Pemerintah telah mencanangkan swasembada pangan, dalam tempo tiga tahun ke depan harus sudah terealisasi. Sementara kendala dan masalah yang dihadapi dalam berproduksi semakin berat. Perubahan iklim, misalnya, kini telah mengancam produksi pangan di berbagai negara. Di kawasan pesisir, dampak langsung dari perubahan iklim adalah naiknya permukaan dan masuknya air laut ke area pertanaman sehingga tanaman yang dibudidayakan terancam salinitas.Kedua hal tersebut menuntut Kementerian Pertanian untuk bekerja lebih keras mengatasi masalah yang mengganjal upaya peningkatan produksi padi.
Pemerintah pun memberikan prioritas yang tinggi bagi upaya peningkatan produksi padi menuju swasembada pangan berkelanjutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) terus melakukan penelitian untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani dalam berproduksi. Pada tahun 2014 Balitbangtan melepas lima varietas unggul baru padi. Varietas unggul baru ini dilepas dengan nama Inpari 34 Salin Agritan, Inpari 35 Salin Agritan, Inpari Unsoed 79 Agritanngan, dan Varietas Inpara 8 Agritan, Inpara 9 Agritan.
Varietas unggul baru merupakan salah satu komponen teknologi yang telah berkontribusi nyata dalam peningkatan produksi padi. Keunggulan utama dari varietas unggul padi ini adalah toleran salinitas pada fase bibit dengan potensi hasil 5,6-8,3 t/ha. Penerapan teknologi budi daya spesifik lokasi, pengembangan varietas unggul baru padi ini diharapkan dapat membantu mempercepat upaya peningkatan produksi menuju swasembada pangan. Informasi ini merupakan salah satu artikel yang tercantum dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian�>>�Vol.37 No.2 Th. 2015.