Kegiatan penyuluhan pertanian adalah tugas strategis yang melekat pada penyuluh pertanian. Hal ini yang coba digali oleh Pusat Perpustakaan dan Literasi Pertanian lewat buku rampai yang diterbitkan oleh Pertanian Press. Buku ini berisi kumpulan pengalaman dan opini para penyuluh pertanian berjudul “Menjemput Asa Pertanian Digdaya: Langkah Penyuluh dari Diseminator Hingga Inovator”. Tulisan-tulisan yang disampaikan penyuluh mencoba merangkum sepak terjang penyuluh dengan peran bukan hanya diseminator, tapi juga fasilitator dan innovator.
Pada acara Bincang Literasi kali ini, Pustaka mengadirkan tiga orang penulis yang berkontribusi dalam buku bunga rampai tersebut. Bot Pranadi dari Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri, Panca Rahadi Mulyo dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian kabupaten Pamekasan, dan Evrina Budiastuti dari Balai Penyuluh Pertanian Wilayah VI Kabupaten Bogor. Mereka mewakili peran penyuluh sebagai diseminator, fasilitator, dan inovator. Ifan Muttaqien sebagai moderator sekaligus Ketua Kelompok Substansi Literasi Pertanian menyatakan bahwa acara Bincang Literasi merupakan salah satu upaya penyebarluasan hasil terbitan Pertanian Press yang sekaligus menyebarkan pengetahuan pertanian kepada masyarakat luas.
Disaksikan hampir oleh 400 orang peserta zoom dan 515 melalui kanal youtube pada Rabu 5 Maret 2025, ketiga narasumber memaparkan dengan menarik tulisan yang merupakan pengalaman mereka di lapangan.
Bot Pranadi dengan tulisannya yang berjudul ”Ilmu Titen Pengungkit Produktivitas Bawang Merah“ menjelaskan dengan menarik bagaimana ilmu titen di wilayah binaannya yang selama ini menjadi kearifan lokal dijadikan acuan untuk budi daya bawang merah. “Selama ini kami telah melakukan sekolah lapang yang menggunakan metode praktik dan peyuluhan secara terpadu dengan waktu pelaksanaan 1 kali musim bawang merah dan sudah dilakukan selama 6 kali sejak tahun 2020-2023”. Dijelaskan Bot pula bahwa ciri-ciri bawang merah yang baik untuk dijadikan bibit yaitu beratnya sekitar 5 gr atau kira-kira sebasar jempol pria dewasa . Bagi petani pemula yang menanam bawang merah tidak perlu banyak bibit dan tidak perlu juga areal yang luas, karena semakin banyak bibit dan areal yang luas akan memunculkan biaya produksi yang besar pula.
Berbeda lagi dengan pemaparan Evrina Budiastuti, beliau menjelaskan bahwa Kopi Adoh bukan berarti maknanya “jauh” seperti bahasa jawa juga, namun Adoh itu berasal dari nama orang tua Sofyan Hadi sang Pionir yang telah berhasil mengembangkan Kopi dari Kabupaten Bogor menjadi komoditi yang diminati di pasar.
Sementara itu, Panca Pranadi Mulyo dengan inovasinya memanfaatkan instagram untuk penyuluhan menjelaskan ”Instagram saat ini sudah menjadi media sosial paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia khususnya kawula muda” tegas beliau. Namun, masih sedikit para penyuluh yang menggunakan media sosial nstagram dalam penyebaran informasi pertanian, padahal apabila ini diberdayakan akan sangat efektif memviralkan informasi-informasi yang berguna di bidang pertanian melebihi kontribusi dari mebaca buku” tutupnya.
Acara yang berlangsung dari pukul 09.00 sampai 10.30 WIB ini juga diramaikan dengan diskusi yang menarik. Dalam sesi ini penyuluh dari berbagai daerah antusias berpartisipasi dengan menyampaikan berbagai pertanyaan. Peserta sangat mengapresiasi acara Bincang Literasi yang diadakan oleh Pustaka. Ke depan acara-acara seperti Bincang Literasi harus tetap diadakan dengan tema dan terbitan berbeda untuk menyebarkan manfaat terutama dalam penyebaran pengetahuan pertanian. (Rep. Jo)