saran untuk perbaikan ke depan.